16 research outputs found

    Struktur Komunitas Laba-laba (Arachnida: Araneae) Di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara

    Full text link
    Bogani Nani Wartabone National Park is a tropical low land rain forest. This region has high diversity of arthropods, i.e. spider. The aims of this study was to analyze the Community structure of spiders of spiders (Arachnida: Araneae) in various types of habitat at Bogani Nani Wartabone National Park North Sulawesi. Sampling was carried out at three habitat types, namely primary, secondary, and farm. The research was conducted from March to May 2014 by using pitfall trap (to collect spiders that move on the ground) and sweep net (to collect the spideron vegetation canopy). The number of spiders obtained during the study of was 1267 speciments. The specimens collected are consists 15 families, 71 genera, and 129 morphospecies. The Family which most individual abundance is family Tetragnathidae and the least was Ctenizidae. Salticidae were the most common family of species (30 species), while the least were Agelenidae, Ctenidae and Ctenizidae where each family has one species. Abundance, richness, diversity and evenness of species was higher in the farm, while the lowest in the secondary forest. The highest similarity index of spider communities was between primary forests and secondary forests. The results of this research can be used as a diversity database of spiders for conservation strategies in North Sulawesi

    Perbandingan Aktivitas Harian Dua Kelompok Monyet Hitam Sulawesi (Macaca Nigra) di Cagar Alam Tangkoko-batuangus, Sulawesi Utara

    Full text link
    PERBANDINGAN AKTIVITAS HARIAN DUA KELOMPOK MONYET HITAM SULAWESI (Macaca nigra) DI CAGAR ALAM TANGKOKO-BATUANGUS, SULAWESI UTARA Deidy Katili 1) dan Saroyo 1) 1)Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Sam Ratulangi, Jl. Kampus UNSRAT Manado 95115; e-mail: [email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang perbandingan aktivitas harian dua kelompok monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) di Cagar Alam Tangkoko-Batuangus, Sulawesi Utara dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan frekuensi aktivitas harian pada kondisi habitat yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Desember 2009 pada dua kelompok Macaca nigra terhabituasi, yaitu kelompok Rambo I (KRI) dan kelompok Rambo II (KRII). KRI lebih banyak menempati hutan primer, sedangkan KRII lebih banyak menempati hutan sekunder dan semak belukar. Aktivitas harian dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu makan (feeding), mencari makan (foraging), berpindah (moving), istirahat (resting), dan sosial (social). Data aktivitas harian diambil dengan menggunakan metode focal animal sampling dengan interval 2 menit dari jam 06.00 sampai jam 18.00. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kelompok memiliki frekuensi aktivitas yang berbeda tetapi hasil uji Chi-Square menunjukkan frekuensi aktivitas makan kedua kelompok tersebut tidak berbeda nyata. Aktivitas terbanyak yang dilakukan oleh kedua kelompok tersebut adalah makan. Kata kunci: aktivitas harian, cagar alam Tangkoko-Batuangus, Macaca nigra, COMPARISON OF DAILY ACTIVITIES BETWEEN TWO GROUPS OF SULAWESI-CRESTED-BLACK-MACAQUES (Macaca nigra) AT TANGKOKO-BATUANGUS NATURE RESERVE, NORTH SULAWESI ABSTRACTThe comparison of daily activities between two groups of Sulawesi-crested-black-macaques (Macaca nigra) was studied at Tangkoko-Batuangus Nature Reserve, North Sulawesi. This study aimed to analyze the different of daily activities frequency in the different habitat condition. This research was conducted on two habituated group in January to December 2009. The first group was Rambi I that was accupied in the primary forest and the second group was that was occupied in the secondary forest as well as in the shurb. The daily activities were grouped into 5 classes, i.e. feeding, foraging, moving, resting, and social. Daily activity data were collected using focal-animal- sampling from 06.00 a.m. to 06.00 p.m with 2 minutes interval. The results showed the different frequency of daily activities between the groups, however, the differences were not significant based on Chi-Square test. The highest frequency of daily activity was feeding

    Biodiversitas Burung Pada Beberapa Tipe Habitat Di Kampus Universitas Sam Ratulangi

    Full text link
    Burung merupakan salah satu hewan yang memiliki kaitan erat dengan kehidupan manusia sejak dahulu kala. Fungsi ekologis burung yaitu sebagai penyebar biji dan penyerbuk alami. Burung juga dimanfaatkan manusia sebagai bahan makanan serta sebagai hewan peliharaan, bahkan burung juga turut berperan dalam berbagai budaya masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat biodiversitas burung di daerah Kampus Universitas Sam Ratulangi Manado berdasarkan nilai indeks Shannon-Wiener. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yang dilaksanakan pada bulan Desember 2016-Maret 2017. Berdasarkan hasil penelitian terdapat sembilan jenis yang ditemukan yaitu, Butorides striatus, Collocalia esculenta, Passer montanus, Pycnonotus aurigaster, Geopelia striata, Gallirallus torquatus, Hirundo tahitica, Nectarinia jugularis, dan Halcyon chloris. Burung yang paling banyak ditemukan adalah Collocalia esculenta dan yang paling sedikit adalah Butorides striatus. Indeks keanekaragaman dari burung yang diamati termasuk dalam kategori sedang melimpah yaitu, 1,638.Bird is one of the animals that has a closed relationship with human life since a long time ago. The ecological functions of birds are as natural seed dispersers and pollinators. Birds are also used by humans as food material and as a pet, even birds also play a role in various cultures of society. This study aims to determine the level of bird biodiversity in the area of University of Sam Ratulangi Manado based on Shannon-Wiener index value. This study used purposive sampling method conducted in December 2016-March 2017. Based on the results of the study there were nine species found, namely Butorides striatus, Collocalia esculenta, Passer montanus, Pycnonotus aurigaster, Geopelia striata, Gallirallus torquatus, Hirundo tahitica, Nectarinia jugularis, and Halcyon chloris. The most bird that commonly found is Collocalia esculenta and the fewest is Butorides striatus. The index diversity value of birds is 1,638 that belongs to abundant category

