13 research outputs found

    Morphometric Aspects of Scad Decapterus macrosoma Bleeker, 1851 in Cape of Salonggar Regency

    Get PDF
    This study aims to determine the biological appearance of globe fish that includes size distribution, growth pattern, sex ratio and maturity level of gonad (TKG) in Tanjung Salonggar Melonguane waters of Talaud Islands Regency. Sampling was conducted from May to July 2017. Decapterus macrosoma has found during the study were 268 with total size of 150 - 244 mm and the weight ranged from 34 to 142 grams. Kite fish caught in Tanjung Salonggar has a negative allometric growth type that is the length increase faster than weight gain (b <3). The sex ratio of male fish and female fish is equal to 1: 1, with maturity level of Gonad (TKG) I up to TKG V. The highest gonadal maturity level is found in June and July, both male and female fish, while in May fish which is caught predominantly by an immature fish gonad. Keywords: Biological appearance, Decapterus macrosoma, growth pattern.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui tampilan biologis ikan layang yang meliputi sebaran ukuran, pola pertumbuhan, rasio kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG) di Perairan Tanjung Salonggar Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Juli 2017. Ikan layang Decapterus macrosoma yang diperoleh selama penelitian sebanyak 268 ekor dengan Sebaran ukuran panjang total 150 – 244 mm dan berat berkisar 34 – 142 gram. Ikan layang yang tertangkap di Tanjung Salonggar memiliki tipe pertumbuhan allometrik negatif yaitu pertambahan panjang lebih cepat dari pertambahan berat (b < 3). Rasio kelamin ikan jantan dan ikan betina adalah seimbang  yaitu 1 : 1, dengan Tingkat Kematangan Gonad  (TKG ) I sampai dengan TKG V. Tingkat kematangan gonad tertinggi ditemukan pada bulan Juni dan Juli, baik ikan jantan maupun ikan betina, sementara pada bulan Mei ikan yang tertangkap didominasi oleh ikan yang belum matang gonad.Kata kunci : Tampilan biologis, Decapterus macrosoma, Pola pertumbuhan

    Size and Food Habit of Travelly (Caranx Spp.) in the Intertidal Zone Around the Field Laboratory of Unsrat, Likupang

    Full text link
    Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di Daerah Intertidal Sekitar Laboratorium Lapangan UNSRAT Likupang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies dan ukuran ikan kuwe (Caranx spp) yang bermigrasi di daerah pasang-surut dan kebiasaan makanannya. Pengambilan sampel ikan menggunakan pukat pantai, ikan yang terkumpul yaitu 45 ekor yang terdiri dari 3 spesies yaitu 22 individu Caranx melampygus, 21 individu Caranx Papuaensis, dan dua individu Caranx sexfaciatus. Panjang tubuh bervariasi dari 6-19,9 cm Caranx melampygus, 7-15,6 cm Caranx Papuaensis untuk Caranx sexfaciatus yaitu 6,9 cm dan 7,6 cm. Terdapat empat jenis makanan yaitu udang, ikan, kepiting dan bahan organik seperti mata udang dan makanan yang sudah tercerna. Indeks Relatif Penting udang yang tertinggi yaitu 82% di ikuti oleh ikan 14% dan terendah ditemukan pada kepiting 4%. Udang merupakan makanan utama dari Caranx melampygus. Indeks Relatif Penting Caranx sexfaciatus dan Caranx Papuaensis tidak dapat dihitung karena isi lambung kosong dan jumlah sampel sedikit. Intensitas makan (IM) Caranx melampygus adalah 86% dan Caranx Papuaensis 10% sehingga jelas bahwa Caranx melampygus dating ke daerah Intertidal untuk mencari makanan sedangkan Caranx Papuaensis datang ke daerah Intertidal untuk tujuan lain

    Size And Food Habit Of Travelly (Caranx spp.) In The Intertidal Zone Around The Field Laboratory Of Unsrat, Likupang

