13 research outputs found

    Struktur komunitas ikan karang di perairan Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan. Provinsi Maluku Utara

    Get PDF
    ABSTRAKKawasan pesisir Pulau Maitara memiliki potensi mangrove, lamun dan terumbu karang. Ekosistem terumbu karang menyediakan tempat hidup untuk berbagai jenis organisme laut. Ikan karang merupakan organisme laut yang mendiami karang untuk dijadikan sebagai tempat tinggal. Perairan pulau Maitara kaya akan keanekaragaman karang tetapi data dan informasi untuk ikan karang masih sangat sedikit. Tujuan penelitian untuk memperoleh data struktur komunitas ikan karang. Penelitian dilakukan pada April 2018. Metode pengambilan data ikan karang menggunakan metode underwater visual census (UVC).Pengambilan data kualitas air dilakukan pada setiap stasiun pengamatan. Analisis data ikan karang meliputi kelimpahan, keanekaragaman jenis, dominansi dan keseragaman jenis. Hasil penelitian menunjukan parameter lingkungan perairan mendukung kehidupan terumbu karang dan biota perairan. Identifikasi ikan karang ditemukan 8 famili, 19 genus dan 54 spesies dengan total individu 460 ekor. Ikan karang ditemukan tiga kelompok yakni ikan indikator, ikan target dan ikan mayor. spesies dari genus Chaetodon banyak ditemukan dibandingkan dengan yang lain. Kelimpahan ikan karang berdasarkan stasiun pengamatan diperoleh stasiun I yakni 0,51 ind/m2, stasiun II 0,39 ind/m2 III yaitu 0,41 ind/m2. Kelimpahan ikan indikator adalah 0,50 individu/m2, ikan target 0,77 ind/m2 dan ikan mayor 0,05 ind/m2. Indeks keanakeragaman ikan ditemukan secara keseluruhan masuk dalam kategori tinggi, nilai indek dominansi yang ditemukan memperlihatkan dominansi yang rendah dan indeks keseragaman jenis menunjukan bahwa komunitas dalam keadaan stabil.Kata kunci : Dominansi, ikan karang, kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, pulau Maitara dan underwater visual census

    Pengaruh Karakteristik Sedimen terhadap Distribusi dan Akumulasi Logam Berat Pb dan Zn di Perairan Sungai, Estuaria, dan Pantai

    Get PDF
    The purpose of the study was to analyze the effect of surface sediment characteristics including texture, organic carbon content, and redox potential of sediments on the distribution and accumulation of heavy metals Pb and Zn in three different water zones of each river, estuary and coast. Sediment texture was determined by pipette method, organic carbon content in sediments using Walkley and Black method, redox potential of sediments measured by Eh Meter, and concentrations of heavy metals Pb and Zn in sediments with Atomic Absorption Spectrophotometer with graphite furnace system. The results showed that the distribution and accumulation pattern of heavy metals Pb was similar to Zn where the highest concentration was in the coastal waters zone and the lowest was in the estuary waters zone. Sediment texture in the three zones of the dominant was sand. The percentage of organic carbon content in sediments ranges from 1.63-3.25% and the sediment redox potential was classified as reduction and transition zones. The parameters of texture, organic carbon content, and sediment redox potential have a significant influence on the distribution and accumulation of heavy metals Pb and Zn in sediments in all three water zones. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh karakteristik sedimen permukaan meliputi tekstur, kandungan karbon organik, dan potensial redoks sedimen terhadap distribusi dan akumulasi logam berat Pb dan Zn di tiga zona perairan berbeda masing-masing sungai, estuaria, dan pantai. Tekstur sedimen ditentukan dengan metode pipet, kandungan karbon organik dalam sedimen dengan metode Walkley and Black, potensial redoks sedimen diukur dengan Eh Meter, dan konsentrasi logam berat Pb dan Zn dalam sedimen dengan Spektrofotometer Serapan Atom dengan sistem graphite furnace. Hasil penelitian menunjukkan pola distribusi dan akumulasi logam berat Pb serupa dengan Zn dimana konsentrasi tertinggi di zona perairan pantai dan terendah zona perairan estuaria. Tekstur sedimen pada tiga zona perairan dominan berupa fraksi pasir (sand). Persentase kandungan karbon organik dalam sedimen berkisar antara 1,63-3,25 % dan nilai potensial redoks sedimen termasuk kategori zona reduksi dan transisi. Parameter tekstur, kandungan karbon organik, dan potensial redoks sedimen memberikan pengaruh nyata terhadap distribusi dan akumulasi logam berat Pb dan Zn dalam sedimen pada ketiga zona perairan.

    Kualitas perairan dan status pencemaran perairan pantai Kota Ternate

    Get PDF
    Tujuan penelitian adalah mengkaji kondisi beberapa parameter fisika kimia perairan dan menentukan status pencemaran pantai Kota Ternate. Pengambilan sampel dilakukan di tiga lokasi di perairan pantai Kota Ternate yaitu Kelurahan Kayu Merah, Kota Baru, dan Kampung Makassar. Pada tiap lokasi diambil 9 titik dengan sebaran masing-masing 3 titik sampling dekat pantai, 3 titik sampling bagian tengah kearah tegak lurus pantai, dan 3 titik dibagian dekat laut lepas. Parameter fisika kimia yang diukur secara in situ yaitu suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, dan kekeruhan dengan water quality checker. Konsentrasi nitrat tentukan dengan metode SNI 06.6989.9.2-2004, konsentrasi fosfat ditentukan dengan metode SNI 06.6909.31-2005, dan konsentrasi minyak dan lemak ditentukan dengan metode SNI 06.6989.10-2004. Penentuan status pencemaran perairan menggunakan metode indeks pencemaran. Hasil penelitian diperoleh, semua parameter fisika kimia dalam kondisi yang normal atau di bawah baku mutu kualitas perairan untuk kelangsungan hidup biota kecuali konsentrasi nitrat telah melampaui baku mutu. Hasil analisis indeks pencemaran pada tiap parameter fisika kimia menunjukkan status pencemaran perairan dari kategori baik, tercemar ringan, dan tercemar berat, sedang penilaian secara umum terhadap lokasi perairan pantai Kota Ternate diperoleh status tercemar ringan.Kata kunci: indeks pencemaran, parameter fisika kimia, Kota Ternat

