27 research outputs found

    Optimasi Konsentrasi Tween 80 dan Maltodekstrin Pada Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Serbuk Minuman Herbal (Jahe, Temulawak, Serai, Meniran)

    No full text
    Minuman herbal ialah minuman yang terbuat dari bahan-bahan alami yang terdapat di Indonesia dan sudah dikenal di kalangan masyarakat Indonesia karena manfaatnya bagi kesehatan tubuh dapat menjaga kekebalan tubuh. Beberapa tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku minuman herbal instan adalah jahe, temulawak, serai, kunyit maupun tanaman potensial seperti meniran karena memiliki senyawa bioaktif yang berlimpah bermanfaat bagi tubuh. Meniran merupakan salah satu tanaman herbal yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Kandungan senyawa bioaktif yang dimiliki oleh meniran seperti flavonoid, alkaloid, serta vitamin C memiliki potensi yang bermanfaat baik bagi tubuh sebagai antioksidan untuk menangkap radikal bebas pada tubuh. Pembuatan minuman herbal dalam bentuk serbuk bermanfaat untuk menjaga kualitas dan meningkatkan umur simpan produk. Proses pembuatannya menggunakan bahan tambahan berupa maltodekstrin sebagai pengisi, mempercepat proses pengeringan, dan menjaga kerusakan akibat panas, sedangkan tween 80 sebagai pembentuk busa dan menyatukan senyawa-senyawa kimia dari karakteristik bahan yang berbeda. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology (RSM) dengan dua faktor berupa variasi konsentrasi tween 80 (X1) serta konsentrasi maltodekstrin (X2). Level faktor yang digunakan untuk konsentrasi tween 80 (0,2% 1 hingga 1,1%), sedangkan level faktor konsentrasi maltodekstrin yaitu batas bawah 10% dan batas atas 20%. Respon yang digunakan berupa karakteristik serbuk minuman herbal meniran yaitu kadar air, kadar abu, kelarutan dan aktivitas antioksidan. Hasil verifikasi yang didapatkan kemudian dilakukan uji organoleptik untuk mendapatkan sampel berdasarkan kesukaan. Hasil optimasi pembuatan serbuk minuman herbal jahe temulawak serai dan meniran didapatkan titik optimal dengan kombinasi faktor konsentrasi tween 80 0,604% dan konsentrasi maltodekstrin 19,742% yang memiliki nilai respon kadar air 6,12%, respon kadar abu 1,62%, respon kelarutan 88,72% dan respon aktivitas antioksidan 22,25 mg/ml. Hasil optimal kemudian dilakukan uji organoleptik dengan uji hedonik menghasilkan parameter rasa (2,33) tidak disukai oleh panelis, parameter aroma (3,44) agak disukai oleh panelis dan parameter warna (3,18) agak disukai oleh panelis. Uji organoleptik dengan uji skoring menghasilkan parameter rasa diperoleh hasil agak pahit (3,38), parameter aroma diperoleh hasil agak khas (3,45) dan parameter warna diperoleh hasil pekat dan agak pekat (3,25)

    Penentuan Halal Control Point Bahan Menu Oriental-Western di Restoran UB Coffee

    No full text
    Kesadaran dan pengetahuan tentang produk halal menginisiasi pertumbuhan pariwisata halal di Kota Malang terutama sektor restoran halal. Upaya restoran-restoran di Kota Malang dalam mendapatkan sertifikat halal dengan mengikuti BIMTEK (Bimbingan Teknis) dan menyusun dokumen sistem jaminan halal. Menu bernuansa Oriental-Western pada UB Coffee akan dianalisis titik kritis kehalalan bahannya. Bahan-bahan kompleks dikelompokkan menggunakan metode hierarchical clustering. Metode ini mengelompokkan antara objek yang mempunyai persamaan menjadi kelompok lebih sederhana sehingga dapat mengetahui bahan yang tidak memenuhi kriteria. Pengelompokkan bahan ini menggunakan 3 atribut yaitu jenis bahan, sumber bahan dan status bahan. Proses pengolahan data terbagi menjadi 4 jenis status bahan, yaitu positive list of materials, bersertifikat halal, tidak bersertifikat halal, dan surat keterangan Proses Produksi Halal (PPH) dari produsen. Berdasarkan hasil penelitian, UB Coffee telah menerapkan 11 kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) restoran 23102. Penggunaan metode hierarchical clustering sangat mempermudah proses penentuan titik kritis kehalalan bahan UB Coffee untuk menu oriental dan western. Hasil identifikasi didapati 24 bahan dari 157 bahan tidak memenuhi kriteria pada UB Coffee. Hasil juga diperoleh bahwa dari 40 menu oriental ditemukan menu kritis sebesar 70%, sedangkan dari total 56 menu western ditemukan menu kritis sebesar 34%. Lebih banyak ditemukan menu kritis pada masakan oriental, sedang masakan western lebih sedikit. Masakan oriental memilki bumbu yang lebih beragam serta lebih banyak menggunakan bahan-bahan tidak bersertifikat halal. Pemilihan merek dan jenis bahan pada sebuah restoran harus dilakukan dengan cermat. Pada restoran ini perlu alternatif bahan bersertifikat halal atau telah dilengkapi surat keterangan PPH dari produsen yang disetujui lembaga sertifikasi halal

