18 research outputs found

    Clinical Evaluation of Neoadjuvant Chemotherapy Followed by Radical Hysterectomy in the Management of Cervical Cancer Stage IIB

    Get PDF
    Objective: To evaluate the clinical efficacy, operability, radicality, toxicity, and incidence of recurrences of neoadjuvant chemotherapy (NAC) followed by radical hysterectomy (RH) among patients with stage IIB cervical cancer. Method: This is an observational clinical study at Dr. Moh. Hoesin Hospital, Palembang. Data were analyzed from 27 patients who matched the inclusion criteria and underwent 3 cycles of neoadjuvant chemotherapy (NAC) with Paclitaxel (75 mg/m2) in combination with Cisplatin (50 mg/m2) and Docetaxel (75 mg/m2) combined with Carboplatin (300 mg/m2) according to AUC 6, followed by radical hysterectomy from January 2012 until December 2013. Result: The operability rate after NAC was 96.4%. Lymph node metastases were negative in 75% of patients, and we found bilateral lymph node metastases in 14.3% of patients. Parametric infiltrations were negative in 85.7% of the patients, and positive in 14.3% of patients. No vaginal infiltrations were found. As much as 89.3% of the patients did not experience any side effect, while anemia and thrombocytopenia were found in 10.8% of the patients. We found that 7.1% of patients had recurrences within 6 months interval. Conclusion: NAC followed by radical hysterectomy showed significant advantages for patients with stage IIB cervical cancer, with fewer side effects. However, long-term evaluation and a larger number of patients are required to confirm this result. Keywords: cervical cancer, neoadjuvant chemotherapy, radical hysterectom

    The Efficacy of Chemotherapy in Advanced-Stage Cervical Cancer on Vitamin A Serum: Efektivitas Kemoterapi pada Karsinoma Serviks Stadium Lanjut terhadap Serum Vitamin A

    Get PDF
    Abstract Objective: To determine the efficacy of neoadjuvant chemotherapy on changes of vitamin A serum in advanced cervical carcinoma patient. Method: A randomized clinical trial was performed in the Oncology Gynecology Polyclinic and Ward of Dr. Mohammad Hoesin General Hospital, Palembang from September 2019 to September 2020. There were 30 subjects of advanced cervical carcinoma. Vitamin A levels and tumor volume subjects were assessed before and 1 month after 3 cycles of NAC and analyzed using the Paired T Test and Wilcoxon test. The correlation between vitamin A levels and tumor volume was analyzed by using Spearman's Rho test. Data analysis was using SPSS version 22.0. Results: This study showed statistically not significant increase on vitamin A levels after 3 cycles of NAC chemotherapy (p=0.515). However, there was a significantly decrease in tumor volume after 3 cycles of NAC (p=0.000). In addition, there was a moderate negative correlation between tumor size and vitamin A (r=-0.475; p=0.008). Conclusion: It can be concluded that there was significantly decrease in tumor volume after 3 series NAC chemotherapy and the smaller tumor size, the higher level of vitamin A serum. Keywords: cervical cancer, neoadjuvant chemotherapy, randomized clinical trial, vitamin A,   Abstrak Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas kemoterapi neoadjuvan terhadap perubahan kadar serum vitamin A pada karsinoma servik stadium lanjut. Metode: Penelitian uji klinik tanpa pembanding telah dilakukan di Poliklinik dan Bangsal Onkologi Ginekologi RSUP Dr. Muhammad Hoesin Palembang sejak September 2019 hingga September 2020. Didapatkan 30 sampel karsinoma serviks stadium lanjut. Kadar vitamin A dan volume tumor dinilai sebelum dan 1 bulan setelah 3 siklus NAC dan dianalsis menggunakan uji Paired T Test dan Wilcoxon. Korelasi antara Kadar vitamin A dan volume tumor sampel dianalisis menggunakan uji Spearman Rho’s. Analisa data menggunakan SPSS versi 22.0. Hasil : Pada penelitian ini terdapat peningkatan tidak signifikan kadar vitamin A setelah kemoterapi (p = 0,515). Terdapat penurunan secara signifikan volume tumor sebelum dan sesudah kemoterapi NAC 3 seri (p = 0,000).  Selain itu, didapatkan korelasi negatif sedang yang bermakna antara ukuran tumor dan kadar vitamin A ( r = -0,475 ; p = 0,008). Simpulan : Disimpulkan bahwa terdapat penurunan volume tumor setelah kemoterapi NAC 3 series dan semakin kecil ukuran tumor maka semakin tinggi kadar vitamin A dalam serum.  Kata kunci: kanker serviks, kemoterapi neoadjuvan, uji klinik tanpa pembanding, vitamin A

