759 research outputs found

    Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman Pangan Di Provinsi Maluku

    Full text link
    This study was aimed to determine the impact of climate change on food crops performance in the Maluku province, based on the climatological data from 1995 to 2012, and to find out crop commodities that are adaptable to climate change. This study used four models of trend analysis: linear least square pattern, quadratic, exponential, and moving averages. The results of forecasting were used to estimate food crop production in the year of climate change to determine the impact of climate change on crop production. Results showed that soybean was the most sensitive crop to climate change, it had the biggest impact on production, yield declined on both El Nino (10.7%) and La Nina (11.4%). Paddy which is generally cultivated on the wetlands, El Nino had the smallest effect on a decrease of production of 2.9% and 2.4% increased on the La Nina. Corn production decreased 7.4% on the El Nino and 3.9% increased during the La Nina. Sweet potatoes was the most resistant crop to climate change, the impact was increased production by 2.5% during El Nino. To reduce the impacts of climate changes could be done through some efforts, namely: (1) to identify areas of potential drought, floods, pests and diseases endemic based on climate and soil conditions, (2) to develop prediction techniques, based on weather and climate forecasts to provide early warning to farmers, (3) to prepare and disseminate a package of technology which is able to withstand the adverse conditions of the El Nino and La Nina, including varieties, pest and disease prevention, and production inputs which are easily obtained by farmers, (4) to improve irrigation and drainage channels, mainly on the paddy fields to increase production capacity and to prevent crop failure during the dry season

    Theurapeutic Effectiveness of Rat Bone Marrow Stem Cells in Poly Cystic Ovary Syndrome Mice Model on Folliculogenesis, TGF-β, GDF-9 Expression, and Estrogen, TNF- and Androgen Levels

    Full text link
    Objectives: to identify therapeutic effectiveness of Rat Bone Marrow stem cell in PCOS rats model on folliculogenesis, TGF-beta and GDF-9 expression and on estrogen, TNF-a and androgen levels.Material and Methods: this study is a laboratory experimental research with using animal testing. PCOS was induced by the administration of testosterone propionate hormone into 30 mice. The subjects of this study are divided into 2 groups: stem cell group and control group. The mice were injected with testosterone then vaginal swab was performed to determine the mice cycle. After determining mice in anestrous cycle, stem cell was injected. TNF-a was measured with immunohistochemistry and androgen was examined using ELISA. The data was measured by student t-test.Result: The average number of TNF-a expression in control group was lower than stem cell group (5.35 vs 2.34; p= 0.0026). The average androgen level for stem cell group was lower than mean for control group (2.31 vs 0.40; p= 0.0026).Conclusion: In this study of polycystic model mice, stem cell decreased the expression of TNF-a and androgen leve

    Sonogram Pemeriksaan Kebuntingan Dini pada Kambing Kacang (Capra Hircus)

    Full text link
    This study was conducted to determine the earliest day of pregnancy diagnosis in kacang goat using transrectal ultrasonography. The goat were synchronized by using prostaglandin in the luteal phase. Pregnancy was determined by isoechogenic visualization surrounded by hypoechogenic. Early pregnancy was detected on days 20 of embryonic vesicle diameter 1.2±0.1 cm. Fetus was detected on days 22 with a long gestation fetus 0.4±0.1 cm. Average increase until days 30 pregnancy was 0.19 ± 0.1 cm per day. Development of fetus was followed by an increasing the diameter and thickness of uterus. The diameter of uterus increased from days 14 (0.8 ± 0.3 cm) until days 30 (3.6 ± 0.2 cm), and thickness of uterus increased from days 14 (0.4 ± 0, 2 cm) until days 30 (1.8 ± 0.2 cm). It could be concluded that the earliest pregnancy diagnosis showed positive sign on days 20 and fetus was earliest observed on days 22

    Arahan Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Di Kabupaten Sampang

    Full text link
    Sektor pertanian merupakan potensi Kabupaten Sampang. Dari kelima sub sektor pertanian, sub sektor tanaman pangan memiliki kontribusi terbesar yakni 27,75% terhadap PDRB, namun besarnya kontribusi tersebut tidak diimbangi dengan pengembangan di lapangan dimana pada data tahun 2007-2011 beberapa komoditas mengalami penurunan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sampang. Penelitian ini menggunakan empat alat analisis antara lain analisis Delphi, analisis kesesuaian lahan, analisis cluster, dan analisis triangulasi. Analisis Delphi digunakan untuk menentukan faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian. Analisis kesesuaian lahan dengan metode overlay digunakan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pertanian. Analisis cluster untuk mengelompokkan kawasan pertanian berdasarkan faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian. Analisis triangulasi untuk merumuskan arahan pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan pada masing-masing cluster yang telah ditentukan. Dari hasil analisis didapat faktor penyebab kurang berkembangnya kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Sampang antara lain infrastruktur pertanian, SDM, modal, teknologi pertanian, pemasaran, dan minat masyarakat. Komoditas yang sesuai dikembangkan di Kabupaten Sampang antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan sorgum. Kelompok pengembangan kawasan pertanian terbagi menjadi 3 cluster dengan arahan pengembangan kawasan pertanian cluster I diarahkan untuk pengembangan komoditas padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan sorgum serta pemeliharaan layanan pada setiap faktor. Untuk cluster II dikembangkan padi, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, dan sorgum serta pemeliharaan layanan pada setiap faktor. Pada Cluster III dikembangkan padi, jagung, kacang tanah, dan kedelai serta pemeliharaan dan penambahan sarana pendukung kawasan pertanian yang belum tersedia