    Penerapan Lean Manufacturing untuk Mengurangi Pemborosan pada Proses Produksi Biskuit Marie Wijen (Studi Kasus di Usaha Wukir Sari, Kota Batu)

    No full text
    Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan konsumen menjadi orientasi penting perusahaan. Industri pangan memiliki prospek cukup tinggi. Di Kota Batu ada 365 UKM bersaing ketat dan memaksa usaha memiliki keunggulan kompetitif. Optimasi penggunaan bahan baku dan pengurangan pemborosan proses produksi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas usaha. Usaha Wukir Sari di Kota Batu menghasilkan biskuit marie wijen ‘Wukir Sari’. Tantangan utama Usaha Wukir Sari adalah menghasilkan biskuit marie wijen berkualitas, terkendali, efektif, dan efisien agar dapat bersaing dengan produk sejenis. Beberapa pemborosan selama proses produksi di usaha ini adalah ada waktu menunggu dan unnecessary motion akibat tenaga kerja sering melakukan aktivitas tidak perlu seperti pengerjaan ulang, mencari peralatan karena penyimpanan tidak teratur, dan gerakan lain yang harusnya dihindari, serta bergurau selama proses produksi yang menambah lead time produksi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis, penyebab pemborosan, dan menyarankan usulan perbaikan untuk mengoptimalkan produktivitas pengolahan biskuit marie wijen di usaha ini. Lean Manufacturing adalah seperangkat alat praktis yang digunakan untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan dalam sistem manufaktur yang berfokus pada penciptaan nilai bagi konsumen. Tools yang dipilih untuk implementasi Lean Manufacturing pada usaha Wukir Sari adalah Value Stream Mapping (VSM), Value Stream Analysis Tools (VALSAT), dan perbaikan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke). Value Stream Mapping diterapkan detail untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan, dan memberikan perbaikan pada aliran untuk meningkatkan proses produksi. VSM untuk memetakan proses produksi dan penggunaan mapping tools dalam VALSAT dari peringkat tertinggi antara hubungan masing-masing tools dan 12 jenis pemborosan dari kuesioner ke pemilik usaha dan dua pekerja bagian produksi. Selanjutnya perbaikan berkelanjutan dilakukan dengan konsep 5S mengurangi pemborosan. Hasil identifikasi diperoleh pemborosan paling banyak yaitu environmental pollution, unnecessary motion, defect, dan waiting. Tiga tools VALSAT tertinggi yang digunakan Quality Filter Mapping, Process Activity Mapping, dan Overall Supply Chain Effectiveness. Usulan perbaikan untuk mereduksi pemborosan dan perbaikan berkelanjutan dengan konsep 5S. Usulan perbaikan berupa pembuatan red tag, pelabelan tempat penyimpanan untuk mempermudah pencarian barang, diadakan penambahan alat dan jadwal kegiatan kebersihan, serta membuat aturan kerja, display poster, dan checklist evaluasi 5S. Pada future state mapping, didapat pengurangan waktu aktivitas NVA dari 1,86 menit menjadi 0 menit. Pengurangan NNVA dominan pada aktivitas pengiriman gula cair ke tempat pelumuran dan pengiriman wijen sangrai ke tempat pelumuran wijen. Pengurangan waktu aktivitas NNVA dari 36,66 menit menjadi 13,00 menit. Pengurangan lead time keseluruhan dari 250,57 menit menjadi 225,05 menit yaitu 25,52 menit atau 10,19% persen