    Get PDF
    This study was conducted in October to November 2016 in the intertidal zone around the field laboratory of UNSRAT in Likupang. It was aimed at knowing the species and the size of trevally (Caranx spp.) migrating to the intertidal zone and their food habit. Fish sampling used a beach seine. The fish collected were 45 individuals consisting of 3 species, 22 individuals of Caranx melampygus, 21 individuals of C. papuensis, and 2 individuals of C. sexfaciatus. Body length varied from 6 to 19.9 cm for C. melampygus, 7 to 15.6 cm for C. papuensis, and 6.9 and 7.6 cm for C. sexfaciatus, respectively. There were 4 food types, shrimps, fish, crabs, and organic matters, such as shrimp’s eye and digested food. The Importance Relative Index of shrimp was the highest, 82%, followed by fish, 14%, and the lowest recorded in crab, 4%. Shrimp is major food sort of C. melampygus. The Importance Relative Index of C. papuensis and C. sexfaciatus could not be counted because of empty stomach and low number of samples. Feeding intensity of C. melampygus was 86% and that of C. papuensis was 10%, so that it was apparent that C. melampygus come to the intertidal for feeding, while C. papuensis come for other purpose.        Keywords: size, food habit, Caranx spp. ABSTRAKPenelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2016 di Daerah Intertidal Sekitar Laboratorium Lapangan UNSRAT Likupang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies dan ukuran ikan kuwe (Caranx spp) yang bermigrasi di daerah pasang-surut dan kebiasaan makanannya. Pengambilan sampel ikan menggunakan pukat pantai, ikan yang terkumpul yaitu 45 ekor yang terdiri dari 3 spesies yaitu 22 individu Caranx melampygus, 21 individu Caranx papuaensis, dan dua individu Caranx sexfaciatus. Panjang tubuh bervariasi dari 6-19,9 cm Caranx melampygus, 7-15,6 cm Caranx papuaensis untuk Caranx sexfaciatus yaitu 6,9 cm dan 7,6 cm. Terdapat empat jenis makanan yaitu udang, ikan, kepiting dan bahan organik seperti mata udang dan makanan yang sudah tercerna. Indeks Relatif Penting udang yang tertinggi yaitu 82% di ikuti oleh ikan 14% dan terendah ditemukan pada kepiting 4%. Udang merupakan makanan utama dari Caranx melampygus. Indeks Relatif Penting Caranx sexfaciatus dan Caranx papuaensis tidak dapat dihitung karena isi lambung kosong dan jumlah sampel sedikit. Intensitas makan (IM) Caranx melampygus adalah 86% dan  Caranx papuaensis 10% sehingga jelas bahwa Caranx melampygus dating ke daerah Intertidal untuk mencari makanan sedangkan Caranx papuaensis datang ke daerah Intertidal untuk tujuan lain.Kata Kunci: Ukuran, Kebiasaan Makanan, Caranx spp

    Length-weight relationship and gonadal index of juvenile bluestripe snapper Lutjanus kasmira (ForsskĂĄl, 1775) in the waters around Tanamon Village South Minahasa

    Get PDF
    This study aims to determine the length-weight relationship, growth patterns, and gonadal index of juvenile bluestripe snapper Lutjanus kasmira. Samples were collected using a hand line with a hook numbered  3 and a monofilament fishing line numbered 80. Sampling activities were carried out on July 26th – August 4th, August 26th - September 4th, and October 10th, 2020. A total of 70 fish, 22 females and 48 males was caught. Female length distribution ranged from 104 to 150 mm with a weight range of 18.19-55.87 g, while male length ranged from 107 to 150 mm in length with a weight of 19.00-57.00 g. The length-weight relationship was indicated with W= 0.0177L2.9344 (R2=0,7816) for males and W = 0.012L3.0817 (R2=0,8976) for females with isometric growth pattern. The length-weight relationship for combined sexes was W= 0.0156L2.9816 (R2=0,8186) with an isometric growth pattern. The gonadal maturity for all samples was at immature and developing stages. The gonadal index in female snapper at immature was 0.16 and developing was 0.41, whereas the male gonadal maturity index at immature was 0.14 and developing was 0.38.Keywords: Lutjanus kasmira; length-weight; gonad maturity; gonadal indexAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan panjang berat, pola pertumbuhan dan indeks  gonad  ikan kakap Lutjanus kasmira. Sampel ikan ditangkap menggunakan pancing ulur mata pancing nomor  3 dan tali monofilament nomor 80. Aktivitas pengambilan sampel dilakukan masing-masing pada 26 Juli-4 Agustus, 26 Agustus-4 September 2020, dan 10 Oktober 2020. Sebanyak 70 individu sampel diperoleh, 22 betina dan 48 jantan. Sebaran ukuran panjang ikan betina  104-150 mm dan berat 18,19-55,87 g. Sebaran ukuran panjang ikan jantan 107-150 mm dan berat 19,00-57,00 g.     Hubungan panjang-berat diperoleh W= 0,0177L2,9344 (R2=0,7816) untuk jantan dan W = 0,012L3,0817 (R2=0,8976) untuk betina dengan pola pertumbuhan isometrik. Gabungan ikan kakap jantan dan betina diperoleh W= 0,0156L2,9816 (R2=0,8186)  dengan pola pertumbuhan isometrik. Tingkat kematangan gonad  (TKG) terhadap seluruh sampel baik jantan maupun betina berada pada TKG I (belum matang) dan TKG II (berkembang). Indeks  gonad pada ikan kakap betina pada TKG I sebesar 0,16 dan TKG II sebesar 0,41. Indeks kematangan gonad ikan kakap jantan pada TKG I sebesar 0,14 dan TKG II sebesar 0,38.Kata Kunci: Lutjanus kasmira, panjang-berat, kematangan gonad, indeks gonad

