8 research outputs found

    Studi Eksperimental Pembuatan Ekosemen Dari Abu Sampah Dan Cangkang Kerang Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Semen

    Full text link
    Telah dibuat ekosemen dari bahan abu sampah organik dan abu cangkang kerang. Sampah organik dibakar dengan insinerator pada suhu 1000oC. Abu cangkang kerang dipanaskan dengan furnace pada suhu 700oC. Hasil pengujian komposisi awal XRD (X-Ray Diffraction), Abu sampah organik mengandung 69,7% CaCO3; 12,1% KCl; 4% Cd0.15Gd0.85; 3% SiO2; 8,1% Fe ( Se0.5Te0.5) dan 3% Al2ErGe2, Abu cangkang kerang mengandung 100% CaCO3. Ditentukan tiga variasi jumlah komposisi Abu sampah:Abu cangkang kerang yaitu Ekosemen A (58,2%:40%); Ekosemen B (49,1%:49,1%) dan Ekosemen C (54,01%:44,09%). Sebagai variabel kontrol digunakan Semen Portland jenis OPC (Ordinary Portland Cement) merek ‘Semen Gresik\u27. Dilakukan pengujian fisika yaitu kuat tekan mortar dan densitas serbuk. Pengujian XRD dilakukan untuk mengetahui komposisi kimia dari ekosemen. Dari hasil pengujian fisika didapat ekosemen B paling mendekati nilai ‘Semen Gresik\u27 OPC yaitu kuat tekan 3 hari (7,2 kg/cm2) dan densitas serbuk (2,535 gr/ml)

    Pengaruh Preparasi Pasta Dan Temperatur Annealing Pada Dye-Sensitized Solar Cells (DSSC) Berbasis Nanopartikel ZnO

    Full text link
    Telah difabrikan Dye-sensitized Solar Cell (DSSC) berbasis nanopartikel ZnO dengan variasi metode preparasi pasta sesuai dengan Yonekawa dan Gratzel dan temperatur fabrikasi. Nanopartikel ZnO dibuat dengan metode kopresipitasi yaitu dengan mereaksikan prekursor Zinc Asetat dengan DEG (diethylene glycol). Prepararasi fotoelektroda ZnO dilakukan dengan memvariasikan komposisi pasta berdasarkan metode yang dilakukan oleh Gratzel dan Yonekawa untuk mendapatkan efisiensi yang besar. Selain itu, dilakukan variasi temperatur pada proses anil fotoelektroda. Fabrikasi DSSC menggunakan pewarna manggis sebagai pewarna alami. DSSC difabrikasi dalam bentuk struktur sandwich dengan menggunakan pasangan redoks I3-/I- dan elektroda pembanding platina/karbon. Hasil karakterisasi ZnO menunjukkan ZnO berdispersi tunggal dengan ukuran agregat dan partikel sebesar ~300nm dan 13,93 nm. Energi band gap yang dihasilkan dari nanopartikel ZnO adalah 3,29 eV. Berdasarkan karakteristik kurva I-V dan IPCE, diperoleh bahwa efisiensi terbaik berada pada suhu 200°C dengan menggunakan metode Yonekawa sebesar 0,11% dengan IPCE 0,0005%, FF 61,41%, Isc 2,79µA, Voc 232,4 mV)

    Perbandingan Unjuk Kerja Resin Penukar Ion Basa Kuat Dowex Marathon A dengan Purolite pada Proses Pemurnian Biogas Skala Pilot Plant

    Full text link
    Adsorption of carbon dioxide is a vital process in biogas purification. A previous study has narrowed down the choice of ion exchange resins for the adsorption process into two commercial resins, Dowex Marathon A, and Purolite. Dowex Marathon A boasts the advantage of having no need of any pretreatments to use. Purolite, although needing pretreatment before USAge, costs only roughly a third of Dowex Marathon A. The objective of the study is to decide on which resin is best suited to commercially produce biogas free from pollutants, most of which is carbon dioxide. Both resins at their fresh state were tested for durability by checking on levels of carbon dioxide content at set time intervals. Results suggest the Purolite resin to be more durable than the Dowex Marathon A resin. Data of gas passing through Dowex showed relatively high concentration of CO2 after 10 minutes of operation. While Purolite showed its first signs of CO2 after 20 minutes of operation. Further tests are conducted to compare fresh and regenerated Pirolite resins. Comparison between fresh and postregeneration Purolite showed relatively consistent results where the regenerated resin showed its first signs of CO2 after 25 minutes