    Strategi Pengembangan Sirup Pokak sebagai Minuman Fungsional, Aman, dan Halal untuk Mendukung Wisata Bromo Tengger Semeru

    No full text
    Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu sektor wisata cagar alam di Indonesia yang memiliki jumlah pengunjung mencapai 721.081 orang per tahun. Sirup pokak adalah oleh-oleh khas TNBTS yang terbuat dari bahan rempah, seperti jahe, kayu manis, cengkeh, dan daun pandan. Penelitian bertujuan mengidentifikasi aspek fungsional, aman, dan halal sirup pokak sehingga diperoleh strategi pengembangan untuk mendukung wisata TNBTS. Terdapat 4 sampel digunakan, yaitu sirup pokak Bu Indri, Simas Raya, Ifa, dan Bu Endang. Parameter aspek fungsional ditinjau melalui aktivitas antioksidan, dimana seluruh sampel memiliki aktivitas antioksidan kuat dengan IC50 50-100 ppm. Aspek aman ditinjau melalui uji TPC dan E.coli menunjukkan seluruh sampel 0 cfu/ml, sehingga memenuhi SNI 3544:2013 tentang sirup. Identifikasi aspek halal dengan analisis halal control point (HCP) bahan dan proses. Ditemukan 3 HCP bahan, yaitu gula pasir, air, dan sabun pencuci peralatan. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisis strategi dengan melakukan evaluasi faktor internal (strenght dan weakness) dan faktor eksternal (opportunity dan threat). Hasil analisis SWOT untuk matriks IFE 3,892 dan EFE 3,273 sehingga posisi UKM sirup pokak berada di kuadran I. Strategi tepat adalah S-O, yaitu menggunakan seluruh kekuatan (strength) untuk memanfaatkan peluang (opportunity) sebesar-besarnya. Melalui perhitungan TOPSIS diperoleh urutan prioritas strategi yaitu melakukan diversifikasi varian produk sirup pokak tinggi antioksidan sebagai minuman fungsional untuk meningkatkan imun tubuh (A1), mendorong pelaku usaha untuk melengkapi aspek legalitas produk pangan (A2), bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan Lembaga terkait untuk memberikan penyuluhan terhadap produsen mengenai proses produk halal pada UKM (A3), dan bekerjasama dengan agen travel untuk memasukkan sirup pokak sebagai minuman khas TNBTS ke dalam paket wisata (A4)

    Optimasi Maltodekstrin dan Suhu Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan dan Karakteristik Serbuk Minuman Herbal Berbasis Jahe Merah, Temulawak, Serai Dan Sambiloto

    No full text
    Tanaman herbal merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai obat, karena dapat membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Salah satu kandungan herbal yang dapat mencegah penyakit akibat radikal bebas yaitu antioksidan. Pada penelitian ini menggunakan kombinasi empat herbal yaitu jahe merah, temulawak, serai dan sambiloto yang diolah menjadi minuman serbuk. Jahe merah, temulawak dan serai merupakan herbal yang sering digunakan sebagai minuman herbal tradisional, sedangkan sambiloto merupakan herbal yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Pembuatan minuman serbuk ini dilakukan dengan metode foam mat drying. Metode ini membutuhkan bahan pengisi, yang biasanya menggunakan maltodekstrin. Maltodekstrin juga berfungsi sebagai penstabil buih saat proses pengeringan. Stabilitas buih sangat penting, karena jika buih yang terbentuk rusak, maka hasil pengeringan tidak sempurna. Pada proses pengeringan, suhu juga berperan penting untuk menjaga karakteristik dan kandungan kimia terutama polifenol, jika suhu yang digunakan terlalu tinggi maka akan merusak senyawa polifenol, namun jika suhu terlalu rendah maka akan membuat karakteristik minuman herbal tidak sesuai dengan mutu SNI . Berdasarkan latar belakang tersebut perlu dilakukan optimasi terkait kadar maltodekstrin dan suhu pengeringan yang bertujuan mendapatkan aktivitas antioksidan terbaik menggunakan IC50 dan karakteristik minuman herbal sesuai dengan syarat mutu serbuk minuman herbal berdasarkan SNI. Metode optimasi yang digunakan yaitu Response Surface Methodology (RSM) dengan desain rancangan percobaan Central Composite Design (CCD). Penelitian ini menggunakan 2 faktor perlakuan dengan 3 respon penelitian. Faktor perlakuan yang digunakan ialah konsentrasi maltodekstrin dengan level yang dipilih 15%, 20%, 25% dan suhu pengeringan dengan level 50°C, 60°C, 70°C. Respon yang diteliti yaitu kelarutan, kadar air, kadar abu dan aktivitas antioksidan dengan menggunakan IC50.. Hasil optimasi pada pembuatan serbuk minuman herbal ini diperoleh titik optimal dengan kadar maltodekstrin (X1) sebesar 24,33 % b/v dan suhu pengeringan (X2) 50°C. Model optimum faktor terhadap respon yaitu kuadratik dengan model persamaan optimum kelarutan (Y1)= 68,28038 + 0,46402A + 0,18907B - 0,010267AB + 0,025086A2 - 2,96026E-004B2, kadar air (Y2)= 13,48749 1,11556A + 0,11688B + 1,80000E-003AB + 0,028410A2 1,44750E- 003B2, kadar abu (Y3)= -14,59455 + 0,38601A + 0,43426B 2,55000E-003AB 7,41500E-003A2 3,00375E-003B2, IC50 (Y4)= 120,60556 + 10,79349A 7,00030B 4,80375E-003AB 0,26089A2 + 0,060981B2. Titik optimal yang diperoleh pada proses pembuatan serbuk minuman herbal ini menghasilkan kelarutan 90,03%, kadar air 6,78%, kadar abu 1,36% dan aktivitas antioksidan dengan nilai IC50 24,09 mg/ml

