3 research outputs found

    Analysis of the Results of Basic Life Support and First Aid Training for Soccer School Coaches in East Java

    Get PDF
    The Provincial Association of All-Indonesian Football Associations in East Java as the Association of Football Associations, has duties and responsibilities in managing, developing and advancing East Java football. One of the problems faced by the Provincial Association is the first treatment of sports injuries. New football coaches receive training on Basic Life Support and First Aid for injuries/traumas when participating in C-licenced trainer certification while becoming a coach at a football school does not require a C-licence qualification. The purpose of this study was to determine the skills and abilities of football coaches regarding Basic Life Support and First Aid for injuries to players when the medical team is not available so that permanent disability and athlete death can be avoided. The method used is a survey method by assessing the skills of Football School coaches in understanding Basic Life Support and First Aid. The results show that only 12 have heard/done 38.7% of First Aid training. Of the 31 coaches, 18 people understand what to do to check consciousness when a player faints are 58.1%. How to free the airway in players suspected of having neck injuries, only 13 coaches knew about 41.9%. Only 12 coaches knew how to free the airway in players without neck injuries by 38.7%. 15 trainers who know the maximum time for breathing examinations are 48.4%

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM KOMPREHENSIF PADA REMAJA

    No full text
    Anemia menjadi salah satu dari beberapa masalah gizi di Indonesia seperti malnutrisi dan obesitas. Berdasarkan RISKESDAS 2018 angka kejadian anemia pada remaja terbilang masih cukup tinggi, yaitu 32% remaja atau 3-4 dari 10 yang anemia. Remaja perempuan dikaitkan dengan gaya hidup kurang sehat seperti tidak makan pagi 65% dan 97% kurang aktifitas fisik dan konsumsi sayur, namun mengkonsumsi gula, garam, lemak berlebih. Data UNICEF tahun 2017 menunjukkan aktifitas fisik dan pola makan remaja berubah, dimana waktu kosong tidak digunakan dengan baik, beberapa remaja mengkonsumsi produk cemilan kemasan atau makanan olahan, dan lainnya banyak mengkonsumsi makanan kurang sehat seperti gorengan dan lain-lain. Penyebab anemia beragam, mulai dari kehilangan darah, peningkatan destruksi eritrosit, kegagalan produksi eritrosit dari sumsum tulang, keadaan dilusi eritrosit karena peningkatan plasma. Kegagalan produksi eritrosit diakibatkan kekurangan nutrisi (mikronutrien zat besi (Fe), penurunan sel eritroid (eritrosit yang belum matang), pembentukan eritrosit yang tidak efektif). Pemeriksaan laboratorium rutin diperlukan untuk anemia, seperti pemeriksaan darah lengkap, serta pemeriksaan tambahan lainnya seperti kadar zat besi tubuh (ferritin, serum besi, TIBC), pemeriksaan sumsum dan pemeriksaan indeks eritrosit untuk mengevaluasi keadaan eritrosit. Pemeriksaan rutin sejak dini diperlukan setidaknya satu kali per tahun, dimana untuk mencegah, mengetahui, dan menanggulangi risiko penyakit yang dapat dilakukan mulai dari masa remaja, sehingga mampu menurunkan risiko perkembangan dan komplikasi penyakit. Tujuan penulisan untuk mendukung kegiatan webinar GAUL RI memberikan informasi pemeriksaan lab untuk remaja dan orang tua di Indonesia. Diharapkan melalui tulisan ini remaja mengetahui dan mengerti bahwa pemeriksaan lab sejak dini sangat penting dilakukan remaja dan orang tua bisa mengerti pemeriksaan lab bagi anak remaja dibutuhkan untuk mencegah perkembangan penyakit

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA MASA PUBERTAS

    No full text
    Pemeriksaan lab merupakan suatu bentuk pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan untuk kesehatan ataupun untuk mendiagnosis dini suatu kondisi dari manusia. Pemeriksaan lab yang dibutuhkan remaja untuk memeriksakan kondisi kelainan diantaranya anemia defisiensi besi, anemia megaloblastik dan talasemia. Anemia megaloblastik terjadi akibat kekurangan asam folat, namun jarang terjadi pada remaja. Anemia defisiensi besi sering terjadi pada remaja, dimana keadaan tiba-tiba lemas, tidak bisa fokus dan lain-lain. Pada saat remaja pertama kali menstruasi mengalami kehilangan serum iron (zat besi) sekitar 1 mg dan apabila terjadi terus-menerus akan menyebabkan anemia. Untuk mendeteksi anemia, bisa dilakukan pemeriksaan Hb dan hapusan darah tepi. Ketika gejala anemia muncul, biasanya kadar hemoglobin sudah rendah, dimana biasanya pemeriksaan rutin dilakukan setelah memasuki usia 40 tahun ke atas. Pada talasemia, jumlah penderita di Indonesia cukup banyak terutama wilayah Indonesia barat, sehingga talasemia disebut “Mediteranian Anemia”, dimana ditemukan kelainan hemoglobin E, maka dari itu diperlukan pemeriksaan Hb dan pemeriksaan hapusan darah tepi. Pemeriksaan elektroforesis Hb, untuk memastikan apakah talasemia mayor atau minor pada penderita. Tujuan penulisan ini untuk mendukung kegiatan webinar GAUL RI memberikan informasi terkait pemeriksaan lab yang dibutuhkan kepada remaja dan orang tua di Indonesia. Diharapkan melalui tulisan ini remaja dapat mengetahui dan mengerti apa itu pemeriksaan lab, seperti apa pemeriksaan lab untuk remaja dan seberapa penting pemeriksaan lab dilakukan oleh remaja, sehingga orang tua bisa mengerti kebutuhan anak remajanya dan terciptalah remaja yang sehat dan berpengetahuan
    corecore