2 research outputs found
The Role of Local Knowledge in Developing Indigenous Indonesian Medicine
Peranan pengetahuan lokal dapat memberikan informasi tentang tumbuhan obat untuk mengobati penyakit, serta penelusuran adanya hubungan antara komponen bio-aktif yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Pengetahuan lokal ini sangat beragam karena Indonesia mempunyai ± 370 etnis yang bermukim tersebar di seluruh kawasan hutan/kepulauan Indonesia yang luasnya 119,7 juta hektar. Saat ini baru ditemukan ± 1300 jenis tumbuhan obat yang pemanfaatannya sesuai/mengikuti pengetahuan lokal dari masing-masing etnis. Adanya “biological prospecting” yang berkembang di dunia barat dapat mendorong industri bioprospeksi terutama industri farmasi untuk menghasilkan produk obat asli Indonesia yang berdasarkan pengetahuan lokal etnis setempat dan tumbuhan obat dari kawasan hutan Indonesia. Serta mengikuti Kebijakan Nasional yang mengatur akses ke Sumber Daya Alam atau Biologi Asli (Indigenous)
Pengaruh Gulma Akuatik Dalam Tapak Penangkaran Jentik-jentik
Pada berbagai genangan air, dari danau sampai air yahg tertampung pada sehelai daun, sering dijumpai jentik-jentik nyamuk. Di samping itu dalam genangan air yang cukup besamya sering terdapat tumbuh-tumbuhan air yang umumnya merupakan gulma. Sebagai penghuni habitat ail yang sama tidak mengherankan bila terjadi hubungan atau saling pengaruh antara tumbuh-tumbuhan dan jentik-jentik tersebut. Beberapa jenis tumbuh-tumbuhan sudah diketahui mempunyai daya bunuh terhadap jentik-jentik nyamuk. Chara,Nitetta dan Utricularia adalah beberapa kelompok tumbuhan rendah yang mempunyai kemampuan sebagai larvisida (Anonim 1973). Akan tetapi kemungkinan tumbuh-tumbuhan tinggi sebagai pengandung daya laivisida belum pernah dijajaki secara tegas (Sen1941). Kenyataan sering didapatinya tumbuhan ail atau gulma pada bermacam-macam bentuk perairan dan pengamatan perorangan yang menyatakan bahwa terdapat kemungkinan pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk, merupakan suatu gejala yang perlu dibuktikan kebenarannya secara ilmiah.Pembuktian ini akan bermanfaat dalam kemungkinan penggunaan gejala ini dalam USAha pengendalian populasi nyamuk.Dalam USAha pembuktian ini yang pertama-tama harus dilakukan ialah mengetahui sifat-sifat kualitatif beberapa gulma akuatik terhadap tempat tumbuh jentik-jentik nyamuk.Menuiut Eussen (wawancara pribadi 1975) diketahui adanya eksudan pada beberapa gulma dan pengaruhnya terhadap organisme lain, sebagai contoh eksudan gulma Imperata cylindrica yang menghambat perkecambahan ketimun dan jagung.Macam eksudan yang dikeluarkan dari tiap jenis gulma tidak sama, begitu pula pengaruh macam-macam eksudan itu terhadap organisme lain.Dalam penelitian ini beberapa jenis gulma akuatik dicoba untuk dicari pengaruhnya terhadap tapak penangkaran nyamuk.Dalam percobaan ini digunakan jenis gulma akuatik yang banyak terdapat dalam pertanian, mudah memencar dan tumbuh dalam lingkungan/keadaan ekologi yang bermacam-macam. Selanjutnya perlu diselidiki adanya beberapa gulma akuatik yang mengeluarkan eksudan yang berlainan, baik sebagai penghambat (larvisida) atau pun sebagai penarik (attractant) dan diharapkan eksudan-eksudan itu mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap populasi nyamuk.Untuk membedakan pengaruh gulma terhadap tapak penangkaran nyamuk dari pengaruh faktor-faktor lain yang mungkin mempunyai pengaruh sama, dilakukan beberapa percobaan.Percobaan-percobaan ini mencakup perlakuan dengan menggunakan wadah, lokasi, dan ada tidaknya lumpur.Berdasarkan percobaan pendahuluan dapat disimpulkan bahwa warna ember tidak menunjukkan pengaruh terhadap kemampuan nyamuk untuk berbiak pada ember tersebut. Pada percobaan ini yang dihitung dan dianalisis ialah nyamuk dewasa saja, karena tingkat inilah yang sanggup berbiak, menggigit serta menularkan penyakit dan yang menjadi perhatian manusia (BIOTROP 1975).Dalam hal ini jumlah nyamuk induk (imago), telur dan telur yang menetas menjadi larva tidak dihitung, karena segi-segi tersebut sudah di luar ruang lingkup percobaan. Percobaan ini dimaksudkan sebagai penelitian permulaan untuk mengetahui pengaruh gulma akuatik terhadap kemampuan wadah untuk menghasilkan nyamuk