1 research outputs found

    PEMBAJAKAN HADIS NABI: PEMIKIRIAN POLITIK KELOMPOK EKSTRIMIS INDONESIA ERA POLITIK MILENIAL

    No full text
    Tulisan ini menggambarkan munculnya primordialisme ekstrim di ruang public untuk kepentingan politik. Fenomena primodialisme ini lazim terjadi sejak masa Islam zaman sahabat hingga saat ini. Penggunaan agama sebagai legitimator kekuasaan atau sebaliknya, merupakan hal yang lazim terjadi dalam agama dan kekuasaan manapun. Tidak heran, penggunaan simbol-simbol agama dalam konteks politik semakin ke sini semakin canggih secanggih media yang melahirkannya. Alih-alih dapat dideskripsikan, manuver politik melalui media era millenial bahkan tak dapat dikendalikan oleh siapapun. Konten politik dan agama tak kalah seru memenuhi hampir setiap media dan aplikasi yang tersajikan dengan cepat dan mudah. Tak peduli seberapa kuat akurasi data yang disajikan, yang terpenting adalah semangat menemukan manuver baru dalam rangka mengalahkan yang lain dan menjadi paling eksis. Kelompok politik ekstrimis-religius memasang dan mengunduh sumber-sumber keagamaan dan menyajikannya dalam konteks kepentingan politik tertentu. Materi-materi yang diunduh dan dipasang biasanya berkaitan erat dengan tafsir al-Quran dan hadis nabi. Lebih dari 60% argumen politik yang dibangun biasanya didasarkan pada sumber tidak valid atau setidaknya hasil pemahaman kurang akurat atas hadis nabi dan peristiwa-peristiwa kenabian. Simbol-simbol kenabian atau yang mengidentikkan seseorang atau kelompok kepada yang paling mirip dengan nabi pun dilakukan, meski tidak lazim dan masih semu bagi pemahaman awam. Menempatkan simbol-simbol agama dalam spanduk politik, dan menggunakan instrument ulama yang paling sunnah sebagai instrument untuk meningkatkan elektabilitas politik. Telah terjadi pergeseran fungsi agama dari posisinya sebagai pembimbing menjadi hanya instumen untuk mendapatkan kepentingan kekuasaan politik semata
    corecore