4 research outputs found

    Single Nucleotide Polymorphism Promoter -765g/C Gen Cox-2 sebagai Faktor Risiko Terjadinya Karsinoma Kolorektal

    Full text link
    Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan keganasan yang berasal dari transformasi neoplastik sel-sel epitel kolon dan rektum, menempati urutan ketiga terbanyak dari seluruh kanker di seluruh dunia.Berbagai Perubahan DNA dapat terjadi akibat paparan dengan lingkungan dan karsinogen. DNA yang gagal berpasangan menimbulkan instabilitas genetik, mutagenesis, dan kematian sel, disebut sebagai single nucleotide polymorphisms (SNPs). Polimorfisme adalah Perubahan atau mutasi pada gen yang tidak menimbulkan Perubahan struktur protein hanya mengakibatkan variasi fungsi protein, tidak bermanifestasi klinis, hanya bisa menentukan kerentanan terhadap penyakit. Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional pada gen COX-2 dengan metode PCRRFLP. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah case series, dilakukan di Laboratorium Klinik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang selama 4 bulan, dari bulan Mei sampai dengan November 2012. Terdapat empat puluh (40) orang subjek penelitian yang merupakan penderita KKR, semuanya berasal dari seluruh etnis yang berdomisili di Sumatera Selatan dan bersedia ikut serta dalam penelitian. Penderita karsinoma kolorektal yang berjenis kelamin laki-laki (52,5%) lebih banyak daripada wanita (47,5%), lokasi karsinoma pada daerah kolon (25%) lebih banyak daripada daerah rektum (75%), dan penderita dengan adenokarsinoma (77,5%) merupakan jenis terbanyak diikuti musinus adenokarsinoma (17.5%) dan adenoskuamous karsinoma (5%). Distribusi genotip CC (mutan) sebanyak 10%, genotip GC (heterozygot) sebanyak 10%, dan, genotif GG (normal) sebanyak 80%. Sedangkan Distribusi alel C (mutan) sebanyak 16% dan alel G (normal) sebanyak 84%. Penelitian ini terbatas pada identifikasi polimorfisme gen COX2 pada kasus KKR, tidak melihat hubungan atau pengaruh polimorfisme gen COX-2 terhadap kejadian KKR. Perlu dilakukan wawancara lebih lanjut terhadap pasien mengenai suku, etnis, riwayat keluarga. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan polimorfisme promoter -765G/C Gen COX-2 dengan kejadian karsinoma kolorektal

    Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam Meningkatkan Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang

    Get PDF
    Latar Belakang : Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat (Hardianti et al., 2013). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas pelayanan antenatal di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian dilakukan sejak 30 Maret sampai dengan 30 Mei 2015 dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Informan penelitian adalah 8 (delapan) orang bidan (koordinator dan KIA) di Puskesmas Sako, Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang, 4 (empat) orang Kepala Puskesmas di tempat bidan tersebut bertugas, 8 (delapan) orang ibu hamil dan 2 (dua) orang dokter spesialis Kebidanan RSMH. Data dianalisis dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Hasil Penelitian : Hasil analisis menunjukkan bahwa belum semua bidan mendapatkan pelatihan atau sosialisasi pelayanan antenatal, bidan mengetahui tujuan dan manfaat dilakukan pelayanan antenatal sesuai standar, belum semua bidan mematuhi standar pelayanan antenatal yang sudah ditetapkan, masih terdapat sarana dan prasarana yang belum memadai untuk melakukan pelayanan antenatal sesuai standar, bidan telah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai deteksi risiko dan mampu melakukan deteksi risiko pada ibu hamil. Kesimpulan : Dinas kesehatan propinsi dan kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pelayanan antenatal sesuai standar

    Perbandingan Efektivitas Saline Normal dengan Udara dalam Pengembangan Cuff Pipa Endotrakeal untuk Mengurangi Risiko Sakit Tenggorokan Pascaintubasi

    Get PDF
    Penggunaan pipaendotrakea (Endotracheal tube/ETT) yang memiliki cuff(balon) adalah merupakan suatu praktik standar untuk fasilitas pemberian ventilasi tekanan positif dan juga sebagai proteksi jalan napas terhadap aspirasi dari isi lambung. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efektivitas penggunaan saline normal dan udara dalam pengembangan cuff pipa endotracheal untuk mengurangi resiko sakit tenggorokan pascaintubasi pada pasien yang mendapatkan anestesi umum inhalasi dan N2O.Penelitian ini merupakan uji klinik berpembanding secara tersamar ganda terhadap 70 pasien dengan status fisik ASA I-II yang akan menjalani anestesi umum. Pasien dibagi dalam dua kelompok dengan jumlah masing-masing 35 pasien. Kelompok pertama menggunakan udara sebagai media pengembangan cuff ETT, sedangkan kelompok kedua menggunakan saline normal. Rasa nyeri dinilai dengan mengunakan skala VAS. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata tekanan intracuff pada kelompok saline normal lebih rendah dibandingkan dengan kelompok media udara dimana rerata tekanan intracuff selama operasi pada kelompok saline normal 26,71±0,92 mmHg dengan rerata VAS adalah0,91±1,29 cm sedangkan pada kelompok media udara 34,63±4,81 mmHg dengan rerata VAS adalah2,37±1,190 cm dengan p<0,0001.Penggunaan saline normal lebih efektif dibandingkan media udara dalam pengembangan cuff ETT untuk mengurangi resiko sakit tenggorokan pascaintubasi pada pasien yang mendapatkan anestesi umum inhalasi dan N2O

    Correlation Between Serum Thrombopoietin Level and Cirrhosis Clinical Stage in Liver Cirrhosis Patients in Mohammad Hoesin Palembang Hospital and Palembang BARI Hospital

    Full text link
    Background: Thrombopoietin (TPO) is a cytokine mainly produced in the liver that regulate humoral control mechanism of thrombopoesis. Presumably, TPO production is decrease in patients with liver cirrhosis which interfere platelet production. The aim of this study was to identify the correlation between serum TPO levels and the clinical stage of liver cirrhosis.Method: With analytical cross sectional design, this sudy analyzed the correlation between the serum TPO level and the clinical stage of liver cirrhosis according to Child-Pugh classification in 32 liver cirrhosis patients and 30 healthy subjects from March 2015 to August 2015. The serum level of TPO was examined using the Quantikine human TPO immunoassay.Results: There were 13 females and 19 males patients aged 19 to 67 years old. Serum TPO level were lower in patients with liver cirrhosis (65.65 ± 28.97 pg/mL) than in healthy subjects (98.16 ± 41.25 pg/mL, p < 0.005). Serum TPO levels were negatively correlated with clinical stage of liver cirrhosis in a moderate strength of correlation (r = -0.516, p = 0.002). There were no correlation between serum TPO level and platelet count (r = 0.186; p = 0.309), but a significant negative correlation between the clinical stage of liver cirrhosis and platelet counts (r = - 0.361; p = 0.042).Conclusion: There was a significant negative correlation between serum TPO levels and the clinical stage of liver cirrhosis according to Child-Pugh classification
    corecore