    Studi Komparasi Sifat Fotokatalis Dan Aglomeritas Nanopartikel Tio2 Sebagai Pengaruh Dispersant Etilen Glikol Dan Triton X 100 Dalam Dirt-free Paint

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi dispersant terhadap stabilitas fotokatalis dan aglomeritas nanopartikel TiO2 sebagai optimasi dirt-free paint, yaitu bahan komposit cat yang mempunyai sifat anti noda dan mampu membersihkan dirinya sendiri (self-cleaning) dengan bantuan cahaya dan air. Dispersant yang digunakan Etilen Glikol dan Triton X 100. Komposisi massa TiO2 2% massa cat, dengan perbandingan anatase : rutile sebesar 90:10. Pengujian yang dilakukan meliputi uji DSC, XRD, FTIR, uji self-cleaning, dan SEM-EDX. Dari uji self-cleaning dengan dua macam pengotor, diperoleh hasil bahwa untuk pengotor lumpur, sampel terbaik adalah sampel dengan dispersant Etilen Glikol, dengan selisih luas pengotor 35,77%. Untuk pengotor pewarna makanan, sampel TiO2 dengan dispersant Triton X 100 memiliki selisih luas pengotor 17,64%. Hasil uji SEM-EDX menunjukkan ukuran partikel TiO2 rata-rata untuk cat tanpa dispersant adalah 132.02 nm, dan dengan dispersant Etilen Glikol menjadi 118.54 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa bahan dispersant dapat menimbulkan sifat self cleaning, serta mampu mendispersikan TiO2 di dalam cat dengan baik

    Pengaruh Tebal Lapisan Sealants Terhadap Laju Korosi Atmosferik Lingkungan Asam Sulfat Pada Pelat Logam Badan Mobil

    Full text link
    PENGARUH TEBAL LAPISAN SEALANTS TERHADAP LAJU KOROSI ATMOSFERIK LINGKUNGAN ASAM SULFAT PADA PELAT LOGAM BADAN MOBIL. Hujan asam merupakan salah satu penyebab korosi yang sangat besar pengaruhnya di kota-kota besar bagi pelat logam badan mobil. Selain itu kandungan garam diatmosfer juga turut mempengaruhi laju korosi disuatu tempat. Pelapisan sealants pada logam merupakan cara termudah dan termurah untuk dapat menurunkan laju korosi yang terjadi pada logam badan mobil. Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh tebal lapisan sealants terhadap laju korosi atmosferik lingkungan asam sulfat pada pelat logam badan mobil. Untuk mempercepat proses pengkorosian dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa fog chamber dengan medium pengkorosi asam sulfat. Dari penelitian ini didapatkan bahwa tebal lapisan sealants 7 mils dapat menghambat laju korosi yang terjadi dengan kecepatan terkecil sebesar 1,4878 mm/y pada medium pH 3,00 dan laju korosi mencapai puncaknya pada waktu ekpos 20 jam sampai dengan 45 jam pertama. Semakin tebal lapisan sealants yang digunakan, semakin kecil laju korosi pada pelat logam badan mobil sesuai dengan persamaan secara umum w = 9.8189(s)-1.0898 untuk medium korosi pH 2,75, w = 21.77(s)-2.2964 untuk medium korosi pH 3,00, dan w = 29.159(s)-3.6574 untuk medium korosi pH 3,25. Dan laju korosi dilingkungan asam mempunyai kecenderungan 30 kali lebih cepat dari laju korosi dilingkungan garam
    corecore