32 research outputs found

    Dukungan Dosen Dan Teman Sebaya Dengan Efikasi Diri Akademik Pada Mahasiswa Tahun Pertama Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

    Full text link
    Efikasi diri akademik merupakan keyakinan individu dalam melakukan tuntutan akademik pada level kemampuan tertentu. Tuntutan akademik yang kerap dialami mahasiswa adalah memahami materi perkuliahan, menyelesaikan tugas, dan menghadapi ujian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan dosen dengan efikasi diri akademik pada mahasiswa tahun pertama dan untuk mengetahui hubungan antara dukungan teman sebaya dengan efikasi diri akademik pada mahasiswa tahun pertama. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan dosen dengan efikasi diri akademik dan ada hubungan positif dan signifikan antara dukungan teman sebaya dengan efikasi diri akademik. Populasi penelitian adalah 186 mahasiswa tahun pertama Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, dengan sampel penelitian berjumlah 92 orang yang diperoleh dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Dukungan Dosen (31 aitem, α = .92), Skala Dukungan Teman Sebaya (35 aitem, α = .93) dan Skala Efikasi Diri Akademik (43 aitem, α = .96). Pengujian hipotesis pertama dengan analisis regresi ganda menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara dukungan dosen dengan efikasi diri akademik (r = .39; p< .001), artinya semakin tinggi dukungan dosen maka semakin tinggi efikasi diri akademik. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan tidak ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan teman sebaya dengan efikasi diri akademik (r = .31; p> .001), artinya dukungan teman sebaya tidak memberikan pengaruh yang nyata pada efikasi diri akademik. Dukungan dosen memberikan sumbangan efektif sebesar 15% terhadap efikasi diri akademik pada penelitian ini

    Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Guru-siswa Dengan Self-regulated Learning Pada Siswa Sman 9 Semarang

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal guru-siswa dan self-regulated learning pada siswa SMAN 9 Semarang. Self-regulated learning merupakan kemampuan siswa mengatur diri dalam belajar dengan melibatkan kemampuan strategi pemikiran terkait aktivitas berpikirnya, persepsi keyakinan diri dari kemampuan performa, dan komitmen akademik yang secara sistematis berorientasi mengarah pencapaian tujuan belajar yang diinginkan. Komunikasi interpersonal guru-siswa merupakan penilaian siswa terhadap kemampuan guru dalam menyampaikan pesan/informasi kepadanya secara jelas, sehingga menghasilkan kesamaan pemahaman dan senantiasa mempengaruhi Perubahan sikap, serta dapat memelihara juga memperbaiki hubungan yang baik dan menyenangkan akan memudahkan siswa untuk lebih terbuka pada guru. Populasi penelitian berjumlah 364 yang terdiri dari 10 kelas, sedangkan yang digunakan menjadi sampel penelitian sebanyak 108 siswa yang terdiri dari 3 kelas. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan 2 alat ukur skala psikologi yaitu Skala self-regulated learning (33 aitem, α = .92) dan Skala komunikasi interpersonal guru-siswa (26 aitem, α = .88). Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi (Rxy = .49; p < .001). Komunikasi interpersonal guru-siswa memberikan sumbangan efektif sebesar 25% terhadap self-regulated learning. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima, yaitu terdapat hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal guru-siswa dengan self-regulated learning. Semakin baik komunikasi interpersonal guru-siswa, maka semakin tinggi self-regulated learning siswa, demikian pula semakin buruk komunikasi interpersonal guru-siswa, maka semakin rendah pula self-regulated learning siswa

    Asertivitas Ditinjau Dari Kemandirian Dan Jenis Kelamin Pada Remaja Awal Kelas VIII Di SMPN 1 Semarang

    Full text link
    Pada masa remaja awal (13-17 tahun), individu berada dalam masa mencari teman sebaya dan mulai berlatih untuk tidak tergantung pada orangtua. Individu sebaiknya memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik terhadap lingkungan, salah satunya dengan memiliki asertivitas. Faktor yang mempengaruhi asertivitas salah satunya adalah jenis kelamin. Asertivitas bisa didapat di rumah atau di sekolah dengan cara menanamkan kemandirian. Individu yang memiliki kemandirian dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan matang. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui hubungan antara kemandiran dengan asertivitas pada remaja awal kelas VIII di SMPN 1 Semarang; (2) mengetahui perbedaan asertivitas berdasarkan jenis kelamin. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 1 Semarang yang berusia 13-17 tahun sejumlah 276 siswa. Sampel sebanyak 125 siswa diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Pengumpulan data menggunakan Skala Kemandirian (34 aitem valid, α = .90) dan Skala Asertivitas (35 aitem valid, α = .91). Hasil analisis regresi linier sederhana menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan asertivitas (r = .75; p < .001). Artinya, semakin tinggi kemandirian yang dimiliki remaja semakin tinggi pula asertivitasnya, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan tingkat asertivitas berdasarkan jenis kelamin (t = -1.20; p> .05). Kemandirian memberikan sumbangan efektif sebesar 57% pada asertivitas dan sebesar 43% asertivitas ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Remaja perlu meningkatkan kemampuan dalam kemandirian agar memiliki asertivitas, misalnya melalui belajar untuk lebih tidak tergantung orang lain, dan percaya pada kemampuan diri sendiri dalam mengambil keputusan

    Hubungan Antara Kematangan Karir Dan Psychological Well-being Pada Siswa Kelas XII SMA Negeri 5 Semarang

    Full text link
    Psychological well-being (PWB) adalah penilaian individu terhadap dirinya yang menunjukkan bahwa dirinya berada pada kondisi sehat mental, yang meliputi sikap positif terhadap dirinya dan orang lain, kemampuan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhannya dan dimilikinya tujuan yang jelas untuk hidupnya. PWB dipengaruhi seberapa jauh individu mampu memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Pada saat yang sama, remaja khususnya yang berada pada kelas XII SMA memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dilaluinya, dan salah satu tugas perkembangan yang mengemuka adalah mempersiapkan karir untuk masa depannya. Remaja yang mampu mempersiapkan karir dan mampu menguasai tugas karir sesuai tahap perkembangan karirnya maka memiliki kematangan karir. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif antara kematangan karir dan psychological well-being pada siswa kelas XII SMA Negeri 5 Semarang. Hipotesis awal yang diajukan adalah ada hubungan yang positif antara kematangan karir dan psychological well-being. Artinya, semakin tinggi kematangan karir pada individu maka semakin tinggi pula psychological well-being pada individu tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah kelas XII SMA Negeri 5 Semarang. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling, sehingga sampel yang didapat berjumlah 118 siswa. Skala yang digunakan adalah skala psychological well being berjumlah 32 aitem dan skala kematangan karir berjumlah 37 aitem. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini analisis regresi yang menunjukkan angka sebesar .55 dengan p = .000 (p < .05) yang artinya ada hubungan yang positif dan signifikan antara kematangan karir dan psychological well-being pada siswa kelas XII di SMA Negeri 5 Semarang
    corecore