5 research outputs found
Strategi Peningkatan Daya Saing Penggunaan Faktor Produksi Industri Pulp Indonesia
Strategi peningkatan daya saing penggunaan faktor produksi digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri dengan mengoptimalkan penggunaan faktor tersebut. Stragtegi peningkatan daya saing industri dilakukan diantaranya dengan memperhatikan faktor-faktor kritis dalam penggunaan faktor produksi. Penentuan faktor kritis diperoleh berdasarkan hasi analisa terhadap penggunaan faktor produksi dengan menggunakan metode analisa daya saing non-parametrik, yaitu Data Envelopment Analysis (DEA), Operational Competitiveness Rating Analysis (OCRA) dan Analisa Perbandingan Daya Saing (APD). Berdasarkan analisa terhadap faktor kritis, maka strategi yang diperluka untuk meningkatkan daya saing industri pulp Indonesia diantaranya adalah strategi efisiensi penggunaan dan biaya bahan baku, strategi peningkatan skala produksi industri pulp
Pembuatan Resin Fenolik dari Destilat Cairan Kulit Biji Mete sebagai Bahan Baku Vernis
Destilat cairan kulit biji mete (CNSL) merupakan cairan yang diperoleh dari hasil destilasi CNSL dengan komponen utamanya kardanol. Salah satu pemanfaatan destilat CNSL yang prospektif yaitu sebagai sumber fenol dalam pembuatan resin fenolik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi proses pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL yang sesuai sebagai bahan baku vernis, baik untuk pemakaian di dalam (interior) maupun di luar (eksterior). Tahapan penelitian, yaitu 1) karakterisasi destilat CNSL dan 2) pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik pembuatan resin fenolik dari destilat CNSL dicapai pada nisbah mol formaldehida terhadap destilat CNSL 0,9:1 dengan pH 3. Reaksi metilolasi pada suhu 100oC memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu 9,0 jam. Meningkatnya suhu reaksi dari 100 menjadi 120oC mempercepat waktu reaksi metilolasi dari 9,0 jam menjadi 4,0 jam. Reaksi metilolasi destilat CNSL (kardanol kasar) dengan formaldehida memenuhi pola reaksi ordo kedua. Konstanta laju reaksi metilolasi (k) meningkat secara eksponensial dengan semakin tingginya suhu reaksi sesuai dengan persamaan k=116.104.360,02 e–7.230,7 (1/T). Suhu reaksi metilolasi tidak berpengaruh nyata pada karakteristik dan sifat film resin yang dihasilkan. Lapisan film resin memiliki waktu kering yang cukup singkat, yaitu waktu kering sentuh 3,0 jam dan kering keras 6,0 jam. Secara umum, karakteristik dan sifat lapisan film resin yang dihasilkan cukup baik kecuali daya lekat dalam media besi dan daya lenturnya. Resin yang dihasilkan sudah memadai untuk digunakan sebagai bahan baku vernis kayu untuk pemakaian di dalam (interior) karena kekerasan lapisan film yang tinggi. Sebagai bahan baku vernis kayu untuk pemakaian di luar (eksterior) masih perlu perbaikan dalam sifat daya lenturnya.Production of Phenolic Resin From Cashew Nut Shell Liquid Distillate as Raw Material for VarnishCNSL distillate is a liquid which is obtained from CNSL distillation with cardanol as the main component. One of prospective utilization of CNSL distillate that is as a source of phenol in phenolic resin production. The objective of this research was to get the best process condition of phenolic resin production from CNSL distillate as raw material for interior and exterior varnish. The stages of experiment, were: 1) characterization of CNSL distillate and 2) phenolic resin production from CNSL distillate. The optimal condition in phenolic resin production was achieved at mole ratio of formaldehyde to CNSL distillate 0,9: I and pH 3. Methylolation reaction at 100°C needed 9.0 hours to be completed. The increasing of methylolation reaction temperature from 100 to ] 20°C was able to reduce reaction lime from 9.0 hours to 4.0 hours. Methylolation reaction formaldehyde with CNSL distillate (crude cardanal) fulfilled second order reaction pattern. Constant of reaction rate (k) increased exponentially with increasing the temperature according to equation ke I 16.104.360,02e-7230.7(IIT). Temperature of methylolation reaction did not effect to the characteristic and properties of resin film. Resin film has short dry time i.e. touch-dry 3.0 hours and hard-dry 6.0 hours. Generally, characteristic and resin film properties show very good result except the adhesion on steel and its flexibility. Based on the properties of its film, phenolic resin produced has been fulfilled for using as raw material in interior wood varnish because of good hardness properties. While for exterior wood varnish, the improvement on its flexibility properties is still needed
