3 research outputs found

    Analisis Banjir Cimanuk Hulu 2016 (Upper Cimanuk Flood Analysis of 2016)

    Full text link
    The causes of floods can vary, but they are rarely caused by only one factor. The purpose of this research is to find the cause of flood that hit Garut City on 20 September 2016. The method used is flood water supply analysis and flooded area analysis which is developed by WMTC Solo. The results showed that the water supply in the Upper Cimanuk watershed was very high due to high rainfall the day before (110 to 255 mm /day), high antecedent soil moisture (35 to 44 mm), very vurnerable (52%) land condition on Upper Cimanuk watershed due to land use that was not in accordance with its ability and forest area which only 17.9% of the watershed area. Based on the analysis of flooded areas, which was flat area around the river were identified as prone areas to flood such as Garut, South Tarogong and Cilawu. The flood potential in the Upper Cimanuk watershed can be reduced by changing the land use pattern on the very sloping land from vegetable farming to agroforestry, reforestation, and applying soil conservation practices. For flooded areas the reduction of flooding can be conducted by increasing the drainage channel, building infiltration wells and dykes along the river and managing the riparian

    Identifikasi Dan Mitigasi Kerentanan Kekeringan DAS Moyo (Identification and Mitigation of Drought Vulnerability in Moyo Watershed)

    Full text link
    Identifikasi kekeringan diperlukan sebagai data dasar untuk mitigasi bencana kekeringan. Beberapa metode identifikasi kekeringan telah tersedia. namun perlu diujicobakan di daerah beriklim kering. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi dan mitigasi kekeringan di DAS Moyo, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah metode Paimin dan Syarif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda Paimin menghasilkan peta kerentanan yang seragam, yaitu “agak rentan” untuk seluruh DAS. Hasil ini disebabkan karena parameter yang digunakan hanya mempunyai satu kelas untuk seluruh DAS. Metode Syarif memberikan hasil yang lebih bervariasi karena parameter yang digunakan untuk DAS Moyo menghasilkan beberapa kelas kerentanan. Namun metode ini mempunyai kelemahan dalam menerapkan kedalaman muka air tanah. Di DAS Moyo hanya mempunyai satu kelas, padahal kedalaman muka air tanah bervariasi dari 4 sampai 11 m pada musim kemarau. Kedua metoda yang digunakan menunjukkan hasil yang sama, yaitu kelas kerentanan kekeringan di DAS Moyo adalah “sedang” (metoda Syarif) atau “agak rentan” (metoda Paimin). Agar metode-metode tersebut cocok untuk daerah kering maka kelas kekeringan dari setiap parameter perlu di-reklasifikasi lagi. Dengan mengkombinasikan kedua metoda di atas diharapkan akan diperoleh hasil yang lebih baik. Pada parameter IPA, yang dapat dimodifikasi adalah jumlah penduduk dan penggunaan air yang lebih efisien. Pemanfaatan air secara efisien dapat dilakukan melalui penyuluhan kepada masyarakat. Adaptasi kekeringan dapat juga dilakukan dengan pembuatan embung dan tandon air serta pengaturan pola tanam

    Identifikasi Dan Mitigasi Kerentanan Kekeringan DAS Moyo (Identification and Mitigation of Drought Vulnerability in Moyo Watershed)

    Full text link
    Identifikasi kekeringan diperlukan sebagai data dasar untuk mitigasi bencana kekeringan. Beberapa metode identifikasi kekeringan telah tersedia. namun perlu diujicobakan di daerah beriklim kering. Tujuan penelitian ini adalah identifikasi dan mitigasi kekeringan di DAS Moyo, Propinsi Nusa Tenggara Barat. Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah metode Paimin dan Syarif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metoda Paimin menghasilkan peta kerentanan yang seragam, yaitu “agak rentan” untuk seluruh DAS. Hasil ini disebabkan karena parameter yang digunakan hanya mempunyai satu kelas untuk seluruh DAS. Metode Syarif memberikan hasil yang lebih bervariasi karena parameter yang digunakan untuk DAS Moyo menghasilkan beberapa kelas kerentanan. Namun metode ini mempunyai kelemahan dalam menerapkan kedalaman muka air tanah. Di DAS Moyo hanya mempunyai satu kelas, padahal kedalaman muka air tanah bervariasi dari 4 sampai 11 m pada musim kemarau. Kedua metoda yang digunakan menunjukkan hasil yang sama, yaitu kelas kerentanan kekeringan di DAS Moyo adalah “sedang” (metoda Syarif) atau “agak rentan” (metoda Paimin). Agar metode-metode tersebut cocok untuk daerah kering maka kelas kekeringan dari setiap parameter perlu di-reklasifikasi lagi. Dengan mengkombinasikan kedua metoda di atas diharapkan akan diperoleh hasil yang lebih baik. Pada parameter IPA, yang dapat dimodifikasi adalah jumlah penduduk dan penggunaan air yang lebih efisien. Pemanfaatan air secara efisien dapat dilakukan melalui penyuluhan kepada masyarakat. Adaptasi kekeringan dapat juga dilakukan dengan pembuatan embung dan tandon air serta pengaturan pola tanam
    corecore