224 research outputs found

    Pengaruh Pemberian Pil Besi dengan Penambahan Vitamin terhadap Perubahan Kadar Hb dan Feritin Serum pada Wanita Remaja

    Full text link
    Prevalensi anemia pada wanita usia remaja di Indonesia masih cukup tinggi. Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang selama ini dilakukan lebih ditujukan terhadap kelompok ibu hamil. Upaya pencegahan anemia secara dini pada wanita remaja sebagai calon ibu belum banyak mendapat perhatian. Penelitian terdahulu mengungkapkan prevalensi anemia pada siswi beberapa SMA di wilayah Kabupaten Bogor (tahun 1991) berkisar antara 23.0% - 34.7%, sedangkan di Kabupaten Bandung (tahun 1996) sekisar 41.0%. Dalam rangka upaya penanggulangan masalah anemia pada kelompok wanita remaja telah dilakukan penelitian “Efektifitas Supplementasi Pil Besi Satu Kali Seminggu Dalam Penanggulangan Masalah Anemia Pada Kelompok Wanita Remaja”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian pil besi tanpa dan dengan penambahan vitamin A atau vitamin C terhadap Perubahan kadar Hb dan feritin serum. Sebanyak 175 siswi Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) Majalaya dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kelompok pariwisata negeri Cimahi, Kabupaten Bandung berpartisipasi sebagai sampel, dikelompokkan menjadi 4 kelompok. Seluruh kelompok sampel pada awal penelitian lebih dahulu diberi obat cacing merek Vermos dosis tunggal 500 mg membendazol. Selanjutnya kelompok I sebanyak 49 siswi diberi minum satu pil besi (sulfas ferosus, 60 mg Fe), kelompok II sebanyak 46 siswi diberi satu pil besi ditambah vitamin A (12.000 SI), kelompok III sebanyak 40 siswi diberi satu pil besi ditambah vitamin C (150 mg) per orang per minggu. Kelompk IV (kontrol) sebanyak 40 siswi hanya mendapat obat cacing pada awal penelitian. Pil besi baru diberikan setelah waktu penelitian berakhir. Setelah intervensi berlangsung selama 13 minggu, dilakukan evaluasi. Terjadi kenaikan kadar Hb pada kelompok I, II dan III masing-masing sebesar 0.39 g/dl, 0.45 g/dl dan 0.68 g/dl, sedangkan pada kelompok IV terjadi penurunan kadar Hb sebesar 0.26 g/dl. Kenaikan kadar Hb pada kelompok I, II dan III lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok I (p<0.05). Hal yang serupa juga terjadi pada kenaikan nilai Ht. Terjadi kenaikan kadar feritin serum pada keempat kelompok sampel, tetapi kenaikannya tidak bermakna (p>0.05). Dari data yang ditemukan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa supplementasi satu butir pil besi (60 mg Fe) ditambah dengan vitamin C 150 mg per minggu menunjukkan pengaruh yang paling efektif menaikkan kadar Hb, tetapi belum dapat meningkatkan cadangan tubuh secara nyata

    Ketersediaan Hayati Zat Besi, Kandungan Zat Pemicu dan Penghambat Penyerapan Zat Besi dalam Makanan Ibu Hamil

    Full text link
    The iron content, iron bioavailability (in vitro method), enhancers and inhibitors of iron absorption were investigated in three different staple foods of diets in the district of Boyolali, Central Java. The results revealed that the average iron content of the diets based on rice, corn and cassava were 18.8 mg, 17.8 mg and 19.9 mg, respectively or equal to 34.3%, 32.0% and 35.0% of Recommended Dietary Allowances (RDA) for Indonesia. The average vitamin C content of the diets based on rice, corn and cassava were 21.9 mg (31.3% RDA), 21.1 mg (30.1% RDA) and 17.3 mg (24.7% RDA), respectively. The average of protein content of the diets based on rice, corn and cassava were 47.1 g (78.5% RDA), 50.0 g (83.3% RDA) and 31.1 g (51.8% RDA), respectively. The average content of tannic acid and phytic acid as inhibitors of iron absorption in the diets based on rice, corn and cassava were (1154 mg and 261.5 mg); (980 mg and 342.7 mg) and (838 mg and 341.5 mg), respectively. An addition of 100 mg of vitamin C or papaya fruit (250 mg) into the diets, increased iron bioavailability up to 54.2%

    Pengaruh Pemberian Vitamin a Dosis Tinggi Kepada Ibu Menyusui Terhadap Kadar Vitamin a Air Susu Ibu Dan Serum Bayi

    Full text link
    PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN A DOSIS TINGGI KEPADA IBU MENYUSUI TERHADAP KADAR VITAMIN A AIR SUSU IBU DAN SERUM BAY

    Efektivitas Suplementasi Pil Besi Dua Kali Seminggu dan Satu Kali Sehari pada Ibu Hamil