    Morphometrics, gonad index, intestine index and latern index of sea urchins, Tripneustes gratilla (Linnaeus, 1758) Tiwoho and Kampung Ambong Beach, North Sulawesi

    Get PDF
    Two populations of Tripneustes gratilla (Linnaeus, 1758) from two different habitats, Tiwoho and Kampung Ambong, show variations in morphometric and physiological characteristics. The average test diameter of the Tiwoho population is larger than the Kampung Ambong population. Although the two regressions of the test diameter – total weight relationship between the Tiwoho population and the Kampung Ambong population are identical, the T. gratilla of Tiwoho population has an isometric growth pattern whereas the Kampung Ambong population shows a negative allometric growth pattern. The two regressions of the test diameter – test height show identical slopes and intercepts and reveal an isometric growth for the two populations. For both populations, the gonad index is not affected by variations in the test diameter, but the gonad index of the Kampung Ambong population is greater than the gonad index of the Tiwoho population. Similarly, there is no significant relationship between the two variables, intestinal index, and test diameter, for both populations, and no significant difference in the intestinal index – test diameter regressions between the two populations. The relationship between the latern index – test diameter shows the lantern index remains constant with changes in the diameter test for the Tiwoho population. As for the Kampung Ambong population, the lantern index decreases with increasing test diameter. The two regressions of lantern index – test diameter show differences in the slopes of the lines, and this means that in adult size, the lantern index of the Tiwoho population is larger than the Kampong Ambong population. The low of the lantern index and the high of gonad index in Kampong Ambong could indicate more availability of food for sea urchins at this location compared to Tiwoho. Differences in food availability in the environment are thought to determine differences in the energy allocation strategies of the two populations of sea urchins T. gratilla.Key words: Tripneustes gratilla, allometric analysis, gonad index, intestinal index, lantern index, Tiwoho, Kampung Ambong.ABSTRACTDua populasi Tripneustes gratilla (Linnaeus, 1758) dari dua habitat yang berbeda, Tiwoho dan Kampung Ambong, menunjukkan variasi dalam karakteristik morfometrik dan fisiologis. Diameter cangkang rata-rata populasi Tiwoho lebih besar dari populasi Kampung Ambong. Meskipun kedua regresi hubungan diameter cangkang – berat total antara populasi Tiwoho dan populasi Kampung Ambong adalah identik, T. gratilla populasi Tiwoho memiliki pola pertumbuhan isometrik sedangkan populasi Kampung Ambong menunjukkan pola pertumbuhan alometrik negatif. Dua regresi diameter cangkang - tinggi cangkang menunjukkan kesamaan kemiringan dan intersep dan memperlihatkan pertumbuhan isometrik untuk dua populasi. Untuk kedua populasi, indeks gonad tidak dipengaruhi oleh variasi diameter cangkang, tetapi indeks gonad populasi Kampung Ambong lebih besar dari pada indeks gonad populasi Tiwoho. Demikian pula, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel, indeks usus dan diameter cangkang, untuk kedua populasi, dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan regresi indeks usus - diameter cangkang antara kedua populasi. Dalam hubungan diameter cangkang - indeks latern menunjukkan bahwa indeks lentera tetap konstan dengan perubahan diameter cangkang untuk populasi Tiwoho. Sedangkan untuk populasi Kampung Ambong, indeks lentera berkurang dengan meningkatnya diameter cangkang. Dua regresi indeks lentera – diameter cangkang menunjukkan perbedaan dalam kemiringan garis, dan ini berarti bahwa pada ukuran dewasa, indeks lentera populasi Tiwoho lebih besar dari populasi Kampung Ambong. Indeks lentera yang rendah dan indeks gonad yang tinggi di Kampung Ambong dapat mengindikasikan lebih banyak ketersediaan makanan untuk bulu babi di lokasi ini dibandingkan dengan di Tiwoho. Perbedaan ketersediaan makanan di lingkungan diperkirakan menentukan perbedaan dalam strategi alokasi energi dari dua populasi bulu babi T. gratilla.Kata kunci: Tripneustes gratilla, analisis allometrik, indeks gonad, indeks usus, indeks lentera, Tiwoho, Kampung Ambon