    POLIMORFISME GEN P21 CODON 31 RS 1801270 DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS PADA ETNIS MELAYU DI SUMATERA SELATAN

    Get PDF
    Kanker servik adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa.lebih dari 90% penyebab kanker leher rahim saat ini akibat Human Papiloma Virus (HPV) Gen yang terlibat dalam kanker servik adalah Gen P21 Codon 31 rs 1801270.Gen P21 Codon 31 rs 1801270 terletak pada kromosom 6p21.1 terdiri dari 3 ekson dan 2 intron dan mengkode protein 21-kd. Polimorfisme gen p21 dapat mempengaruhi ekspresi dan aktivitas protein berperan dalam ketahanan terhadap kanker serviks. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan polimorfisme gen p21 codon 31 dengan kejadian kanker serviks pada etnis melayu di sumatra selatan. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain Kasus Kontrol  ( Case - Control ).Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2019 di Biologimolekuler Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.Uji statistik menggunakan uji Chi - Square.Sampel penelitian ini menggunakan sampel darah yang diambil pada 70 sampel yang terdiri dari 35 dari kelompok kasus dan 35 dari kelompok kontrol.Polimorfisme Gen P21 Codon 31 rs1801270 dilakukan dengan metode PCR-RFLP. Tidak ditemukan adanya polimorfisme genotif dan alotif  Gen P21 Codon 31 rs1801270 terhadap kejadian kanker serviks pada etnis Melayu di Sumatra Selatan

    Vitamin A dan perannya dalam siklus sel

    Get PDF
    Mekanisme normal pengatur proliferasi sel melalui siklus sel, dimana sebagai pengontrolnya adalah pada chech point yaitu fase G1 dan S. Tumor supresor gen sangat berperan dalam mengatur mekanisme sel untuk istirahat atau memperbaikinya apabila terjadi abnormal, dimana bila tidak bisa diperbaiki akan terjadi proses kematian atau apoptosis. Vitamin A merupakan sebagai salah satu substrat yang ikut berperan didalam pengatur mekanisme siklus sel, utamanya  pada fase G1 dan S istirahat.Vitamin A didapatkan dari konsumsi makan yang berasal dari hewan atau provitamin A dari tumbuh-tumbuhan. Vitamin A diabsorbsi dari usus masuk ke  aliran linfe atau darah dan dengan mekanismenya akan masuk kedalam inti sel yang berikatan dengan reseptornya untuk memberikan sinyal sinyal didalam proses pengaturan siklus sel

    Terapi Antiangiogenik pada Kanker Ovarium

    Get PDF
    Modulator angiogenesis merupakan salah satu strategi yang cukup menjanjikan dalam meningkatkan ketahanan hidup pasien kanker ovarium. Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan reseptornya merupakan komponen terpenting dalam proses angiogenesis tumor. Dua strategi utama dalam penghambatan jalur VEGF yaitu inhibisi ikatan VEGF dengan antibodi atau reseptornya dan inhibisi reseptor VEGF (VEGFR) dengan inhibitor tirosin kinase (Tyrosine Kinase Inhibitors/TKIs). Antiangiogenik yang telah diteliti meliputi golongan antibodi monoklonal IgGI anti-VEGF human (Bevacizumab), VEGF trap dan inhibitor tirosine kinase. Penelitian retrospektif dan uji klinis fase II telah menunjukkan bahwa agen antiangiogenik menjanjikan pada terapi kanker ovarium. Beberapa efek samping serius ditemukan pada uji klinis antiangiogenik