    Komposisi Pakan Tikus Ekor Putih (Maxomys Hellwandii) Di Kandang

    Full text link
    Tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) adalah hewan endemik Sulawesi dengan status konsevasinya yaitu least concern yang keberadaannya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis pakan tikus ekor putih dan porsinya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang komposisi pakan tikus ekor putih sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya konservasi terutama dalam kegiatan penangkaran dengan upaya domestikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah ad libitum sampling dengan menghitung berat pakan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis pakan tikus ekor putih terdiri dari: pepaya (51,3%), umbi singkong (15,7%), buah kelapa (15,6%), serangga (belalang) (13,9%), daun sirih (2,9%), kulit buah ketapang (0,4%), buah sirih (0,2%), buah beringin (0,1%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus ekor putih mengonsumsi buah pepaya lebih dari 50% dari total pakan dan tikus ekor putih bukan spesies herbivora sejati, tetapi cenderung omnivora

    Komposisi Pakan Tikus Ekor Putih (Maxomys Hellwandii) Di Kandang

    Get PDF
    Tikus ekor putih (Maxomys hellwandii) adalah hewan endemik Sulawesi dengan status konsevasinya yaitu least concern yang keberadaannya masih kurang diperhatikan. Ancaman utama tikus ekor putih adalah perburuan untuk dijual penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis pakan tikus ekor putih dan porsinya. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang komposisi pakan tikus ekor putih sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya konservasi terutama dalam kegiatan penangkaran dengan upaya domestikasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah ad libitum sampling dengan menghitung berat pakan yang dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi jenis pakan tikus ekor putih terdiri dari: pepaya (51,3%), umbi singkong (15,7%), buah kelapa (15,6%), serangga (belalang) (13,9%), daun sirih (2,9%), kulit buah ketapang (0,4%), buah sirih (0,2%), buah beringin (0,1%). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tikus ekor putih mengonsumsi buah pepaya lebih dari 50% dari total pakan dan tikus ekor putih bukan spesies herbivora sejati, tetapi cenderung omnivora

    Densitas Tangkasi (Tarsius Spectrum) Pada Elevasi Yang Berbeda Di Gunung Klabat, Minahasa Utara

    Full text link
    Tarsius spectrum (nama sinonim: Tarsius tarsier) dalam bahasa lokal disebut tangkasi (Minahasa), ngasi (Sulawesi Tengah), Tanda bona passo (Wana), Podi (Tolaki), Wengu (Mornene) merupakan spesies primata endemik Sulawesi. Tangkasi merupakan salah satu primata terkecil dan beberapa diantara anggota spesiesnya merupakan satwa endemik Sulawesi yang terancam punah dan dilindungi. Menurut IUCN (2008), tarsius dalam Red Data Book IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) termasuk dalam kategori vulnerable (rentan). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung densitas tangkasi pada elevasi yang berbeda di Gunung Klabat, Minahasa Utara. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini ialah estimasi densitas Tangkasi berdasarkan vokalisasi (duet call) sesuai dengan yang dikembangkan oleh Saroyo et al (2014). Pada setiap elevasi dibuat 10 plot yang berbentuk lingkaran dengan diameter 100 m. Jarak antar plot 200 m. Berdasarkan hasil pengamatan, densitas tangkasi pada elevasi 500 mdpl (2,04 individu/Ha), elevasi 1000 mdpl (2,68 individu/Ha), elevasi 1500 mdpl (0,89 individu/Ha) dan elevasi 2000 mdpl (0,12 individu/Ha)

    Inventarisasi Jenis Pohon Pada Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara

    Full text link
    Pohon sebagai penyusun utama kawasan hutan berperan penting dalam pengaturan tata air, cadangan plasma nutfah, penyangga kehidupan, sumber daya pembangunan dan sumber devisa Negara. Peranan pohon-pohon dalam komunitas hutan semakin sulit dipertahankan mengingat tekanan masyarakat terhadap kelompok tumbuhan dari waktu ke waktu terus meningkat.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis-jenis pohon yang berada di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang, Sulawesi Utara. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode garis berpetak yang merupakan modifiksi dari metode petak atau plot ganda dan metode jalur. Tipe habitat yang dijadikan titik pengambilan sampel adalah hutan primer dan hutan sekunder. Hasil pengamatan diperoleh sebanyak 38 jenis pohon penyusun hutan di Gunung Ambang yang termasuk dalam 22 suku. Pada hutan primer disusun oleh 37 jenis dan 22 suku, sedangkan pada hutan sekunder terdiri dari 28 jenis yang termasuk dalam 18 suku. Jenis pohon yang mendominasi setiap lokasi penelitian yaitu suku Magnoliaceae dan Arecaceae.Tree as the main constituent of forests play an important role in water regulation, germplasm reserves, life support, development resources and the country\u27s foreign exchange resources. The role of trees in the forest communities are difficult to be sustained because the people pressure increase on the trees day by day. This study aims to assess the types of trees that are in the nature reserve area of ​​Gunung Ambang, North Sulawesi. The method used is the line transect plots that is modified from the plot method or a double plot and track method. The type of habitat that is used as the starting sampling point is the primary forests and secondary forests. Result of observations showed that Gunung Ambang is composed by 38 species of plant in 22 family. In the primary forest composed by 37 species and 22 Family, whereas in secondary forest consists of 28 species in 18 family. Types of trees that dominate each research location are Family Magnoliaceae and Family Arecaceae
    corecore