    Isolation and Screening the Symbiont Bacteria of the Sponge Dragmacidon sp from Manado Bay, North Sulawesi that Producing Chitinase and Protease

    Get PDF
    Enzymes are important in the technology industry and hydrolytic enzymes, such as chitinase and protease are commonly used for it. Various types of microorganisms such as bacteria can produce hydrolytic enzymes.  Sponge-associated bacteria are excellent sources of extracellular hydrolytic enzymes because the surface and internal spaces of sponges are richer in nutrients. The aim of this study was to isolate and screen the bacteria of the sponge Dragmacidon sp symbiotic from Manado Bay, North Sulawesi that producing chitinase and protease   Symbiont bacteria were grown in Zobell 1226 E medium with a dilution of 10-4. Bacterial isolation was carried out based on the morphological characteristics of the colony. Chitinase and protease activity was carried out by growing each bacterial isolate in chitin and protein media at 36oC for 48 hours. Chitinase and protease activities were indicated by the formation of a clear zone around the bacterial colony, however, the clear zone for chitinase activity was observed after pouring the Lugol's solution. Based on this study, 8 isolates bacteria of the symbiotic spongy Dragmacidon sp from Manado Bay, North Sulawesi were isolated based on morphological characteristics. The colony of the bacteria is generally white with an irregular shape. Four isolates, namely 1, 2, 3, and 8 had chitinase activity with chitinolytic indexes were 1.7; 1.5; 1.4, and 1.3, respectively. Six isolates, namely 1, 2, 3, 4, 5, and 6 had protease activity with proteolytic indexes were 1.4; 1.8; 3.1; 1.3; 1.8; and 2.5, respectively.Keywords: Bacteria; Chitinolytic; Proteolytic; Symbiont; SpongeAbstrakEnzim menempati posisi penting dalam bidang teknologi dan industri. Enzim yang banyak digunakan dalam bidang industri adalah enzim hidrolase. Enzim dapat diisolasi dari berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri. Bakteri yang berasosiasi dengan spons merupakan sumber enzim hidrolitik ekstraseluler yang sangat baik karena permukaan dan ruang internal spons lebih kaya nutrisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan menguji aktivitas kitinase dan protease bakteri simbion spons Dragmacidon sp dari Teluk Manado. Bakteri simbion spons ditumbuhkan dalam media Zobell 1226 E pada pengenceran 10-4. Isolasi bakteri dilaksanakan berdasakan karakteristik morfologi. Aktivitas kitinase dan protease dilaksanakan dengan menumbuhkan setiap isolat bakteri dalam media kitin dan protein pada suhu 36oC selama 48 jam. Aktivitas kitinase dan protease ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitar koloni bakteri yang mana untuk kitinase diamati setelah diberi larutan lugol. Berdasarkan penelitian ini, 8 isolat bakeri simbion spon Dragmacidon sp dari Teluk Manado, Sulawesi Utara berhasil diisolasi berdasarkan karakteristik morfologi. Isolat bakteri umumnya berwarna putih dengan bentuk ireguller. Empat isolat yakni 1, 2, 3, dan 8 memiliki aktivitas kitinase dan enam isolat yakni 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 yang memiliki aktivitas protease. Indeks kitinolitik dari masing-masing keempat isolat bakteri secara berturut turut adalah 1,7; 1,5; 1,4; dan 1,3 dengan kategori bernilai rendah dan indeks proteolitik adalah 1,4; 1,8; 3,1; 1,3; 1,8; dan 2,5 dengan kategori bernilai rendah sampai tinggi.Kata kunci: Bakteri; Kitinolitik; Proteolitik; Simbion; Spon

    Gastropod Community Structure in Ecosystem Lamun Village Lihunu North Minahasa Regency North Sulawesi Province

