42 research outputs found

    Hubungan Kelimpahan Meiofauna pada Kerapatan Lamun yang Berbeda di Pulau Panjang, Jepara

    Full text link
    Lamun merupakan salah satu sumberdaya laut yang sangat potensial dan dapat dimanfaatkan. Organisme benthos seperti meiofauna menepati posisi yang sangat penting dalam proses biodegradasi di ekosistem pantai. Meiofauna bersifat relatif menetap pada dasar perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan meiofauna pada kerapatan lamun yang berbeda di Pantai Pulau Panjang, Jepara dan mengetahui hubungan antara kerapatan lamun yang berbeda dengan kelimpahan meiofauna. Metode pengambilan sampel dan pengamatan meiofauna adalah sampel diambil 7 titik dari setiap stasiun, pengambilan sampel meiofauna dengan menggunakan pralon 20 cm, sampel kemudian disaring dengan menggunakan saringan sampel 0,5 mm dan diberi formalin sebanyak 4% ,larutan rose bengale™ dan larutan ludox. Jenis lamun yang ditemukan di lokasi penelitian ini didapatkan 5 genera lamun yaitu Thalassia sp, Cymodocea sp, Enhalus sp, Syringodium sp dan Halodule sp. Jumlah spesies individu meiofauna pada stasiun A yaitu 34.666 individu/m3 dari 22 spesies, pada stasiun B yaitu 42.666 individu/m3 dari 22 spesies dan pada stasiun C yaitu 54.000 individu/m3 dari 22 spesies. Uji korelasi pearson didapatkan nilai sebesar 0,565 ( ≥ 0,05 ) dengan kesimpulan H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara meiofauna dengan kerapatan lamun yang berbeda di Pulau Panjang Jepara. Nilai korelasi antara meiofauna dengan kerapatan lamun sebesar -0,632, hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang erat antara meiofauna dengan kerapatan lamun di Pulau Panjang, Jepara

    Kelimpahan Jenis Teripang (Holothuroidea) Di Rataan Terumbu Karang Dan Lereng Terumbu Karang Pantai Pancuran Belakang Pulau Karimunjawa Jepara

    Full text link
    Kepulauan Karimun Jawa Jepara Jawa Tengah sangat terkenal akan kekayaan sumberdaya alam yang ada di dalam laut. Jenis-jenis biota yang beragam hidup di dalamnya.Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan teripang pada lokasi rataan terumbu karang dan lereng terumbu karang serta mengetahui hubungan antara kelimpahan teripang dengan penutupan terumbu karang di lokasi penelitian. Metode yang digunakan adalah metode line transek.Hasil penelitian didapatkan prosentase penutupan karang hidup pada rataan terumbu karang 65,69 % dan pada lereng 69,26 %. Kelimpahan individu teripang pada daerah rataan terumbu karang 37 ind/ 300 m2 dan pada lereng terumbu karang 11 ind/ 300 m2. Berdasarkan hasil Uji Test “T” di dapatkan kelimpahan jenis teripang yang paling banyak adalah pada stasiun A rataan terumbu karang

    Kelimpahan Bintang Mengular (Ophiuroidea) Di Perairan Pantai Sundak Dan Pantai Kukup Kabupaten Gunungkidul, YOGYAKARTA