    Formulasi Kertas Seni Berbahan Dasar Sabut Kelapa, Akar Alang-Alang, dan Kertas Bekas

    No full text
    Penggunaan kertas sebagai bahan kemasan dipilih karena terbuat dari bahan alami yang ramah lingkungan serta mudah terurai. Salah satu opsi jenis kertas yang dapat digunakan adalah kertas seni. Kertas seni merupakan kertas yang memiliki nilai estetika dari pola serat yang dihasilkan. Serat-serat yang terbuat dari bahan baku pulp yang digunakan memberi keunikan dari kertas tersebut. Dengan nilai estetika yang dimiliki oleh kertas seni ini menambahkan nilai lebih sehingga memungkinkan penggunaannya sebagai bahan baku kemasan. Bahan baku utama yang digunakan pada proses pembuatan kertas adalah serat yang memiliki kandungan selulosa tinggi Kebutuhan selulosa dalam pembuatan kertas membuka peluang pada pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku kertas. Limbah pertanian ini dikelola menjadi pulp serat non kayu untuk menggantikan pulp kayu yang biasa digunakan. Limbah pertanian yang dapat dihasilkan sebagai bahan baku pulp serat non kayu diantaranya adalah sabut kelapa dalam (Cocos nucifera L.) yang sudah tua dan akar alang-alang (Imperata cylindrica). Sabut kelapa menjadi pulp karena memiliki kandungan selulosa sebesar 32,69% dan lignin 42,10%. Untuk mengurangi kadar lignin dalam sabut kelapa dilakukan proses delignifikasi dengan metode soda menggunakan NaOH 30% yang dimasak selama 150 menit. Akar alang-alang memiliki kandungan selulosa sebanyak 40,22% serta lignin sebanyak 31,29%. Untuk pulp yang dibuat dari akar alang-alang, delignifikasi dilakukan dengan metode organosolv menggunakan CH3COOH 92,5% dengan lama waktu pemasakan selama 66 menit. Untuk meningkatkan ketahanan tarik dari campuran kedua serat tersebut dilakukan penambahan serat sekunder berupa kertas bekas.Pada penelitian ini dilakukan penentuan formulasi dari setiap bahan penyusun kertas seni. Penentuan formulasi dilakukan dengan menggunakan metode linear programming. Variabel keputusan yang akan dicari yaitu jumlah dari masing-masing bahan baku yang digunakan. Fungsi tujuan yang diharapkan yaitu meminimasi biaya yang diperlukan untuk pembuatan kertas seni. Batasan kendala yang dipilih yaitu batasan mengenai jumlah persentase dari bahan yang akan digunakan. Hasil dari formulasi akan dibuat menjadi kertas seni yang dicetak menggunakan screen ukuran 30 x 40 cm. Kertas seni yang dihasilkan akan dilakukan pengujian berupa gramatur, daya tarik, ketebalan, daya serap air, dan kadar air untuk mengetahui bahwa komposisi yang dihasilkan layak untuk pengembangan selanjutnya. Untuk menghasilkan selembar kertas seni didapatkan hasil formulasi dari masing-masing variabel keputusan X1 (sabut kelapa), X2 (akar alang-alang), dan X3 (kertas bekas) sebesar 18 gram, 12 gram, dan 10 gram. Dengan formulasi tersebut didapatkan jumlah biaya bahan baku minimal sebesar Rp11.322,57. Formulasi dari penelitian ini menghasilkan kertas seni dengan karakteristik kertas seni yang memiliki gramatur sebesar 260,3 gram/m2, kuat tarik sebesar 4,9 kN/m2, daya serap air sebesar 515,64%, ketebalan 1 mm, dan kadar air 9,97%. Perbandingan antara karakteristik kertas seni dengan SNI 0123-2008 telah sesuai yaitu memiliki nilai gramatur dengan rentang 225-500 gram/m2, ketahanan tarik min. 1,96 kN/m2, dan kadar air maks. 10%