    Get PDF
    The research was conducted in the seagrass ecosystem of Lihunu Village, East Likupang Subdistrict, North Minahasa Regency, and North Sulawesi Province.  The area is one of the coastal areas in North Sulawesi that lack information about gastropod resources. Therefore, the main reason for conducting research is to find out the presence of gastropods in the area.  The purpose of the study was to know the types of gastropods and to know the structure of communities through species density, relative density, diversity, and dominance. Sampling is done using the quadratic transect technique measuring 50 x 50 cm.  Quadrate used 50 cm x 50 cm, then converted to square meters to 0,25 m2. The density of the species is 4,80 Ind/m2.  The relative density value of the species with the highest percentage is in Euplica scripta Species with a value of 14,44% and the species with the lowest percentage value, namely Cymbiola vespertilio Species with a value of 0,56%.  Diversity index values in 3 transects fall under the high criteria. Transect 1 is H'= 5.30, transect 2 is H'= 4,18 and transect 3 is H' = 3,95. And the highest dominance value in Euplica scripta Species with a value of C = 0,48.  The water area of Lihunu Village of North Minahasa Regency has an average temperature of 30 ° C.  Salinity is obtained with an average of 30‰. The degree of acidity (pH) obtained is 8.Keywords: Gastropod; Community Structure; Lihunu.AbstrakPenelitian dilakukan di ekosistem lamun perairan Desa Lihunu, Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. Daerah tersebut menjadi salah satu daerah pesisir di Sulawesi Utara yang kekurangan informasi mengenai sumberdaya gastropoda. Oleh karena itu, yang menjadi alasan utama melakukan penelitian adalah untuk mengetahui keberadaan gastropoda di daerah tersebut. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui jenis-jenis gastropoda serta mengetahui struktur komunitas melalui: Kepadatan spesies, kepadatan relatif, keanekaragaman, dan dominansi. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik transek kuadrat berukuran 50 x 50 cm. Kuadrat yang dipakai 50 cm x 50 cm, kemudian dikonversikan ke meter persegi menjadi 0,25 m2. Nilai kepadatan spesies yaitu 4.80 Ind/m2. Nilai kepadatan relatif jenis dengan persentase tertinggi terdapat pada Spesies Euplica scripta dengan nilai 14.44% dan spesies dengan nilai persentase terendah yaitu Spesies Cymbiola vespertilio dengan nilai sebesar 0,56%. Nilai indeks keanekaragaman di 3 transek masuk dalam kriteria tinggi. Transek 1 yaitu H’= 5,30 ,pada transek 2 yaitu H’= 4,18 dan transek 3 yaitu H’ = 3,95. Dan nilai dominansi tertinggi pada Spesies Euplica scripta dengan nilai C = 0.48. Daerah perairan Desa Lihunu Kabupaten Minahasa Utara memiliki rata-rata suhu 30°C. Salintas yang diperoleh dengan rata-rata 30‰. Derajat keasaman (pH) yang diperoleh yaitu 8.Kata kunci :Gastropoda; Struktur Komunitas; Lihunu