    Full text link
    Bintang mengular (Ophiuroidea) merupakan Echinodermata yang banyak tersebar di seluruh belahan dunia. Bintang mengular memiliki peranan terhadap ekologi suatu perairan. Adapun Pantai Sundak dan Pantai Kukup merupakan deretan pantai di pesisir selatan pulau Jawa yang menjadi daerah obyek wisata. Di daerah tersebut terdapat rataan karang mati pada kedua pantai tersebut merupakan habitat atau tempat hidup dari bintang mengular. Pada kedua lokasi tersebut diestimasikan terdapat kelimpahan bintang mengular. Aktivitas manusia pada kedua pantai tersebut diduga telah mempengaruhi perbedaan kelimpahan bintang mengular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan bintang mengular (Ophiuroidea) di perairan Pantai Sundak dan Pantai Kukup, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014. Metode pengambilan data persentase penutupan karang menggunakan metode line transek sepanjang 50 meter, sedangkan pengambilan data kelimpahan bintang mengular (Ophiuroidea) menggunakan metode kuadran transek berukuran 1 x 1 meter. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu bahwa nilai persentase penutupan karang mati di Pantai Sundak sebesar 92.06 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang mati di Pantai Kukup sebesar 86.20 %. Pada daerah Pantai Sundak didapatkan kelimpahan individu bintang mengular sebanyak 755 individu/ 150 meter2, sedangkan kelimpahan individu bintang mengular pada daerah Pantai Kukup sebanyak 366 individu/ 150 meter2. Pada kedua lokasi didapatkan 3 jenis bintang mengular yaitu Ophiocoma riseii, Ophiocoma scolopendrina, dan Ophiocoma erinaceus. Kelimpahan jenis bintang mengular yang paling banyak ditemukan di daerah Pantai Sundak dan Pantai Kukup adalah jenis Ophiocoma scolopendrina. Berdasarkan hasil Uji “T” test dapat disimpulkan bahwa kelimpahan jenis bintang mengular yang paling tinggi adalah pada Pantai Sundak sehingga terdapat perbedaan kelimpahan bintang mengular antara Pantai Sundak dan Pantai Kukup. Brittle star (Ophiuroidea) is a part of Echinoderm which is available in the territorial waters around the world. Ophiuroidea actually has a pivotal role for water ecosystem. Sundak Beach and Kukup Beach, the coastal areas situated in the south of the Java Island that become the tourist destinations, has a site called dead reef as an inhabitant of brittle stars. At both locations are being estimated, there is an abundance of brittle stars. It is also supposed that the human activity in those two beaches has affected the difference of brittle stars affluence. This research is aimed to study these differences exactly located in Gunugkidul, Yogyakarta, while the observation itself done in April 2014. The method to take the data percentage for the closure of coral uses line transect method in 50 meters length. For the sampling of Ophiuroidea abundance, it utilizes quadrant transect in 1 square meters. As the results, the percentage data shows the closure of dead reef is 92, 06% for Sundak Beach and 86, 20% for Kukup Beach. In term of individual affluence, Sundak Beach has 775 individuals / 150 sqm., while Kukup Beach has 366 individuals / 150 sqm. In these locations, there are three species of brittle star; Ophiocoma riseii, Ophicoma scolopendrina, and Ophiocoma erinaceus. The high rate abundance is Ophiocoma scolopendrina which is mostly found in Sundak Beach waters. Based on the “T” test, that such differences happen in Sundak Beach and Kukup Beach

    Pengaruh Laju Sedimentasi Dengan Kerapatan Rumput Laut Di Perairan Bandengan Jepara

    Full text link
    Perairan Pantai Bandengan Jepara terletak di daerah utara Pulau Jawa. Jenis biota yang ada beragam dengan populasi masing-masing jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerapatan rumput laut, nilai laju sedimentasi pada daerah rumput laut serta mengetahui hubungan perbedaan kerapatan rumput laut dengan laju sedimentasi di perairan bandengan Jepara. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah komunitas rumput laut yang dibagi menjadi 3 pengambilan, pengambilan dilakukan secara tegak lurus ke arah laut dan penghitungan laju sedimentasi dengan menggunakan sedimen trap yang di pasang pada lokasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey. Metode penentuan kerapatan rumput laut dilakukan dengan frame kuadran ukuran 1x1 m dengan cara menghitung jumlah tegakan rumput laut dalam setiap meter persegi sepanjang 100 m. Kerapatan rumput laut di perairan Bandengan Jepara di dapat 431 individu/300m2 yang terdapat 9 jenis dari 2 filum yaitu Filum Chlorophyta : Halimeda opuntia sebanyak 157 individu/300m2 , Halimeda descoides sebanyak 58 individu/300m2, Halimeda makroloba sebanyak 74 individu/300m2,filum Phaeophyta : Chordoria flagelliformis sebanyak 31 individu/300m2, Padina crassa sebanyak 83 individu/300m2, Sargassum yendoi sebanyak 15 individu/300m2, Sargassum piluliferum sebanyak 3 individu/300m2, Sargassum confusum sebanyak 5 individu/300m2, dan Sargassum duplicatum sebanyak 5 individu/300m2. Hasil penghitungan laju sedimentasi diketahui rata-rata laju sedimentasi pada lokasi penelitian adalah 0,85 mg/cm3/hari. Nilai korelasi antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut sebesar 0,85, hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang erat antara laju sedimentasi dengan kerapatan rumput laut di perairan Bandengan, Jepara