    Full text link
    Telah dilakukan penelitian ujicoba penyederhaan suplementasi pil besi dua kali seminggu pada ibu hamil dibandingkan dengan supplementasi pil besi setiap hari dengan dosis yang sama. Penelitian dilakukan di 16 desa, 8 desa di Propinsi Jawa Barat dan 8 desa di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Secara rabdom dibagi menjadi 2 wilayah penelitian yaitu 8 desa pelakuan dan 8 desa kontrol. Di wilayah perlakuan ibu hamil memperoleh supplementasi pil besi 2 x seminggu dan wilayah kontrol ibu hamil memperoleh supplementasi seperti biasa yaitu minum setiap hari. Subjek penelitian adalah ibu hamil dengan umur kehamilan 3-6 bulan. Di wilayah perlakuan diperoleh ibu hamil sebanyak 129 orang dan di wilayah kontrol diperoleh 132 orang. Dosis pil besi yang diberikan adalah pil besi fero sulfat dengan kandungan besi 60 mg dan 0.25 mg asam folat. Supplementasi pil besi diberikan selama 3 bulan (14 minggu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) jumlah pil besi yang diminum ibu hamil di wilayah perlakuan sebanyak 22 pil dan wilayah kontrol 51 pil, 2) supplementasi pil besi dua kali seminggu dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.4±0.628 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.5±0.802 g/dl 3) supplementasi pil besi setiap hari dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil sebesar 0.5±0.561 g/dl dan dapat meningkatkan kadar Hb ibu hamil (khusus yang anemia) sebesar 0.6±0.541 g/dl, 4) supplementasi pil besi dua kali seminggu dan setiap hari selama 14 minggu belum dapat meningkatkan cadangan besi dalam tubuh, dan 5) dilihat dari kenaikan kadar Hb ibu hamil supplementasi pil besi dua kali seminggu sama efektifnya dengan supplementasi pil besi setiap hari

    Status Anemia Dan Status Besi Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Bogor

    Full text link
    STATUS ANEMIA DAN STATUS BESI ANAK SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN BOGO

    Kandungan Kolesterol dalam Berbagai Bahan Makanan Hewani

    Full text link
    The risk of consuming large quantities of food containing cholesterol has been widely known by the community. However, information concerning cholesterol content in a variety of foods originating from animal tissue is not very well known. By knowing the cholesterol content of food products, people could restrict or prevent their consumption of high cholesterol food and select foods with a low cholesterol content. The cholesterol content of various foods originating from animal tissues, such as beef, mutton, broiler and domestic chicken meat, entrails (liver, heart, kidney and intestines), skin, tail part and eggs and fish (salt water and fresh water) had been investigated. Cholesterol content was analysed using David Sleighton's method, which was a modification from Abell et. al. The study revealed that the cholesterol content of every 100 g wet weight meat of domestic chiken was similar to that of broiler chicken, 116 mg and 110 mg respectively. Cholesterol content of broiler chiken entrails was higher than that of domestic chicken. The highest cholesterol content of broiler chicken entrails was liver (529 mg/100 g) and the lowest was heart (171 mg/100 g), while for domestic chicken, the highest was kidney (336 mg/100 g) and the lowest was heart (164 mg/100 g). Egg yolk cholesterol content of domestic chicken was 922 mg/100 g nearly two folds of broiler chicken's egg which was 485 mg/100 g. The highest content of cholesterol among salt water animals was shrimp (179 mg/100 g) and the lowest was pomfret (97 mg/100 g), while for fresh water fishes the highest was catfish (94 mg/100 g) and the lowest was mujair (52 mg/100 g)

    Pola Pertumbuhan Bayi Di Daerah Endemik Malaria: Kasus Di Desa Robek, Flores

    Full text link
    Telah diteliti pola pertumbuhan bayi di daerah endemik malaria yaitu di Desa Robek, Kecamatan Rao, Kabupaten Flores, Nusa Tenggara Timur. Penelitian dilakukan dengan menimbang berat badan bayi sekali sebulan sejak dilahirkan sampai berumur 12 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun rata-rata berat badan lahir bayi-bayi di daerah itu lebih rendah dari pada baku Harvard; sampai umur 4 bulan ternyata laju pertumbuhan berat badan mereka sama seperti bayi sehat di daerah lain di Indonesia. Tetapi sesudah umur ini, laju pertambahan berat badan mereka cenderung mengarah ke pola pertumbuhan tidak sebagaimana layaknya untuk bayi-bayi sehat menurut baku Harvard. Pertambahan berat badan bayi yang mengidap penyakit malaria lebih rendah daripada yang tidak mengidap penyakit tersebut

    Keragaan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Penerima Program Pmt-as di Daerah Inpres Desa Tertinggal (Idt) di Lampung Selatan

    Full text link
    KERAGAAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR PENERIMA PROGRAM PMT-AS DI DAERAH INPRES DESA TERTINGGAL (IDT) DI LAMPUNG SELATA
    corecore