    Marine Debris Composition on Tasik Ria Beach, Tombariri, Minahasa Regency

    Get PDF
    Indonesia is referred to as the second largest contributor of marine plastic waste in the world after China, with an estimated 0.48-1.29 million metric tons per year (Jambeck et al, 2015). The main problem today is the lack of information about pollution of marine debris on the coast, especially in North Sulawesi. This study aims to identify the type of marine debris on Tasik Ria Beach using the transect line observation method. Observation of marine debris was carried out 5 times with a total of 10 transects between February and April 2019. Data analysis was carried out using several software namely Microsoft Excel, Statgraphics, and JMP. The analysis technique used is EDA (Exploratory Data Analysis) with GDA (Graphical Data Analysis) as the main approach. Of the various types of debris obtained, plastic debris is the most commonly found, as many as 189 items, followed by glass 97 items, wood and derivatives of 11 items, rubber 5 items and clothes 2 items. Based on the results of the study, the type of macro debris is the most common category of debris at the study site. The total number of macro-debris collected in ten observation transects was 316 items with a total weight of 118.62 gr/m2, while meso-debris had only 6 items with a total weight of 7.18 gr/m2. The percentage of macro-debris composition found on Tasik Ria beach is plastic (58.15%), glass (29.85%), metal (6.52%), wood and derivatives (3.42%), rubber (1, 55%) and clothes (0.62%). These results can illustrate the potential for events where plastic is the dominant component of marine debris on the coast, specifically in the District of Tombariri, Minahasa Regency.Keywords: Marine debris, Macro-debris, Category, Composition, Tasik Ria ABSTRAKIndonesia disebut sebagai kontributor sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok, dengan estimasi 0,48-1,29 juta metrik ton per tahun (Jambeck et al, 2015). Masalah utama dewasa ini adalah kurangnya informasi mengenai pencemaran sampah laut di pantai, khususnya di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis sampah laut di Pantai Tasik Ria dengan menggunakan metode pengamatan garis transek. Pengamatan sampah laut dilakukan sebanyak 5 kali dengan total 10 transek antara bulan Februari hingga April 2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak yaitu Microsoft Excel, Statgraphics, dan JMP. Adapun tehnik analisis yang digunakan adalah EDA (Exploratory Data Analysis) dengan pendekatan utama yaitu, GDA (Graphical Data Analysis). Dari berbagai semua jenis sampah yang didapatkan, sampah plastik merupakan yang paling banyak ditemukan yaitu sebanyak 189 item, diikuti kaca 97 item, kayu dan turunannya 11 item, karet 5 item dan terakhir pakaian 2 item. Berdasarkan hasil penelitian, jenis sampah makro merupakan ukuran sampah yang paling banyak ditemukan di lokasi penelitian. Jumlah total makro-debris yang dikumpulkan di sepuluh transek pengamatan adalah sebanyak 316 item dengan bobot total 118,62 gr/m2, sedangkan meso-debris hanya terdapat 6 item dengan bobot total 7,18 gr/m2. Persentase komposisi makro-debris yang terdapat di pantai Tasik Ria adalah plastik (58,15%), kaca (29,85%), logam (6,52%), kayu dan turunannya (3,42%), karet (1,55%) dan pakaian (0,62%). Hasil ini dapat menggambarkan potensi kejadian dimana plastik menjadi komponen sampah laut dominan di pantai, secara khusus di Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa.Kata kunci: Sampah laut, Makro-debris, Jenis, Komposisi, Tasik-Ri

    Macroalgae Biodiversity in Ondong Coastal Waters.

    Get PDF
    This research was conducted in the coastal waters of Ondong, West Siau District, Siau Islands Regency Tagulandang Biaro with the aim of knowing the composition of macroalgae taxa through a morphological approach. Data retrieval is done by using the Line Transect quadratic method. The results of the study found 15 species consisting of 3 divisions, 3 classes, 10 orders, 12 families, and 12 genera.AbstrakPenelitian ini dilakukan di perairan pesisir pantai Ondong, Kecamatan Siau Barat, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dengan tujuan untuk mengetahui komposisi taksa makroalga melalui pendekatan morfologi. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode Line Transect kuadrat. Hasil penelitian menemukan 15 spesies yang terdiri dari 3 divisi, 3 kelas, 10 ordo, 12 famili, dan 12 genera

    Distribution of Size of Banggai Cardinal Fish Pterapogon kauderni Koumans, 1933 in the Front Waters of Dudepo, South Bolaang Mongondow Regency

    Get PDF
     This study aims to determine the distribution of sizes and morphological characters of Banggai Cardinal fish in the waters in front of Dudepo Village, South Bolaang Mongondow Regency. Field data collection using the explorer survey method with diving and snorkeling activities. Fishing in each microhabitat with “Sibu” fishing gear. The size distribution of cardinal Banggai fish is in the range of 2.7 - 9.2 cm. The size of the male Banggai Cardinal fish is in the range of 3.8 - 9.2, while the female is in the range of 3.7 - 8.1 cm. The size of fish in symbiosis with anemones is in the range of 2.7 - 7.1 cm, while those in sea urchins are in the range of 4.8 - 9.2 cm.Keywords: Size Distribution; Banggai Cardinal fish; morphological charactersAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran ukuran dan karakter morfologi ikan banggai kardinal di perairan Desa Dudepo, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Pengambilan data lapangan menggunakan metode survei jelajah dengan kegiatan penyelaman dan snorkling.  Penangkapan ikan di setiap mikrohabitat, dengan alat tangkap “Sibu”.  Sebaran ukuran ikan banggai kardinal berada pada kisaran 2,7 - 9,2 cm.  Ukuran ikan banggai kardinal jantan berada pada kisaran 3,8 - 9,2, sedangkan betina berada pada kisaran 3,7 - 8,1 cm.  Ukuran ikan yang bersimbiosis dengan anemon berada pada kisaran 2,7 - 7,1 cm, sementara yang berada di bulu babi berkisar 4,8 - 9,2 cm
    corecore