    Analisis dan Penentuan Strategi Mitigasi Risiko Produksi Minuman Sari Buah Pedada (Sonneratia caseolaris) Merek Somano (Studi Kasus di UKM Somano, Surabaya)

    No full text
    Mangrove adalah tumbuhan yang hidup dikawasan pesisir dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Selain berfungsi sebagai pelindung garis pantai, mencegah terjadinya abrasi air laut, dan sebagai habitat flora dan fauna, hutan mangrove juga dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk olahan pangan. Buah pedada (Sonneratia caseolaris) adalah salah satu jenis mangrove yang bagian buahnya dapat diolah menjadi produk pangan. UKM Somano merupakan UKM yang berlokasi di Surabaya yang mengolah buah pedada menjadi produk olahan pangan yaitu minuman sari buah pedada. Aktivitas proses produksi minuman sari buah pedada pada UKM tersebut tidak terlepas dari adanya risiko yang terjadi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis prioritas risiko yang berpengaruh terhadap proses produksi minuman sari buah pedada dan menentukan prioritas strategi yang paling tepat untuk memitigasi risiko produk minuman sari buah pedada di UKM Somano. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (FFMEA) dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Penggunaan metode FFMEA digunakan untuk mengidentifikasi dan menentukan prioritas risiko pada proses produksi minuman sari buah pedada, sedangkan penggunaan metode AHP digunakan untuk memperoleh usulan alternatif strategi mitigasi risiko pada proses produksi minuman sari buah pedada di UKM Somano.Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner FFMEA dan AHP terhadap 3 responden pakar yang terdiri dari pemilik UKM Somano dan dua orang tenaga kerja bagian produksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan teridentifikasi sebanyak 10 potensi risiko proses produksi minuman sari buah pedada di UKM Somano. Risiko prioritas pada variabel bahan baku adalah risiko kerusakan buah pedada selama penyimpanan dengan nilai FRPN sebesar 3,234, pada variabel proses adalah risiko kontaminasi dari lingkungan kerja dengan nilai FRPN sebesar 2,859, dan pada variabel produk jadi adalah risiko kerusakan produk jadi selama penyimpanan dingin dengan nilai FRPN sebesar 1,946. Alternatif yang diusulkan untuk memitigasi kerusakan buah pedada selama penyimpanan adalah membuat Standard Operating Procedure (SOP) penyimpanan bahan baku dengan nilai bobot sebesar 0,480. Alternatif yang diusulkan untuk memitigasi kontaminasi dari lingkungan kerja adalah membuat Standard Operating Procedure (SOP) sanitasi lingkungan kerja dengan nilai bobot sebesar 0,871. Alternatif yang diusulkan untuk memitigasi kerusakan produk jadi selama penyimpanan dingin adalah melakukan pengecekan suhu mesin secara berkala dengan nilai bobot sebesar 0,638

    Pengaruh Konsentrasi Ampas Kunyit dan Nanokalsium Terhadap Masker Tanah Liat Ampas Rimpang Kunyit.

