2 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit Jantan (Mus musculus)

    Get PDF
    Blood glucose levels are said to be too high if they exceed 200 mg / dL. The medical term for blood glucose levels that are too high is hyperglycemia. Hyperglycemia is a medical condition in which an increase in blood glucose levels exceeds normal limits. This study aims to determine the effect of Angsana leaf extract (Pterocarpus indicus Willd.) And determine the optimal dose to reduce blood glucose levels in male mice (Mus musculus). This research is a type of laboratory experimental research conducted in December 2020-January 2021 at the Phytochemical-Pharmacognosy Laboratory and the Pharmacology Laboratory of the Pancasakti University Pharmacy Study Program. Simplicia was extracted using the maceration method with 96% ethanol solvent. This study used 12 male mice which were divided into 4 groups consisting of group I (negative control) given 0.5% Na-CMC suspension, group II given angsana leaf extract at a dose of 50 mg / KgBW, group III which was given Angsana leaf extract at a dose of 100 mg / KgBB, and group IV were given angsana leaf extract at a dose of 200 mg / KgBB. The results showed a decrease in blood glucose levels of mice groups I, II, III and IV were 29.54%, 69.62%, 78.10% and 93.76%, respectively. The most optimal dose in reducing blood glucose levels in mice after treatment for 180 minutes is a dose of 200 mg / KgBW with an average percentage of 93.76%. And the results of statistical tests showed a significant effect between all treatment groups where α <0.05. Kadar glukosa darah dikatakan terlalu tinggi jika melebihi 200 mg/dL. Istilah medis untuk kadar glukosa darah yang terlalu tinggi adalah hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan suatu kondisi medik berupa peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak Daun Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) dan mengetahui dosis yang optimal terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan (Mus musculus). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen laboratorium yang dilakukan pada bulan Desember 2020-Januari 2021 di Laboratorium Fitokimia-Farmakognosi dan Laboratorium Farmakologi Program Studi Farmasi Universitas Pancasakti Makassar. Simplisia diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Penelitian ini menggunakan 12 ekor mencit jantan yang dibagi ke dalam 4 kelompok terdiri atas kelompok I (kontrol negatif) yang diberikan suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok II yang diberikan ekstrak Daun Angsana dengan dosis 50 mg/KgBB, kelompok III yang diberikan ekstrak Daun Angsana dengan dosis 100 mg/KgBB, dan kelompok IV yang diberikan ekstrak Daun Angsana dengan dosis 200 mg/KgBB. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kadar glukosa darah mencit kelompok I, II, III dan IV berturut-turut adalah 29,54%, 69,62%, 78,10% dan 93,76%. Dosis yang paling optimal dalam penurunan kadar glukosa darah mencit setelah perlakuan selama 180 menit adalah dosis 200 mg/KgBB dengan persentase rata-rata mencapai 93,76% dan hasil uji statistik menunjukkan pengaruh yang signifikan antar semua kelompok perlakuan dimana α < 0,05

    Pengendalian Kejadian Gugur Bunga dan Buah (Fruit-drop) dengan Aplikasi Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA) dan Giberelin Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.): Pengendalian Kejadian Gugur Bunga dan Buah (Fruit-drop) dengan Aplikasi Indole Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA) dan Giberelin Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)

    No full text
    The study aimed to obtain morphophysiology information on fruit-drop events in chili plants on application of plant growth regulator (PGR) auxin (IAA and IBA) and gibberellins. The study was arranged based on a split-plot design in a randomized block design with 3 replications. The main plot is 3 types of PGR namely IAA, IBA, and GA3. The subplots are 5 levels of concentrations (ppm): 0, 25, 75, 50, and 100. The data were analyzed using STAR software and Smallest Significant Difference (LSD) 5%. The results showed that the application of PGR and concentration did not significantly affect the number of attached and abscised flowers. However, the application of PGR resulted in a higher number of attached flowers than the abscised flowers. Giving IAA 25 ppm produced the highest number of fruits compared to other IAA concentrations. Increasing the concentration of GA3 tends to increase the number of attached fruits and the highest at 100 ppm GA3. The interaction between PGR and concentration significantly affected the weight per fruit. The treatment of GA3 100 ppm produces the highest weight per fruit. Increasing the concentration of auxin tends to reduce the weight per fruit. The IBA 100 ppm decreases the length of chili.Penelitian bertujuan mendapatkan data dan informasi morfofisiologi kejadian gugur bunga dan buah (fruit-drop) pada tanaman cabai terhadap pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) auksin (IAA dan IBA) dan GA3. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Petak Terpisah dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 3 jenis ZPT yaitu IAA, IBA, dan GA3. Anak petak yaitu konsentrasi perlakuan yang terdiri dari 5 taraf (ppm) yaitu 0, 25, 50, 75, dan 100 ppm. Data yang diperoleh dianalis menggunakan software STAR dan jika terdapat beda nyata diuji lanjut dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan IAA, IBA, dan GA3 serta konsentrasi perlakuannya tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah bunga tinggal maupun bunga gugur pada tanaman cabai besar. Namun, hasil penelitian menemukan bahwa perlakuan ZPT menghasilkan jumlah bunga tinggal yang lebih banyak dibandingkan bunga gugur. Pemberian IAA 25 ppm menghasilkan jumlah buah tinggal tertinggi dibandingkan konsentrasi IAA lainnya. Peningkatan konsentrasi GA3 cenderung meningkatkan jumlah buah tinggal dan tertinggi pada konsentrasi GA3 100 ppm. Interaksi antara jenis ZPT dan konsentrasi pemberiannya berpengaruh nyata terhadap bobot per buah. Perlakuan GA3 100 ppm menghasilkan bobot per buah tertinggi. Peningkatan konsentrasi auksin cenderung menurunkan bobot per buah. Pemberian IBA 100 ppm menurunkan panjang buah cabai besar
    corecore