    Peran Serta Keluarga Pada Lansia Yang Mengalami Post Power Syndrome

    Full text link
    Post Power Syndrome merupakan keadaan yang menimbulkan gangguan fisik, sosial, dan spiritual pada lanjut usia saat memasuki waktu pensiun sehingga dapat menghambat aktifitas mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Lansia sangat membutuhkan peran serta dari keluarga dalam menghadapi masalah post power syndrome tersebut. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Populasi adalah lansia usia antara 60 sampai dengan 65 tahun yang sudah menjalani masa pensiun. Sampel dilakukan secara purposive dengan informan berjumlah 5 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam. Post power syndrome yang terjadi pada lansia mengakibatkan dampak pada fisik, sosial dan spiritual. Gangguan fisik yang dialami lansia menyebabkan aktifitas lansia terhambat. Masalah sosial menyebabkan lansia kurang berpartisipasi dalam kegiatan sosial di masyarakat. Masalah spiritual menyebabkan lansia kurang aktif dalam kegiatan keagamaan. Pendekatan fisik yang dilakukan keluarga dirasakan masih kurang oleh lansia. Keluarga di dalam membantu lansia menghadapi masalah post power syndrome dilakukan dengan tiga cara pendekatan yaitu pendekatan fisik, sosial, dan spiritual secara optimal. Perhatian yang diberikan keluarga kepada lansia tidak semua ditanggapi positif dan bahkan dapat menyebabkan persepsi negatif oleh lansia. Keluarga hendaknya mengoptimalkan perhatian dalam menghadapi lansia yang sedang menghadapi masalah post power syndrome. Peran perawat adalah memberikan arahan pada keluarga untuk lebih terbuka pada lansia sehingga timbul kepercayaan pada lansia untuk bercerita pada keluarga

    Penentuan Prioritas Pengembangan KAPET DAS KAKAB Di Kabupaten Barito Selatan

    Full text link
    Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) merupakan alat pegembangan wilayah yang dibuat pemerintah pusat untuk menghilangkan disparitas antara Kawasan Timur Indonesia dengan Kawasan Barat Indonesia. Kabupetan Barito Selatan merupakan satu dari empat kabupaten yang termasuk dalam KAPET Daerah Aliran Sungai Kapuas Kahayan Barito yang terdapat di Provinsi Kalimantan tengah (KAPET DAS KAKAB). KAPET DAS KAKAB sebagai alat pengembangan wilayah masih belum mampu menjalankan fungsinya. Oleh karena itu perlu penelitian untuk menentukan prioritas pengembangan KAPET DAS KAKAB berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjanya. Tujuan penelitian adalah menentukan prioritas pengembangan KAPET DAS KAKAB di tiap kecamatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode service quality dan metode Importance Performance Analysis. Metode service quality digunakan untuk menentukan kinerja faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan KAPET DAS KAKAB. sedangkan metode Importance Performance Analysis untuk menentukan faktor-faktor prioritas dalam pengembangan KAPET DAS KAKAB.Variabel-variabel pengembangan KAPET DAS KAKAB dibagi menjadi 4 prioritas pada tiap kecamatan. Prioritas 1 merupakan kelompok variabel yang mempengaruhi pengembangan KAPET DAS KAKAB namun pengembangannya belum sesuai dengan harapan, Prioritas 2 adalah kelompok yang dianggap penting dan pengembangannya sudah baik, prioritas 3 adalah kelompok yang kurang penting pengaruhnya dan masih kurang berkembang, prioritas 4 adalah kelompok yang kurang penting pengaruhnya dan pengembangan berlebi

    Penerapan Metode Cobit 5.0 Domain Dss02 dan Dss03 untuk Mengukur Tingkat Kapabilitas Tata Kelola Sistem di PT. Indofood Cbp Sukses Makmur Tbk.

    Full text link
    PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Adalah Perusahaan besar yang bergerak dalam industri pengolahan makanan dengan produk yang dikenal luas masyarakat Indonesia. Untuk menunjang perkembangan operasional Perusahaan sejak 15 tahun yang lalu Perusahaan telah mengimplementasikan suatu sistem ERP handal yang dinamakan SAP. Dalam perkembangannya sistem ini perlu dikelola manajemen permintaan layanan, insiden dan pengelolaan masalahnya, karena sistem ini semakin lama semakin besar, semakin kompleks dan jumlah usernya semakin banyak, Untuk mengukur seberapa besar kualitas layanan Sistem Informasi yang sedang berjalan maka diperlukan suatu metoda audit yang dapat mengukur apakah layanan yang diberikan telah berjalan dengan baik, efektif dan efisien. COBIT 5.0 domain DSS02 dan DSS03 dipakai sebagai metode untuk mengukur apakah tingkat kapabilitas pengelolaan permintaan layanan IT, pengelolaan insiden dan pengelolaan masalah terhadap pengoperasian sistem SAP ini telah berjalan efektif dan optimal. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa tingkat kapabilitas untuk domain DSS02 (Mengelola permintaan layanan dan insiden) berada pada level 3 (Established process) dengan score 3.05 dan tingkat kapabilitas untuk Domain DSS03 (Mengelola masalah) berada pada level 3 (Established process) dengan score 3.11
    • …
    corecore