5 research outputs found
Respon Fisiologi dan Agronomi Padi Mutan Situgintung pada Cekaman Kekeringan Fase Vegetatif
Perubahan iklim dapat menyebabkan gangguan tanaman pangan, seperti kekeringan yang dapat mengurangi produksi beras. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon fisiologi dan agronomi padi Gogo Situgintung pada kondisi cekaman kekeringan fase vegetatif. Percobaan ini dilakukan di rumah kaca menggunakan rancangan acak kelompok dua faktor (genotipe dan perlakuan kekeringan) dengan empat kali ulangan. Genotipe yang digunakan terdiri dari Situgintung, IR20 (cek peka) dan Salumpikit (cek toleran). Semua genotipe ditumbuhkan pada dua lingkungan, kontrol (tanpa kekeringan) dan kekeringan fase vegetatif. Setiap perlakuan terdiri dari 10 tanaman. Perlakuan kekeringan diberikan pada saat fase vegetatif yaitu 15 Hari Setelah Tanam (HST). Peubah yang diamati terdiri dari klorofil a, klorofil b, total klorofil, karoten, antosianin, konduktansi stomata, MDA, prolin, bobot kering tajuk, rasio akar tajuk, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, panjang malai, bobot 100 butir, dan bobot gabah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan jika dibandingkan dengan IR20, Situgintung mampu mengurangi dampak negatif dari kondisi kekurangan air dengan cara mengurangi kerusakan klorofil dan mengurangi penurunan jumlah anakan. Penurunan bobot gabah per malai Situgintung pada kondisi kekeringan lebih kecil daripada IR20. Salumpikit merupakan varietas cek toleran kekeringan mengalami penurunan bobot gabah yang paling kecil
PERSEPSI DAN TINGKAT ADOPSI PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI SAWAH
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi, tingkat adopsi dan kecenderungan adopsi PTT padi sawah di tingkat petani. Penelitian dilaksanakan pada Agustus 2010 sampai Januari 2011 di Desa Labu, Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan panduan pertanyaan terstruktur (kuesioner). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani memiliki persepsi positif terhadap inovasi teknologi PTT padi sawah. Petani menganggap bahwa PTT padi sawah menguntungkan, tidak rumit, mudah dicoba, mudah dilihat hasilnya, tidak bertentangkan dengan nilai-nilai tradisi setempat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tingkat adopsi inovasi teknologi PTT padi sawah mencapai 48%. Adapun komponen PTT padi sawah yang telah diadopsi oleh petani; antara lain benih bermutu, pemberian pupuk organik, panen tepat waktu, tanam benih muda, tanam 1-3 bibit per lubang. Kecenderung adopsi menunjukkan bahwa beberapa komponen akan diadopsi pada musim tanam mendatang. ABSTRACTThe purposes of this study are to determine the perceptions of rice farmers, adoption level and adoption tendency towards integrated crops management (ICM). This research was conducted at Labu, Bangka Regency on August 2010 until January 2011. Data was collected by questionnaires. Data were analyzed descriptively. The results showed that farmers have positive perceptions towards ICM. Farmers believe that ICM is profitable, easily tested, and easy to see the suitable with their needs, low complexity. The adoption level of ICM is 48%. Some components of ICM have been adopted by farmers, such as quality seeds, organic fertilizer, harvest time, planting young seedlings, planting 1- 3 seeds per hole. Adoption tendency indicate that there are posibility an increasing of adoption of ICM in upcoming planting season
PEMANFAATAN LIMBAH KOMODITAS PERKEBUNAN UNTUK PEMBUATAN ASAP CAIR / Utilization of Plantation Commodities Waste for Liquid Smoke
Liquid smoke is the result of condensation of smoke from the pyrolysis process of biomass containing elements of lignin and cellulose. The chemical and physical components of liquid smoke were determined by the raw materials used. The purpose of this study was to determine the characteristics of liquid smoke from different plantation wastes. The raw material used consists of coconut shells, palm shells, and sawdust. Coconut shells were obtained from coconut milk traders in the Pangkal Pinang market. Palm oil shells were taken from palm oil mill waste. Sawdust was a waste of wood craftsmen in Pangkalpinang. Liquid smoke was produced by pyrolysis using a simple tool consisting of a plate with the main components of a combustion tube, a smoke conduit pipe, and a condensing tube. This study used a randomized block design with five replications. The results showed the highest yield of liquid smoke was obtained from coconut shell compared to palm shell liquid and sawdust liquid smoke. Liquid smoke from coconut shel had lower pH and water content than that from oil palm shell and sawdust. The phenol content of coconut shell liquid smoke was 19.45 mg/ml, sawdust liquid smoke 8.24 mg/ml and oil palm shell liquid smoke 19.54 mg/ml. The acid content of coconut shell liquid smoke (7.44%) was higher than that of oil palm shell liquid smoke (5.70%) and sawdust (1.36%).Keywords: phenol, pyrolysis, coconut shell, oil palm shell AbstrakAsap cair merupakan hasil kondensasi asap dari proses pirolisis biomassa yang mengandung unsur lignin dan selulosa. Komponen kimia dan fisika asap cair ditentukan oleh bahan baku yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik asap cair dari limbah komoditas perkebunan yang berbeda. Bahan baku yang digunakan terdiri dari tempurung kelapa, cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Tempurung kelapa diperoleh dari pedagang santan di pasar Pangkal Pinang. Cangkang kelapa sawit diambil dari limbah pabrik kelapa sawit. Serbuk gergaji merupakan limbah pengrajin kayu yang ada di Pangkalpinang. Pembuatan asap cair dilakukan dengan pirolisis menggunakan alat sederhana yang tediri dari plat dengan komponen utama tabung pembakaran, pipa penyalur asap, dan tabung kondensasi. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok dengan lima ulangan. Hasil penelitian menunjukkan rendemen asap cair dari tempurung kelapa paling tinggi dibandingkan dengan asap cair cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Asap cair tempurung kelapa mempunyai pH dan kadar air yang lebih rendah daripada asap cair cangkang kelapa sawit dan serbuk gergaji. Kandungan fenol asap cair tempurung kelapa 19,45 mg/ml, asap cair serbuk gergaji 8,24 mg/ml dan asap cair cangkang kelapa sawit 19,54 mg/ml. Kandungan asam asap cair tempurung kelapa (7,44%) lebih tinggi daripada asap cair cangkang kelapa sawit (5,70 %) dan serbuk gergaji (1,36 %).Kata kunci: fenol, pirolisis, tempurung kelapa, cangkang kelapa sawi
POLA DISEMINASI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
PTT atau Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi adalah suatu pendekatan yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian RI dalam rangka meningkatkan produksi beras secara nasional. Dalam rangka menyebarkan inovasi ini, Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan berbagai lembaga melalui berbagai media diseminasi. Lembaga-lembaga tersebut adalah lembaga penelitian (BPTP), lembaga pengaturan dan pelayanan (Dinas Pertanian), lembaga penyuluhan (Badan Penyuluhan, BPP, PPL) dan Kelompok Tani. Pengkajian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai sistem diseminasi PTT Padi dan tingkat adopsi petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengkajian dilakukan di Kabupaten Belitung (Desa Perpat), Kabupaten Bangka (Desa Tanah Bawah) dan Kabupaten Bangka Selatan (Desa Rias) pada bulan Februari-Oktober 2011. Metode penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka, survey, wawancara dan FGD . Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pola diseminasi PTT Padi dipengaruhi oleh berbagai faktor baik fisik maupun nonfisik. Faktor-faktor tersebut adalah karakteristik petani, partisipasi petani, kelembagaan kelompok tani, kemampuan penyuluh, metode diseminasi, media komunikasi dan informasi, dukungan pemerintah, infrastruktur pertanian, iklim dan cuaca serta kearifan lokal.Kata kunci: PTT Padi, Pola diseminasi, Adops
Identifikasi dan Toleransi Kemasaman Mesofauna Indigenous Tanaman Lada untuk Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.): Identifikasi dan Toleransi Kemasaman Mesofauna Indigenous Tanaman Lada untuk Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.)
Low soil fertility in Bangka becomes the main problem in permanent pattern of pepper cultivation. Utilization of micro and mesofauna plays a role in the decomposition of organic matter, improving soil structure, recycling of nutrients and reducing nutrient loss. This study aims to identify the potential of mesophuna isolation under the stand of pepper in stimulating the growth pepper seedlings. The initial stage of the activity is the identification and analysis of the abundance of mesofauna soil samples taken from South Bangka production centers of pepper plants. The potential tolerance of mesofauna acidity by growing pot system nursery pepper at different media acidity levels. The results showed that mesofauna obtained from Acari and Collembola species from Neanuridae family, Hypogastruridae, Entomobrydae, Sminthuridae, Cypoderidae, Mesotigmata. Based on tolerance to mesophyroid pH identified in this study are indifferent groups living on acid and alkaline pH conditions. Mesofauna can improve soil fertility as indicated by an increasing C-organic content, macro nutrients P, K, soil pH and soil aeration. Increasing macro nutrients and improving soil porosity of the planting media will stimulate root development and growth of nursery pepper.Rendahnya kesuburan tanah di Bangka menjadi permasalahan utama dalam pola budidaya lada secara menetap. Pemanfaatan mikro dan mesofauna berperan dalam dekomposisi bahan organik, memperbaiki struktur tanah, daur ulang hara dan mengurangi kehilangan hara. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi potensi mesofauna isolasi dibawah tegakan lada dalam memacu pertumbuhan bibit lada. Tahapan awal kegiatan yaitu identifikasi dan analisis kelimpahan mesofauna contoh tanah yang diambil dari Bangka induk dan Bangka Selatan sebagai sentra produksi tanaman lada. Uji potensi toleransi kemasaman mesofauna dengan menumbuhkan bibit lada secara pot sistem pada tingkat kemasaman media yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan mesofauna yang diperoleh jenis Acari dan Collembola dari famili Neanuridae, Isotomidae, Hypogastruridae, Entomobrydae, Sminthuridae, Mesotigmata, Cyphoderidae. Berdasarkan toleransi terhadap pH mesofauna yang teridentifikasi adalah golongan indifferen yang hidup pada kondisi asam dan basa. Mesofauna mampu memperbaiki kesuburan tanah ditunjukkan dengan meningkatnya kandungan C-organik, hara makro P, K, pH tanah dan aerasi tanah. Perbaikan kimia tanah dan porositas tanah akan memacu perkembangan akar dan pertumbuhan bibit lada