    Pola Sebaran dan Kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera) di Teluk Weda Maluku Utara, Indonesia

    Get PDF
    The Halmahera walking shark is a nocturnal species that lives at the bottom of waters and is a species endemic to North Maluku. Weda Bay is one of the largest bays on the island of Halmahera and contains marine resources and high diversity. The aims research was analyze the distribution pattern and abundance of Halmahera walking shark at that location. The research was conducted in September - November 2020. The sampling in Weda Bay, is carried out in two methods, (1) catch of nets with a mesh size of 2,5 cm stretched from the mangrove ecosystem, seagrass to coral reefs with a length of ± 50 meters and a height of 1,5 meters, (2) hand sampling equipment namely the sample catch it by hand with transect area (50x50m2) or 0,25 ha using basic diving equipment (snorkeling) to a depth of 3 meters at high tide in the night. Distribution pattern data analysis used Morisita Index and abundance analysis used reef fish abundance equation. Results the research found 28 individuals, namely 17 females and 11 males. There are 2 distribution patterns of the Halmahera epaullette shark, namely Grouping and Random. The clustered distribution pattern is found at stations 1, 2 and 4, while the random distribution pattern is found at station 3. Overall the distribution pattern of the Halmahera walking shark in Weda Bay is grouped. The highest abundance of Halmahera walkingshark was at station 1, namely 17,33 ind/ha and the lowest abundance at stations 3 and 4 was 5,33 ind/ha. The highest abundance is at station 1, this is because the habitat is still very good from the mangrove, seagrass and coral reef ecosystems to find food and the growth of the Halmahera walking shark.Hiu Berjalan Halmahera merupakan spesies nokturnal yang hidup di dasar perairan dan merupakan spesies endemik Maluku Utara. Teluk Weda merupakan salah satu teluk terluas di pulau Halmahera dan menyimpan sumberdaya perairan serta keanekaragaman tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis pola sebaran dan kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera, yang dilaksanakan pada September - November 2020. Pengambilan sampel di Teluk Weda, dilakukan dengan dua cara yaitu (1) menggunakan jaring dengan ukuran mata jaring 2,5 cm yang dibentangkan dari ekosistem mangrove, lamun sampai terumbu karang sepanjang ± 50 meter dan tinggi 1,5 meter, dan (2) menggunakan metode hand sampling equipment yaitu sampel ditangkap menggunakan tangan dengan luasan transek jelajah (50x50m2) atau 0,25 ha menggunakan alat selam dasar (snorkeling) sampai kedalaman 3 meter pada saat pasang di waktu malam hari. Analisis data pola sebaran menggunakan Indeks Morisita dan kelimpahan menggunakan persamaan kelimpahan ikan karang. Hasil penelitian dapat ditemukan 28 individu, yaitu 17 individu betina dan 11 individu jantan. Terdapat 2 pola sebaran dari Hiu Berjalan Halmahera, yaitu mengelompok dan acak. Pola sebaran mengelompok ditemukan pada stasiun 1, 2 dan 4, sedangkan pola sebaran acak terdapat pada stasiun 3. Secara keseluruhan pola sebaran Hiu Berjalan Halmahera di Teluk Weda adalah mengelompok. Kelimpahan Hiu Berjalan Halmahera tertinggi berada di stasiun 1 yaitu 17,33 ind/ha dan kelimpahan terendah pada stasiun 3 dan 4 yaitu 5,33 ind/ha. Kelimpahan tertinggi berada pada stasiun 1, hal ini dikarenakan habibat yang masih sangat baik dari ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang untuk mencari makan dan pertumbuhan Hiu Berjalan Halmahera

    Komposisi jenis dan struktur komunitas ikan di ekosistem lamun Pantai Tandurusa, Bitung

    No full text
    ABSTRAK Padang lamun merupakan ekosistem perairan laut yang memiliki produktivitas primer tinggi. Secara ekologis padang lamun dimanfaatkan sebagai tempat mencari makan, berpijah, pembesaran maupun tempat berlindung bagi berbagai biota salah satunya ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis dan struktur komunitas ikan di ekosistem padang lamun perairan pantai Tandurusa pada bulan Januari hingga Maret 2020. Metode yang digunakan adalah observasi langsung dilapangan. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan sebanyak 761 individu mewakili 61 spesies dan berasal dari 26 famili yang didominasi oleh jenis Apogon multilineatus, Pterapogon kauderni dan Plotosus lineatus. Secara keseluruhan nilai struktur komunitas didapatkan hasil nilai indeks keanekaragaman (H) sebesar 2,58; indeks keseragaman (E) sebesar 0,73 dan indeks dominansi (C) sebesar 0,14. Nilai hasil pengukuran parameter kualitas perairan di pantai Tandurusa Bitung masih dalam kisaran optimal yang dibutuhkan bagi kehidupan biota laut. Kata kunci: Struktur komunitas, ikan, lamun,  pantai Tandurus
    corecore