    EFEKTIVITAS KEMOTERAPI KOMBINASI PAKLITAKSEL-KARBOPLATIN BERDASARKAN KADAR VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR A ( VEGF-A ) SERUM PADA KANKER OVARIUM TIPE EPITEL

    Get PDF
    Kanker ovarium merupakan keganasan ginekologi terbanyak ketiga penyebab kematian perempuan di Indonesia, menempati urutan ke-18 di dunia tahun 2018, histopatologi terbanyak merupakan tipe epitel. Tatalaksana pasien kanker ovarium stadium lanjut terdiri dari kombinasi operasi surgical staging atau sitoreduksi dengan kemoterapi. Penelitian ini akan menilai respons pengobatan pasien kanker ovarium tipe epitel yang menjalani kemoterapi kombinasi paklitaksel-karboplatin di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang berdasarkan kadar VEGF-A serum. Penelitian ini merupakan uji klinik acak tanpa pembanding. Sampel penelitian adalah semua pasien kanker ovarium tipe epitel di RSUP Dr.Mohammad Hoesin Palembang yang mendapat kemoterapi pada bulan Desember 2018 sampai dengan Mei 2019 sejumlah 30 pasien.  Karakteristik umum subyek penelitian ini yaitu usia terbanyak >48 tahun (53,3%), 20 sampel berdomisili di luar kota (66,7%). Pendidikan terbanyak adalah SMA yaitu 14 orang (46,7%). 21 orang (66,7%) merupakan multipara, stadium terbanyak adalah IIIC (56,7%). Didapatkan penurunan bermakna kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi (p=0.000). Rerata kadar ca125 sebelum dan setelah kemoterapi adalah 840,60 dan 472,02. Rerata kadar VEGF-A serum sebelum kemoterapi adalah 806,03 dan menurun menjadi 703,5 setelah kemoterapi tetapi tidak bermakna secara statistik (p=0,082). 20 pasien (71,43%) dengan respons kemoterapi positif mengalami penurunan kadar VEGF-A namun tidak bermakna secara statistik (p=0,517). Hasil penelitian didapatkan penurunan kadar VEGF-A pada 70% pasien paska kemoterapi paklitaksel-karboplatin 3 seri tetapi tidak bermakna secara statistik. Kadar VEGF-A serum belum efektif untuk menilai respon kemoterapi paklitaksel-karboplatin pada pasien kanker ovarium tipe epitel

    Faktor Risiko Kanker Serviks Pada Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang

    Get PDF
     Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita.. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan case-control. Sampel penelitian adalah 52 pasien yang terbagi menjadi 26 pasien kanker serviks dan 26 pasien non-kanker serviks baik yang dirawat jalan maupun rawat inap di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang selama periode September-November 2016. Penelitian ini menggunakan data primer berupa wawancara. Data dianalisis secara univariat dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selanjutnya, dianalisis secara bivariat untuk mengetahui hubungan dan nilai OR. Dari 8 faktor risiko yang diteliti, terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keputihan patologis (p= 0,0005 OR= ?), paritas (p= 0,0005 OR= 22,7), usia (p= 0,0005 OR= 19,2), penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang (p= 0,0005, OR= 12,4),  usia pertama kali melakukan hubungan seksual (p= 0,006, OR= 6,1 ), dan pekerjaan suami (p= 0,05 OR= 3,6),  dengan kejadian kanker serviks. Sedangkan Terdapat 2 faktor risiko yang tidak memiliki hubungan yang bermakna antara merokok (p= 1,0) dan berganti-ganti pasangan seksual (p= 1,0) dengan kejadian kanker serviks. Hasil penelitian mengidentifikasi faktor-faktor risiko dengan hubungan terhadap kejadian kanker serviks yang signifikan, yaitu usia, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang, riwayat keputihan, dan pekerjaan suami