    Kelimpahan Jenis Bulu Babi (Echinoidea, Leske 1778) Di Rataan Dan Tubir Terumbu Karang Di Perairan Si Jago – Jago, Tapanuli Tengah

    Full text link
    Penelitian tentang kelimpahan ikan, moluska dan bentos pada daerah terumbu karang sudah banyak dilakukan, tetapi dalam Kenyataannya belum banyak yang meneliti tentang kelimpahan bulu babi di daerah terumbu karang. Adapun daerah rataan terumbu karang dan tubir terumbu karang adalah sebagai habitat atau tempat hidup dari bulu babi, maka dimungkikan kelimpahan bulu babi pada kedua lokasi tersebut. Aktivitas di perairan Si Jago – Jago baik berupa penangkapan ikan maupun pariwisata diduga telah mempengaruhi keseimbangan ekosistem terumbu karang dan organisme yang berasosiasi di dalamnya khususnya bulu babi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan jenis bulu babi (Echinoidea) pada daerah rataan terumbu karang dan tubir terumbu karang di Perairan Si Jago – Jago, Tapanuli Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012. Metode pengambilan data persentase penutupan terumbu karang menggunakan metode line transek berukuran 30 meter, sedangkan pengambilan data kelimpahan bulu babi (Echinoidea) menggunakan metode kuadran transek berukuran 5 x 5 meter. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu bahwa nilai persentase penutupan karang hidup pada daerah rataan terumbu karang sebesar 45,51 %. Sedangkan nilai persentase penutupan karang hidup pada daerah tubir terumbu karang sebesar 46,2 %. Nilai tersebut termasuk dalam kategori sedang. Pada daerah rataan terumbu karang didapatkan kelimpahan individu bulu babi sebanyak 298 individu/ 450 meter2, sedangkan kelimpahan individu bulu babi pada daerah tubir terumbu karang sebanyak 122 individu/ 450 meter2. Jenis bulu babi yang ditemukan pada lokasi penelitian yaitu Diadema antilarum, Diadema setosum, dan Echinotrix calamaris. Kelimpahan jenis bulu babi yang paling banyak ditemukan pada daerah rataaan dan tubir adalah jenis Diadema antilarum. Berdasarkan hasil Uji “T” test dapat disimpulkan bahwa kelimpahan jenis bulu babi yang paling tinggi adalah pada daerah rataan terumbu karang. Hal tersebut didapatkan dari nilai signifikasi yaitu 0,043, yang kurang dari < 0,05 sehingga terima H1 tolak H0, bahwa ada perbedaan kelimpahan bulu babi pada daearah rataan dan tubir terumbu karang

    Pengaruh Arus Dan Substrat Terhadap Distribusi Kerapatan Rumput Laut Di Perairan Pulau Panjang Sebelah Barat Dan Selatan

