4 research outputs found

    Prospek Pembibitan Ate Sebagai Unit Ipteks Bagi Inovasi Kreativitas Kampus Di Universitas Udayana

    Full text link
    Kerajinan ate merupakan salah satu etnik Bali yang sangat unik dan diminati oleh wisatawan.  Keunikan dan keindahan hasil kerajinan ini telah menjadikan kerajinan ate sebagai komoditi ekspor unggulan Provinsi Bali. Sentra produksi kerajinan Ate di Bali adalah Kabupaten Karangasem. Jumlah USAha kerajinan Ate di Kabupaten Karangasem mencapai 4.022 unit USAha dan menyerap 6.171 orang tenaga kerja dengan total investasi Rp 1 milyar dan nilai produksi sekitar Rp 9,397 milyar. Diperkirakan dalam sehari kebutuhan Ate kering untuk keperluan bahan baku USAha kerajinan tersebut rata-rata mencapai Rp 30 juta . atau mencapai 180 ton per tahun (Karangasem Dalam Angka, 2010). Namun demikian, produktivitas kerajinan tersebut kian menurun karena kesulitan memperoleh bahan baku yang memicu harga produk menjadi mahal sehingga menurunkan daya saing produk tersebut. Tujuan dari kegiatan ipteks bagi inovasi kreativitas kampus bibit ate ini adalah untuk menyediakan bibit ate dalam jumlah besar, dalam waktu singkat dan harga yang relatif murah. Perbanyakan tanaman ate dilakukan dengan penumbuhan spora. Proses produksi diawali dengan mengumpulkan spora yang terletak pada bagian bawah daun. Hal yang penting yang harus diperhatikan dalam perbanyakan tanaman dengan spora adalah memilih spora yang telah masak ditandai dengan warna coklat atau kehitam-hitaman. Spora ditumbuhkan pada media, setelah tumbuh selanjutnya disapih dan ditanam dalam polybag. Bibit yang sduah berukuran tinggi 30 cm selanjutnya siap untuk ditanam. Selain proses produksi yang diuraian di atas juga dilakukan serangkaian kegiatan lain untuk menunjang USAha IbIKK. Termasuk dalam kegiatan tersebut diantaranya: pengembangan Ipteks, promosi, pemasaran, dan evaluasi kinerja USAha. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa : (1) Unit IbIKK Bibit Ate sudah berjalan dengan baik sesuai dengan target capaian yang teah ditetapkan di bawah PS Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana; (2) Unit IbIKK telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai, berupa laboratorium, ruang kantor 24 m2, balai nursery 200 m2, balai seedling 34 m2, dengan investasi sebesar Rp. 58.365.000; (3) Kapasitas produksi telah mencapai target sebesar 6000 pohon; (4) Omset penjualan telah mencapai 3000 pohon; (5) Arus kas bersih pada tahun 2014 sebesar Rp. 18.324.000,-; (6) IbIKK bibit Ate memiliki prospek USAha yang bagus dengan terjalinnya pemasaran dengan Pemda Karangasem, Gianyar dan Industri Kerajinan Ate dari Lombok Barat

    PELAYANAN KONSULTASI ADAT/BUDAYA BALI “BALI SHANTI” UNIVERSITAS UDAYANA

    No full text
    ABSTRACT The present community service aimed to give consultation in order to solve of many problems related to Balinese customs and culture. The activity of community service was conducted on Bali Shanti office, located at Graduate school of Udayana University building, Denpasar. It can be concluded that the responses of Bali’s society were positive to the service. The consultation activity were attended by 102 participants during 2009. The origin of the participants were from Bali 80 percent, other places in Indonesia 15 percent, and expatriat 5 percent. The problem discussed in the consultation activity were among others family problem 60 percent, village customs legal drafting (awig-awig desa adat) 25 percent, culture 10 percent, and 5 percent others. </em

    PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TANI KOTA DENPASAR MENUJU PERTANIAN RAMAH LINGKUNGAN MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK MINERAL PLUS

    No full text
    Environment issues and go green impacted to perception of political makers both in governmental and privatesector. The organic farming was identical to decrease fertilizer application of chemical fertilizer. This issue shouldbe researched whether chemical fertilizer destroyed environment or vice verse. Since 1998 research found andconcluded that the opposite perception was due to the high dosage organic fertilizer. Dissemination of researchfound that mineral plus processing was conducted in Anggabaya Village. It was done by exercising farmer societywith empowering technology. Raw material of mineral plus fertilizer process has been formulated by the team,and the targets were the farmers and farming family to improve their knowledge in processing fertilizer andapplying it for farmer use. The training was conducted after presentation and discussion so the participant moreunderstood the use of fertilizer and quality of fertilizer. The team as tutors in formulating mineral plus fertilizerand participated by most of participants (90%). The participants were very responsive in mineral plus formulatingand most of them making formulate from the available material. The information from the participant that organicfertilizer yielded low production and farmers use quicklime in papaya garden which produced more sweetened fruits
    corecore