10 research outputs found

    GAMBARAN PERFORMA DOKTER UMUM DAN DOKTER SPESIALIS SEBAGAI INSTRUKTUR SKILLS LAB DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

    Get PDF
    Introduction: Skills lab is a means for pre-clinical students to learn and practice clinical skills. In the learning process, an instructor is needed who is responsible for facilitating the mentoring process. Those who act as skills lab instructors at the Faculty of Medicine, University of Pattimura are general practitioners and specialist doctors. To support their role, an instructor needs basic knowledge and skills in providing clinical skills training. This research was conducted to describe the performance of skills lab instructors at the Faculty of Medicine, Pattimura University. Method: This research is a quantitative descriptive study using a questionnaire that has been adopted from the "Instrument for Evaluating Clinical Skills lab Teacher's Dictactil Performance" questionnaire, which has been tested for validity and reliability. This questionnaire consists of 26 indicators covering three aspects, namely teaching skills, interpersonal skills and communication skills, as well as skills training conditions/strategies. Respondents as many as 140 students were selected purposively, namely students in class III and IV because they had passed most of the stages of preclinical education and training in almost all Skills lab modules. The data is then analyzed descriptively. Results: Almost all indicators on the three aspects of Skills lab instructor performance, get an accumulated good and very good rating of more than 70% of students. The aspect of teaching skills had the highest accumulation on the 8th indicator, namely 97.1% (136 students) for general practitioners and 97.9% for specialist doctors. The 3rd indicator on interpersonal and communication aspects, got the highest accumulation of 92.9% (130 students) for general practitioners and 91.4% (128 students for specialist doctors. Finally, the 4th indicator on the condition/training strategy aspect skills got the highest accumulation of 93.6% (131 students) for general practitioners and 99.3% (139 students) for specialist doctors. Conclusion: In general, the performance of general practitioners and specialists as Skills lab instructors at the Faculty of Medicine, University of Pattimura was described as good by students, with several indicators that were still considered lacking and required further evaluation

    Tingkat Depresi dan Ansietas Pada Usia Produktif

    Get PDF
    The most influential mental disorders are depression and anxiety disorders (anxiety), a major cause of the world's disease burden. The pandemic caused a 27.6% increase in cases of major depressive disorder and a 25.6% increase in cases of anxiety disorders globally. This study aims to find or screen the level of depression and anxiety of productive age. This research method is a descriptive cross-sectional approach by presenting data as a table frequency distribution. The sample in this study used an accidental sampling technique of 27 respondents. The results showed that 25.9% of respondents had mild depression, 14.8% had moderate depression, and the rest were normal. The level of anxiety shows that 11.1% of respondents experience very severe anxiety, 18.5% are in the normal category, and the rest are distributed in the mild to severe anxiety category. In early adulthood, there were 57.1% who experienced depression. The same thing at the age of the early adult respondents was found to experience mild to severe anxiety. It can be concluded that the depression levels of men and women have almost the same percentage. However, the level of mild to very severe anxiety is more experienced by womenGangguan mental yang paling berpengaruh adalah gangguan depresi dan kecemasan (ansietas), penyebab utama dalam beban penyakit di dunia. Bahwa pandemi menyebabkan peningkatan 27,6% dalam kasus gangguan depresi mayor dan 25,6% peningkatan dalam kasus gangguan kecemasan secara global. Penelitian ini bertujuan menemukan atau skrining tingkat depresi dan ansietas usia produktif. Metode penelitian ini deskriptif pendekatan cross sectional dengan menyajikan data berbentuk distribusi frekuensi dalam tabel. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling sebanyak 27 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 25,9% responden yang mengalami depresi ringan, 14,8% yang depresi sedang dan sisanya normal. Tingkat ansietas menunjukkan terdapat 11,1% responden yang mengalami ansietas sangat berat, 18,5% responden dalam kategori normal dan sisanya terdistribusi dalam kategori ansietas ringan hingga berat. Usia dewasa awal terdapat 57,1% yang mengalami depresi. Hal yang sama pada usia reponden yang dewasa awal ditemukan mengalami ansietas dari ringan hingga sangat berat. Dapat disimpulkan bahwa tingkat depresi laki-laki dan perempuan memiliki persentase yang hampir sama, namun tingkat ansietas ringan hingga sangat berat lebih banyak dialami oleh perempua

    HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PADA MAHASISWA ANGKATAN 2018 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURA

    Get PDF
    Pendahuluan:  Perilaku seksual remaja  merupakan tingkah laku remaja yang didorong oleh hasrat seksual, baik pada lawan jenis maupun sesama jenis. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja pada mahasiswa angkatan 2018 Fakultas kedokteran Universitas Pattimura. Hal ini dilakukan karena masih tingginya perilaku seksual yang terjadi pada masa remaja. Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif secara cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah 157 mahasiswa. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Hasil. Penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi adalah sebesar (34%), sedangkan perilaku seksual remaja adalah sebesar (77,5%). Kesimpulan. Hasil penelitian menggunakan uji Uji Chi Square  dapat disimpulkan bahwa yang tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja. (p=0.091). Hal ini berarti tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi yang baik, tidak menjamin perilaku seksual dari remaja juga akan baik

    PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PEMANGKU KEPENTINGAN NEGERI OUW , SAPARUA, TERHADAP PELAKSANAAN POSBINDU PTM

    Get PDF
    Meningkatnya kasus penyakit tidak menular (PTM) saat ini menjadi ancaman kesehatan secara global dan nasional. Hal ini mendorong tercetusnya berbagai strategi untuk menyelesaikan permasalahan. Salah satunya dengan pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), untuk mencegah dan menemukan lebih dini fakor risiko PTM. Tujuan penelitian adalah untuk melihat pengetahuan dan pemahaman semua elemen masyarakat tentang PTM dan Posbindu PTM, serta upaya dan dukungan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan Posbindu PTM tahun 2020 . Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019 di Pulau Saparua pada 22 informan di Negeri Ouw. Data diperoleh melalui hasil wawancara mendalam dan FGD, dengan menganalisis pengetahuan PTM, deteksi dini faktor risiko, pengetahuan Posbindu PTM, upaya dan dukungan, tantangan, anggaran dan kader Posbindu PTM. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih minimnya pengetahuan seluruh elemen masyarakat Negeri Ouw tentang PTM dan Posbindu PTM. Respon pemerintah dan masyarakat baik dalam menyambut kegiatan Posbindu PTM, hanya saja belum memahami bahwa kegiatan ini bertujuan untuk meningkat peran masyarakat untuk melakukan pencegahan dan penemuan dini faktor risiko sehingga mampu menyelesaikan permasalahannya secara mandiri. &nbsp

    BAGAIMANA PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA?

    Get PDF
    Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak banyak dideteksi dan disadari karena umumnya PTM tidak menimbulkan gejala dan keluhan. Oleh karena itu, peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian PTM di Indonesia. Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), merupakan salah satu solusi memberdayakan masyarakat dalam pengendalian PTM melalui promotif dan preventif faktor risiko secara terpadu. Posbindu PTM di Daerah Timur Indonesia khususnya di Provinsi Maluku, masih kurang sosialisasi dan pelatihan bagi masyarakat secara umum dan kader secara khusus. Menyadari permasalahan ini, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang PTM dan Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua. Studi ini merupakan penelitian kualitatif yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Unversitas Pattimura, Ambon. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 dan informan dipilih dengan menggunakan motode non-probabilty sampling. Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam (WM) dan focus group discussions (FGD). Pada penelitian ini, didapatkan ada beberapa kesalah-pahaman di masyarakat tentang Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM), masih adanya kesalah-pahaman informasi antara penyakit tidak menular dan penyakit menular serta gejalanya di masyarakat Kota Ambon dan Pulau Saparua, serta adanya kesalah-pahaman masyarakat terkait pelaksanaan Posbindu PTM. Adanya tanggapan yang baik dari masyarakat dengan adanya pelaksanaan Posbindu PTM. Penyuluhan dan media informasi sangat dibutuhkan untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat. Banyak masyarakat juga mengatakan bahwa pelaksanaan Posbindu itu tidak cukup hanya sebatas pengendalian faktor risiko

    PERMASALAHAN YANG DIHADAPI KADER POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA

    Get PDF
    Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu tantangan kesehatan yang utama pada abad ke-21. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pengidap penyakit tidak menular tidak menyadari dirinya sakit, hingga timbul komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Salah satu strategi Pemerintah Indonesia untuk mengendalikan PTM adalah dengan membentuk Pos Binaan Terpadu (Posbindu) PTM. Kader Posbindu merupakan agen perubahan terdepan dalam pencegahan dan pengendalian PTM. Permasalahan yang ditemui oleh kader Posbindu dapat menjadi hambatan untuk mencapai tujuan Posbindu PTM. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh kader dalam pelaksanaan Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua. Penelitian menggunakan data penelitian kualitatif Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura yang dilakukan pada bulan Desember 2019 - Januari 2020. Data merupakan hasil wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah dari kader pada 2 puskesmas di Kota Ambon dan 3 puskesmas di Pulau Saparua. Sampel yang digunakan adalah 31 sampel yang dipilih menggunakan teknik non-probability sampling. Hasil penelitian menunjukkan kader Posbindu PTM di Kota Ambon dan Pulau Saparua memiliki permasalahan yang sama antara lain kurangnya tenaga kerja kader, keterbatasan variasi pemeriksaan, serta antusiasme masyarakat yang berbeda. Kekurangan tenaga kerja kader juga mengakibatkan munculnya permasalahan lain yakni peran ganda kader sebagai kader Posbindu PTM dan kader Posyandu, serta adanya ketidakseimbangan insentif yang diterima kader dengan beban kerja yang dimiliki. Kerja sama antara pihak pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat diperlukan untuk mengatasi permasalahan kader yang kompleks tersebut

    PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU PENYAKIT TIDAK MENULAR (POSBINDU PTM) DI KOTA AMBON: SEBUAH STUDI KUALITATIF DI KELURAHAN PANDAN KASTURI DAN HATIVE KECIL

    Get PDF
    Posbindu PTM adalah salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh pemerintah guna menanggulangi penyakit tidak menular. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan yang dapat menghambat keefektifan Posbindu PTM. Penulisan merupakan hasil analisis penelitian kualitatif Fakultas Kedokteran Universitas Pattimura pada bulan November 2019 - Januari 2020. Tujuan analisis adalah mengetahui pelaksanaan Posbindu PTM. Data diperoleh hasil wawancara mendalam dan FGD informan yang berada di Posbindu PTM wilayah Puskesmas Rijali dan Puskesmas Hative Kecil serta Dinas Kesehatan Provinsi Maluku. Analisis dilakukan terhadap pelaksanaan, sumber pembiayaan, dan respon masyarakat pada masing-masing Posbindu PTM. Hasil analisis menunjukkan bahwa Posbindu PTM di Kelurahan Pandan Kasturi dan Negeri Hative Kecil telah berjalan. Terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti melibatkan pihak swasta dan pelatihan kader secara berkala

    KEPERCAYAAN TERHADAP KADER DALAM MENJALANKAN PELAYANAN KESEHATAN PADA POSBINDU PTM DI PULAU SAPARUA DAN KOTA AMBON

    Get PDF
    Salah satu usaha kesehatan berbasis masyarakat yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah penyakit tidak menular di Indonesia adalah Posbindu PTM. Sebagai sebuah UKBM, kader berperan sebagai pelaksana kegiatan Posbindu PTM. Keterbatasan kader terutama dalam hal pengetahuan dan keterampilan menjadi hambatan dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini sering kali mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kader. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perspektif pengambil kebijakan, masyarakat, dan kader tentang kepercayaan kepada kader dalam melakukan pelayanan kesehatan di Posbindu PTM. Penelitian kualitatif ini dilaksanakan di lima wilayah kerja Puskesmas yang ada di Kota Ambon dan Pulau Saparua pada bulan November 2019-Januari 2020. Penelitian ini melibatkan 46 informan dalam diskusi kelompok terfokus dan  43 informan dalam wawancara mendalam. Dalam penelitian ini dipeorleh beberapa alasan masyarakat meragukan pelayanan yang dilakukan kader yaitu masalah legal etik pemeriksaan oleh tenaga non kesehatan, kader tidak memiliki latar belakang pendidikan kesehatan, kader tidak percaya diri dalam melaksanakan pemeriksaan, takut kader melakukan kesalahan dalam pemeriksaan, kurangnya dukungan pengambil kebijakan dan masih kurangnya pemahaman tentang konsep penyelenggaraan posbindu. Sebaliknya, kader lebih mendapatkan kepercayaan apabila telah mendapatkan pelatihan dan tetap mendapatkan pendampingan dari puskesmas Pembina, dukungan pengambil kebijakan kepada para kader, serta masyarakat yang telah memiliki pengetahuan yang baik tugas kader di Posbindu

    KESENJANGAN PEMAHAMAN KONSEP PELAKSANAAN POS PEMBINAAN TERPADU DENGAN PELAKSANAANNYA DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN DI KOTA AMBON DAN PULAU SAPARUA