    Full text link
    Pulau Panjang adalah salah satu pantai utara Jawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Salah satu ekosistem yang ditemukan di wilayah pesisir adalah ekosistem rumput laut. Rumput laut memiliki keanekaragaman spesies yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh arus dan substrat terhadap distribusi kerapatan rumput laut di perairan Pulau Panjang sebelah barat dan selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Pengambilan data kerapatan rumput laut menggunakan metode line transect. Pengamatan dilakukan dengan menghitung kerapatan rumput laut pada 3 line di sebelah barat dan selatan Pulau Panjang. Panjang line transect yang digunakan adalah 100 meter, diletakkan tegak lurus garis pantai dan untuk memudahkan perhitungan kerapatan rumput kaut digunakan kuadran transect berukuran 1x1 m. Kemudian dilakukan pengukuran parameter oseanografi. Hasil penelitian dijumpai tujuh jenis rumput laut yaitu Padina crassa, Sargasum confusum, Turbinaria ornata, Sargassum crispitolium, Caulerpa racemosa, Caulerpa serrulata, dan Lenthesia difformis pada sebelah barat dan selatan Pulau Panjang. Nilai kecepatan arus Pulau Panjang di sebelah selatan adalah 0,10-0,12 m/detik dan arus Pulau Panjang di sebelah barat 0,09-0,01 m/detik. Substrat di Pulau Panjang sebelah barat adalah karang hidup (26 m2), karang mati (83 m2), pasir (80 m2) dan pecahan karang (109 m2), sedangkan di Pulau Panjang sebelah selatan adalah karang hidup (31 m2), karang mati (93 m2), pasir (54 m2) dan pecahan karang (122 m2). Kerapatan rumput laut tertinggi di Pulau Panjang sebelah barat dan selatan adalah jenis Padina crassa sebanyak 37,39% dan 31,26%. Panjang island is one of Java's northern sea which located in Jepara, Central Java. One of ecosystem which found in coastal area is seaweed ecosystem. Seaweed has high species's variety. This research is intended to acknowledge how current and subtrate affect the seaweed's density distribution in Panjang Island's west and south waters. This research was done in October 2014. This research uses descriptive research method. While Line Transect is used to intake the data of seaweed's density. The observation is done by counting the seaweed's density on three lines in Panjang Island's south and west waters. Line Transect's lenght which used is 100 meters, be placed perpendicular to coastal area and use 1x1 meter transect quadran to make the counting of seaweed's density easier. And then, the measuring of oceanography parameter is conducted. As the result, seven seaweed's varietis are found, they are Padina crassa, Sargasum confusum, Turbinaria ornata, Sargassum crispitolium, Caulerpa racemosa, Caulerpa serrulata, and Lenthesia difformis in Panjang Island's south and west waters. Speed value of Panjang Island's current in south area is 0,10-0,12 m/second and Panjang Island's west area is 0,09-0,01 m/second. The substrate in Panjang Island's west area is alive coral (26 m2), dead coral (83 m2), sand (80 m2), and coral's fraction (109 m2), while in Panjang island's south area is alive coral (31 m2), dead coral (93 m2), sand (54 m2), and coral's fraction (122 m2). The highest seaweed's density in west and south's area is Padina Crassa, that is 37,39% and 31,26%

    Keanekaragaman Dan Kelimpahan Makrozoobenthos Pada Substrat Dasar Berlogam Timbal (Pb) Di Pesisir Teluk Jakarta

    Full text link
    Teluk Jakarta sebagai pintu gerbang masuk ibukota telah mengalami pencemaran yang telah melewati ambang batas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kadar konsentrasi timbal (Pb) dalam substrat terhadap kelimpahan dan keanekaragaman makrozoobenthos di pesisir Teluk Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, sedangkan metode yang digunakan untuk pengambilan sampel metode purposive sampling. Adapun lokasi sampling sebagai berikut :Stasiun I (Muara Cengkareng), Stasiun II (Muara Marina), Stasiun III (Muara Merunda).Hasil perhitungan pada Stasiun I diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 100 ind/0,027m3, indeks keanekaragaman sebesar 1,88, indeks keseragaman sebesar 0,76 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 50,02 ppm. Hasil perhitungan pada Stasiun II diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 893 ind/0,027m3, indeks keanekaragaman sebesar 0,32, indeks keseragaman sebesar 0,15 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 7,145 ppm. Hasil perhitungan pada Stasiun III diperoleh nilai kelimpahan individu sebesar 18 ind/0,027m3, indeks keanekaragaman sebesar 1,2, indeks keseragaman sebesar 0,75 dengan nilai konsentrasi timbal dalam substrat sebesar 35,73 ppm