    No full text
    Indonesia menempati salah satu negara yang mempunyai kekayaan dengan keberagaman hayati terbesar didunia di tahun 2017. Salah satu komoditasnya yaitu kunyit. Produksi kunyit pada tahun 2016 sebesar 107.770.473 ton yang dimanfaatkan sebagai antioksidan pada kandungan kurkumin. Pemanfaatan rimpang kunyit dilakukan dengan mengekstrak dan menghasilkan limbah. Limbah ekstrak kunyit berupa ampas sangat jarang digunakan. Solusi yang dilakukan pada pemanfaatan limbah kunyit adalah menjadikannya salah satu bahan masker tanah liat. Masker tanah liat merupakan masker dengan fase semi solid berbahan dasar mineral clay yaitu kaolin dan bentonit yang berfungsi menutrisi kulit wajah dengan manfaat membersihkan dan mengurangi jumlah minyak oleh kelenjar wajah. Penerapan teknologi dalam pangan maupun non-pangan saat ini salah satunya dalam bidang nanopartikel. Penggunaan partikel yang lebih kecil dengan rentang 1-1000 nm memiliki biovabilitas yang lebih tinggi dibandingkan berukuran makro. Nanopartikel yang dimanfaatkan yaitu nanokalsium. Nanokalsium merupakan kalsium yang dimodifikasi dengan berukuran nano. Manfaat kalsium memiliki peran baik dalam homeostatis kulit dan modulator dalam proferasi juga diferensiasi keratinosit. Tujuan penelitian adalah mencari pengaruh dan perlakuan terbaik penambahan ampas kunyit dan nanokalsium terhadap masker tanah liat. Penambahan faktor ampas kunyit memiliki 3 level yaitu 2,5%, 5%, dan 7,5% dan penambahan faktor nanokalsium memiliki 3 level yaitu 0,5%, 1%, daN 1,5%. Faktor yang terdapat pada ampas kunyit dan nanokalsium memiliki respon yang dapat dipengaruhi oleh kedua faktor yaitu kadar kalsium dan aktivitas antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pada ampas kunyit dan nanokasium terhadap masker tanah liat. Analisa pengaruh digunakan metode two-way analysis of variances (ANOVA) dengan menggunakan perangkat lunak Statistical product and service solution (SPSS). Penelitian ini dilanjutkan dengan mencari formulasi dengan penambahan ampas kunyit dan nanokalsium terbaik menggunakan metode bayes untuk menentukan perlakuan terbaik. Faktor penambahan kunyit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap uji kadar kalsium dan uji antioksidan. Ampas kunyit masih memiliki mineral dan zat aktif seperti Ca (0,12%), serat kasar (4,28%), abu (8,03%), dan nilai IC50 memiliki konsentrasi yang lebih sedikit dari rimpang kunyit yang dapat mempengaruhi kadar kalsium dan antioksidan. Faktor penambahan nanokalsium memiliki pengaruh walaupun tidak terlalu signifikan terhadap antioksidan, namun signifikan terhadap uji kadar kalsium. Hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa senyawa aktif pada nanokalsium dan nanokalsium memiliki kadar kalsium yang tinggi. Interaksi antara kedua faktor ampas kunyit dan nanokalsium terhadap uji kalsium dan antioksidan. Hasil perhitungan menggunakan metode bayes pada uji antioksidan dan kalsium bahwa sampel terbaik didapatkan pada X3Y3 dengan penambahan ampas kunyit 7,5% dan nanokalsium 1,5%. Uji lanjutan perlakuan terbaik yaitu uji daya sebar, waktu mengering dan pH, didapatkan hasil diameter uji daya sebar yaitu 5,4 cm, uji waktu mengering yaitu 14,2 menit, dan pH dengan keasaman 6,8. Hasil ini sesuai dengan literatur dan mendekati produk komersil

    Formulasi Produk Minuman Cokelat Instan dengan Pemanis Gula Semut Kelapa (Cocos nucifera L.) dan Tambahan Krimer (non dairy creamer)

