2 research outputs found

    IN SILICO STUDY OF YODIUM LEAF (JATROPHA MULTIFIDA LINN) ACTIVE COMPOUND AS ANTIBIOTIC FOR DIABETIC WOUNDS

    Get PDF
    Objective: In this study, an in silico test of 13 active compounds of leaf Jatropha multifida Linn. was carried out against the gyrase receptor (PDB ID: 2XCT). Methods: The methods include molecular docking, ADMET prediction, and a review of Lipinski's Rule of Five. Results: Molecular docking simulation results obtained three test compounds with free energy of binding (∆G) and inhibition constants (Ki) at active site A, which are lower than the comparison compound, ciprofloxacin (∆G-5.41 kcal/mol). The three compounds are C2 (multidione), C5 (citlalitrione), and C6 (cleomiscosin A) which have ΔG of-6.00,-6.90, and-5.56 kcal/mol. Based on ADMET prediction, compound C5 has better pharmacokinetics, pharmacodynamics, and toxic activities compared to ciprofloxacin. Conclusion: Therefore, C5 is the best active compound from J. multifida, which can be used as a candidate for new antibiotics in the treatment of diabetic wounds

    Studi In Silico Senyawa Aktif Daun Singawalang (Petiveria alliacea) Sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah Untuk Pengobatan Penyakit Diabetes Melitus Tipe-2

    Get PDF
    Diabetes melitus (DM) adalah kondisi hiperglikemik kronis yang merupakan tanda adanya gangguan metabolik. Pengendalian homeostasis glukosa serta metabolisme zat makanan sangat penting pada penderita DM. Salah satu yang berperan dalam pengendalian tersebut adalah AMPK-α2, sehingga AMPK-α2 dapat dijadikan sasaran pengobatan DM tipe 2. Secara empiris, singawalang (Petiveria alliacea) dimanfaatkan untuk pengobatan diabetes. Tanaman yang banyak ditemukan di Indonesia tersebut, mengandung berbagai senyawa aktif, diantaranya benzaldehida, benzil 2-hidroksietil trisulfida, tanin, kumarin, dan isoarborinol. Pada penelitian ini, dilakukan analisis interaksi dan afinitas senyawa daun singawalang terhadap reseptor AMPK-α2 serta dilakukan prediksi terkait adsorpsi, distribusi, metabolisme, dan toksisitas (Pre-ADMET) sehingga memperoleh kandidat obat baru untuk pengobatan diabetes melitus tipe-2 dengan efek samping minimum dan profil farmakokinetik yang baik. Hasil simulasi penambatan molekuler senyawa aktif singawalang terhadap reseptor AMPK-α2 menunjukan 3 ligan uji terbaik dengan nilai energi bebas ikatan (∆G) dan nilai konstanta inhibisi (Ki) yang lebih rendah dibandingkan pembanding, Metformin, yang memiliki nilai energi bebas ikatan (ΔG) -5.16 kcal/mol. Ketiga senyawa tersebut adalah isoarborionl asetat dengan nilai energi ikatan -7,57 kkal, isoarborinol sebesar -7,45 kkal, dan benzyl 2-hydroxymethyl trisulphide sebesar -5,95 kkal. Sedangkan prediksi ADMET dengan operasi ADMET Predictor menunjukkan bahwa ligan uji benzyl 2-hydroxyethyl trisulphide memiliki potensi bersifat mutagenik tetapi tidak karsinogenik. Oleh karena itu, perlu modifikasi struktur untuk dapat memberikan efek toksisitas yang lebih rendah.  Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa benzyl 2-hydroxyethyl trisulphide merupakan kandidat senyawa yang paling berpotensi dengan afinitas tertinggi dan resiko toksisitas yang rendah
    corecore