    Hubungan Kandungan Bahan Organik Sedimen Dan Kelimpahan Biota Meiofauna Pada Daerah Supralitoral Pantai Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung

    Full text link
    Pada ekosistem pantai kelimpahan biota meiofauna sangat penting peranannya dalam struktur rantai makanan. Biota meiofauna bersifat relatif menetap pada dasar perairan, oleh karena itu adanya Perubahan lingkungan akibat eksploitasi dan pencemaran yang berlebihan dapat mengurangi kelimpahan biota meiofauna sehingga secara tidak langsung dapat mengganggu ekosistem karena biota meiofauna sangat penting peranannya dalam rantai makanan.Kehidupan organisme perairan dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya baik fisik, kimia maupun biologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan biota meiofauna di pantai Tanjung Kelayang dan untuk mengetahui hubungan antara kandungan bahan organik pada sedimen dan kelimpahan biota meiofauna di pantai Tanjung Kelayang yang terdiri dari 3 stasiun yaitu stasiun A merupakan daerha yang terkenan percikan air, B daerah yang kadang-kadang tergenang air dan C daerah yang selalu tergenang air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 di Pantai Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif, metode deskriftif adalah suatu metode dalam meneliti status suatu obyek, suatu kondisi ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan 1 Phylum yaitu Nematoda yang terdiri dari 14 spesies, yaitu Rhabdodemania sp, Epacanthion sp, Anoplostoma sp , Halalaimus sp, Enoplolaimus sp, Oncholaimellus sp, Pareurystomina sp, Gairleanema sp, Oxystomina sp, Synonchus sp, Platicoma sp, Trissonchulus sp, Mesacanthion sp, dan Thalassironus sp. Dari hasil indeks keanekaragaman dan keseragaman dari ketiga stasiun menunjukan kondisi perairan baik karena tingkat keanekaragaman spesies tinggi, serta tidak ada spesies yang mendominasi di lokasi tersebut. Kelimpahan biota meiofauna pada ketiga stasiun yaitu, stasiun A 107000 ind./m3, B 12100 ind./m3, dan C 163000 ind./m3. Berdasarkan analisis korelasi yang dilakukan, bahwa kandungan bahan organik mempunyai hubungan yang nyata dan memiliki keeratan

    Kelimpahan Nudibranchia pada Karang Bercabang dan Karang Batu di Pantai Pancuran Belakang Pulau Karimunjawa Jepara

    Full text link
    Nudibranchia adalah salah satu Moluska tidak bercangkang yang seringkali berwarna terang dan mencolok. Nudibranchia memanfaatkan karang sebagai feeding ground dan spawning ground, tanpa mengganggu kehidupan karang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui kelimpahan dan perbedaan Nudibranchia yang terdapat pada daerah karang bercabang dan karang batu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di Pantai Pancuran Belakang, Pulau Karimunjawa. Metode yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan metode line transek sepanjang 50 meter sejajar garis pantai dan kuadran transek dengan ukuran 2 x 2 meter. Hasil penelitian didapatkan Penutupan substrat perairan dimasing-masing lokasi paling banyak tertutupi oleh karang hidup yaitu pada daerah karang bercabang 64,48% dengan jumlah Nudibranchia sebanyak 38 ind/300m2. Pada daerah karang batu sebesar 75,87% dengan jumlah Nudibranchia 50 ind/300m2. Terdapat 5 jenis Nudibranchia di lokasi penelitian yaitu Chromodoris lineolata, Phyllidia varicosa, Phyllidiella nigra, Thuridilla lineolata dan Thuridilla sp. Pada Uji Independent T-Test, rata-rata kelimpahan Nudibranchia pada karang bercabang dan batu adalah sama. Hal ini membuktikan bahwa kelimpahan Nudibranchia sangat dipengaruhi oleh adanya terumbu karang dan tidak berbeda antara karang bercabang (branching) dan karang batu (massive)
    corecore