    Get PDF
    Penyakit tidak menular (PTM) telah telah mendorong dibentuknya strategi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) sebagai prioritas pembangunan di setiap negara sesuai dengan Sustainable Development Goals 2030. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Berbagai Posbindu PTM tidak berjalan secara optimal dengan salah satu penyebabnya karena pemahaman pelaksanaan dan persiapan Posbindu yang belum sesuai dengan konsep yang telah ditentukan oleh Kemenkes RI tentang petunjuk teknis Posbindu PTM. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai kesenjangan atau ketidaksesuaian pemahaman dalam pelaksanaan Posbindu PTM dengan konsep yang telah ditetapkan dan membahas upaya tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM sehingga diharapkan bisa mengurangi hambatan. Studi kualitatif ini dilakukan pada bulan November 2019-Januari 2020 di Kota Ambon dan Pulau Saparua dengan melakukan wawancara mendalam pada 12 informan di pihak Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, Dinas Kesehatan Kota Ambon, Dinas Kesehatan Kabupaten Maluku Tengah, 2 Puskesmas di Kota Ambon (Puskesmas Hative Kecil dan Puskesmas Rijali), dan 3 Puskesmas di Pulau Saparua (Puskesmas Jazirah Tenggara, Puskesmas Porto-Haria dan Puskesmas Booi-Paperu). Dari penelitian ini didapatkan berbagai miskonsepsi atau kesenjangan antara teori konsep Posbindu PTM dengan pelaksanaannya dalam hal pemahaman tentang tujuan program, sumber anggaran, pelaksanaan kegiatan, anggapan masyarakat, pengintegrasian, serta monitoring dan evaluasi program, sehingga dilakukan pembahasan untuk saran tindak lanjut yang sesuai dengan konsep Posbindu PTM untuk mengurangi hambatan

    KENDALA PELAKSANAAN POSBINDU PTM DI PULAU SAPARUA KABUPATEN MALUKU TENGAH DARI SUDUT PANDANG PENGAMBIL KEBIJAKAN

    Get PDF
    Penyakit tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. PTM juga merupakan penyebab tersering kematian prematur di seluruh dunia. Pada tahun 2016, PTM menjadi penyebab 71% kematian di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri pada tahun yang sama, 73% kematian disebabkan oleh PTM. Akibat tingginya angka kematian yang disebabkan oleh PTM inilah maka pemerintah menetapkan berbagai program yang salah satunya adalah melalui deteksi dini faktor risiko PTM dalam kegiatan Posbindu PTM.  Pulau Saparua merupakan salah satu area di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku yang hingga akhir tahun 2019 belum melaksanakan Posbindu PTM secara optimal. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di tiga desa di Pulau Saparua yakni desa Paperu, Porto dan Ouw. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2019 sampai Januari 2020. Dalam penulisan ini peneliti hanya menggunakan hasil wawancara mendalam dengan pengambil kebijakan di tingkat desa hingga provinsi. Berdasarkan hasil wawancara kendala yang dilaporkan di tingkat desa adalah minimnya pengetahuan pengambil kebijakan tentang PTM maupun posbindu PTM, rumitnya pertimbangan alokasi dana, belum adanya pemahaman masyarakat mengenai PTM dan pemeriksaannya di Posbindu. Kendala di tingkat kecamatan ialah tidak adanya penjelasan dan pendampingan dari Dinas Kesehatan terkait pelaksanaan Posbindu, kurangnya kesadaran masyarakat, dana bantuan dari pemerintah desa susah didapat, lokasi pelaksanaan posbindu, keterbatasan jumlah kader, kekhawatiran kader untuk melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap kader non-medis yang melakukan pemeriksaan, ketidak percayaan masyarakat terhadap hasil pemeriksaan dengan menggunakan alat digital, tidak fokusnya pemerintah pada masalah PTM. Kendala di tingkat kabupaten termasuk pelaksanaan posbindu oleh Puskesmas belum tepat dan tidak efektif, petugas Puskesmas belum dilatih, seringnya pergantian pemegang program di Puskesma, kurangnya pemahaman pemegang program di Puskesmas tentang Posbindu PTM, kekhawatiran kader dalam melakukan tindakan pemeriksaan dan kurangnya alat yang dimiliki Puskesmas. Di tingkat Provinsi, kendala yang dilaporkan adalah minimnya bantuan dari pemerintah pusat. Dari berbagai kendala yang ditemukan pada penelitian ini kemudian dibahas sesuai panduan yang berlaku untuk mengoptimalkan pelaksanaan Posbindu PTM di pulau Saparu
    corecore