    BRCA1 Gene Q356R (1186A=G) Polymorphism and Epithelial Ovarian Cancer Incidence

    Get PDF
    Objective: To determine the association between BRCA1 gene Q356R (1186A=G) polymorphism and epithelial ovarian cancer incidence. Methods: This study is an observational analytic study with casecontrol study design. All patients diagnosed with epithelial ovarian cancer that were treated in the outpatient clinic and inpatient ward of the Department of Obstetrics and Gynecology, Dr. Mohammad Hoesin Hospital, Palembang who met the inclusion criteria were included in this study. DNA extraction was performed on blood samples, followed by PCR-RFLP process. Results: We obtained the genotype distribution of BRCA1 Q356R (1186A=G) polymorphisms to be QQ genotype (wild-type) on all 50 subjects in the case group (100%) and 50 control subjects (100%). Similarly, all BRCA1 alleles have the Q allele. The results of this study found no polymorphism of the BRCA1 Q356R (1186A=G) in the ovarian cancer and control groups. Conclusion: Polymorphism of BRCA1 gene Q356R (1186A=G) was not significantly associated with epithelial ovarian cancer incidence. [Indones J Obstet Gynecol 2015; 3-4: 206-211] Keywords: BRCA1 gene, epithelial ovarian cancer, polymorphis

    FACTORS RELATED UTERINE MIOMAS (UTERINE FIBROIDS) AT RSUP DR. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

    Get PDF
    Background: Uterine fibroids or uterine myomas are benign tumors cell myometrial smooth muscle surrounded by a pseudocapsule. Uterine fibroids occur in reproductive age women and will slowly disappear at menopause. Uterine fibroids are the second most common reproductive problem experienced by women in Indonesia after cervical cancer. The world incidence rate of uterine myomas is 20-35%, while Indonesia ranges from 2.4% to 11.7%. The study was conducted to know related factors with incident of uterine myomas at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Methods: This research is an analytic observational study with a cross-sectional approach. The sample of this study were gynecological patients at RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang and data collected for the period January 2020 - July 2021 that met the inclusion criteria and exclusion criteria. Results and Conclusions: From 60 patients, the proportion of patients with uterine myomas was 61.7%. The analysis using the Chi-square test showed that age ( p = 0.005) had a significant relationship with the incidence of uterine myomas. The results of the analysis using the Chi-square test showed that age at menarche ( p= 1.00), parity ( p= 0.761), body mass index ( p =0.559), infertility ( p =0.112), history of hypertension ( p =1.00 ), history of diabetes mellitus ( p = 1.00), history of using hormonal contraception ( p = 0.634) did not have a significant relationship with the incidence of uterine myoma. Conclusion of this study is the mostr related factors of uterine myomas is age factor.

    Survival of borderline tumors of the ovary and its prognostic factors at Dr. Cipto Mangunkusumo hospital from 1990 to 1999

    No full text
    Sixty-two patients with borderline tumors of ovary were historical cohort analyzed for survival characteristics. There were 9 patients with FIGO stage IA, 9 with stage IC, 3 with stage IIIA, 2 with stage IIIB, 4 with stage IIIC, 1 with stage IV and 34 with inadequate stage tumors. Twenty one patients had surgical staging with radical surgery, 10 patient had at least a total abdominal hysterectomy and bilateral salpingo-oophorectomy, 6 patient had surgical staging with conservative surgery, 24 patient had at least a unilateral salphingo-oophorectomy or ovarian cystectomy and 1 patient had biopsy. Sixteen patients received cisplatin-based combination chemotherapy, that were 8 with inadequate stage tumors, 7 with stage III tumors and 1 with stage IV tumor. Follow-up range from 0.02 to 10.48 years, with a median of 3.5 years. Fifty nine patient were alive. Three patients died, all of disease. Recurrence were found in 4 patients. The overall 2-years survival rate was 96% and 10-years survival rate was 94%. In log rank test, residual disease and histology type were significant predictor of survival. (Med J Indones 2002; 11:222-9) Keywords: borderline tumors of ovary, surviva
    corecore