    No full text
    Minuman cokelat pada dasarnya terdiri dari beberapa bahan seperti bubuk cokelat, gula dan susu atau krimer sebagai penambah cita rasa. Bubuk cokelat yang diolah menjadi produk olahan kakao seperti cokelat dan minuman cokelat merupakan sumber yang kaya antioksidan yang berperan sebagai penangkal radikal bebas. Penggunaan gula semut kelapa sebagai pemanis dalam minuman cokelat karena mengandung inulin yang dapat memperlambat penyerapan glukosa dalam darah yang menyebabkan gula kelapa memiliki indeks glikemik rendah dibandingkan dengan gula lainnya. Krimer nabati (non dairy creamer) merupakan bahan pengganti susu yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan makanan atau minuman yang tidak memiliki kandungan laktosa sehingga aman untuk penderita lactose intolerance dan dapat dikonsumsi semua orang. Minuman fungsional berbentuk instan diyakini menjadi pilihan yang tepat dan dapat diterima penggunanya untuk membuat minuman cokelat instan karena memberikan efek kesehatan dengan menangkal radikal bebas, tidak menimbulkan efek negatif bagi kesehatan, tetap memiliki rasa serta aroma yang baik, dan memiliki masa simpan yang cukup lama. Minuman instan merupakan minuman dalam bentuk serbuk siap seduh yang menyegarkan, mudah untuk dikonsumsi dan awet dalam penyimpanannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi produk minuman cokelat instan dengan pemanis gula semut kelapa dan tambahan krimer yang tepat berdasarkan uji organoleptik dan kimia. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu rasio bubuk cokelat, gula kelapa, dan krimer dengan beberapa perbandingan yaitu 30%:55%:15%, 35%:50%:15%, 40%:45%:15%, dan 45%:40%:15%. Jumlah perlakuan didapat dari jumlah kombinasi yaitu sebanyak empat perlakuan dengan diulang sebanyak 6 kali sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. Dilakukan uji organoleptik dan kimia meliputi aroma, rasa, warna, kadar air, rendemen, dan antioksidan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan selang kepercayaan 95% (α = 0,05) dan akan dilakukan uji lanjut Duncan dengan nilai (α = 0,05) apabila beda nyata dan terjadi interaksi antar perlakuan. Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji hedonic scale dengan jumlah panelis 30 orang tidak terlatih. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode indeks efektivitas. Hasil penelitian didapat formulasi yang paling disukai panelis adalah Formulasi B dengan perbandingan 35% bubuk cokelat, 50% gula semut kelapa, dan 15% krimer. Kadar air dan rendemen dipengaruhi rasio gula semut kelapa yang digunakan. Semakin banyak gula semut kelapa yang digunakan, semakin banyak pula kadar air yang dihasilkan. Semakin besar rasio gula semut yang digunakan, semakin besar rendemen yang dihasilkan. Formulasi B memiliki kadar air sebesar 2,803% dan rendemen 91,982%. Formulasi B dilanjutkan dengan uji aktivitas antioksidan dengan hasil sebesar 4,37% yang tergolong lemah

    Pengaruh Perbedaan Waktu Ekstraksi dan Volume Pelarut Pada Ekstraksi Daun Katuk (Sauropus androgynus L.) Dengan Metode Refluks

    No full text
    Indonesia memiliki banyak tanaman herba yang dapat ditemukan di berbagai wilayah. Setiap tanaman herba memiliki khasiat yang berbeda dan salah satu khasiatnya adalah mengandung antioksidan flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang dapat menangkal radikal bebas. Salah satu tumbuhan herba yang memiliki antioksidan berupa flavonoid adalah tanaman katuk. Pada penelitian ini, ekstraksi daun katuk menggunakan metode refluks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh volume pelarut dan waktu ekstraksi terhadap aktivitas antioksidan, rendemen dan total fenolik pada daun katuk. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui koefisien transfer massa pada ekstraksi refluks daun katuk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor perlakuan yakni waktu ekstraksi (90 menit, 150 menit dan 210 menit) dan volume pelarut (250 ml, 350 ml dan 450 ml). Analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) pada α=0,05. Apabila data yang didapatkan signifikan, maka akan dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) dan penentuan perlakuan terbaik menggunakan metode Multiple Attribute Zeleny. Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan waktu ekstraksi dan volume pelarut etanol tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar air. rendemen, aktivitas antioksidan, dan total fenolik. Hasil perlakuan terbaik didapatkan pada ekstraksi refluks 250 ml dengan waktu ekstraksi 210 menit. Daun katuk dengan perlakuan terbaik memiliki karakteristik rendemen sebesar 0,3622%, kadar air sebesar 82,493%, aktivitas antioksidan sebesar 398,85 ppm serta kadar fenol sebesar 30,44 mg GAE/g. Pada nilai koefisien transfer massa, semakin lama waktu ekstraksi refluks daun katuk yang dilakukan, maka akan semakin turun nilai koefisen transfer massa dari 0,033/menit sampai 0/menit
    corecore