Seleksi dan Formulasi Media Pertumbuhan Bakteri Penghasil Xilanase
Seleksi bakreri penghasil xilanase dan formulasi media pertumbuhan bakteri penghasil xilanase telah dilakukan di laboratorium Bioproses, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pcrtanian. Seleksi isolat bakteri dilakukan terhadap lima isolat penghasil xilanase yaitu RXAI-5, RXAII-5, RXAIII-1, RXAIII-5 dan RXNI-3), dengan membandingkan hasil kultivasi meliputi biomasa, protein terlarut, akrivitas xilanase dan aktivitas spesifik. Formulasi media dilakukan dengan mengoptimasi konsentrasi peptone, ekstrak khamir sebagai sumbcr nitrogen dan oat spelt xylane sebagai sumber karbon. Analisis percobaan menggunakan rancangan acak faktorial, faktor (A) peptone terdiri atas empat taraf yaitu A1=0, A2=0,I; A3=0,3; A4=0,5% Faktor (B) ekstrak khamir terdiri alas tiga taraf (B1=0,1; B2=0,2; B3=0,3%) dan faktor (C) oat spelt xylene terdiri atas tiga taraf (C1=0,5; C2=0,75; C3=1,0%) dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat baktcri Bacillus pumilus RXAIII-5 dinyatakan sebagai isolat bakteri unggul diantara kelima isolat bakteri penghasil xilanase. Pada formulasi media ternyata protein terlarut tertinggi (0,596 g/l) pada media dengan komposisi 0,75% xilan, pepton 0,5%, ekstrak khamir 0.2%. Aktiviras xilanase dan aktivitas spesifik tertinggi berturut-turut adalah 186,37 u/ml dan 436,45 U/mg protein. Keduanya dicapai pada komposisi media yang sama yaitu pepton 0, 1 %, ekstrak khamir 0, I %, dan xilan 0,5%. Dcngan demikian komposisi tersebut merupakun komposisi mcdi a terpilih yang optimum. Isolat bakteri unggul bersifat alkali ini diharapkan dapar menghasilkan xilanase yang tahan pada pH tinggi sehingga dapat digunakan untuk proses pemutihan kertas yang ramah lingkungan. Selection and Growth Medium-Formulation of Xylanase Producing BacteriumThis research was carried out in the bioprocess laboratory of Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development, Bogor. Selection of five isolates (RXAI-5, RXAII-5. RXAIII-1, RXAIII-5 and RXNI-3). xylanase producing bacteria Were based on comparative study of cultivation yield consists of biomass of bacterium cells, dissolved protein, xylanase activity and specific activity, Formulation of growth medium using peptone and yeast extract as nitrogen source and oat spclt xylan as carbon source. Design experiment used at formulation of growth medium was randomized factorial design. with factor A) peptone consist of four level, A 1=0. A2=0.1; A3=0.3; A4=0.5%, factor (8) yeast extract consist or third level (131=0.1, 132=0.2; 133=0.3%) and factor (C) oat spelt xylan consist of three level (CI=0.5; C2=0.7S; C3=1.0%), with three replication. Research result showed that Bacillus pumilus RXAIII-5 is the best bacterium isolate among five isolates of xylanase producing bacteria. In growth medium formulation showed that highest dissolved protein (0.596 g/l) was achieved in the medium containing 0.75% xylan, 0.5% pepton, and 0.2% yeast extract. The highest value of both of xylanase activity and specific activity are 186.37 u/ml and 436.45 U/ml respectivelly. In fact these were reached at similar growth medium composition of 0.1 % pepton, 0.1 % yeast extract, and 0.5% xylan, and consequently became the best of growth media formulation. The potential alcaliphilic bacterial isolate is expected to produce xylanase with high pH stability. The enzyme can be used as environmentaly safe agent for paper bleaching