2 research outputs found
Etika dalam Islam: Telaah Kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih
Arus pemikiran etika tidak hanya berhenti di Filsafat Barat. Pemikiran etika
turut mewarnai dan mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam.
Perbedaan corak pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memberikan dampak
yang cukup signifikan sehingga menimbulkan perdebatan mengenai kepiawaian
dan keberanian seorang pemikir Muslim dalam mengadopsi pemikiran etika Yunani
dengan tidak keluar dari koridor ajaran-ajaran Islam. Perbedaan yang sangat kentara
adalah porsi penggunaan rasio dalam konstruksi pemikirannya.
Salah satu perdebatan tersebut adalah perbedaan pendapat mengenai
kontribusi Ibn Miskawaih dalam diskursus etika. Beberapa pemikir Muslim
mengatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang tokoh etika dengan karya
utamanya Tahdzib al-Akhlaq, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ia
adalah seorang tokoh moral. Dengan demikian, penelitian ini akan memperlihatkan
bangunan pemikiran Ibn Miskawaih secara lebih dalam, sehingga dapat terlihat
pondasi-pondasi pemikirannya. Secara lebih luas, penelitian ini penting dilakukan
untuk memperjelas antara ranah diskursus moral dan etika yang berkembang dalam
Filsafat Islam, meskipun antara pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam
memiliki nilai-nilai universal yang sama.
Penelitian ini mengkaji kitab Tahdzib al-Akhlaq yang merupakan Master
piece Ibn Miskawaih. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan apakah
Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab etika atau moral. Hal tersebut dilakukan
dengan menelaah dua karya terjemahan Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Refinement
of Character yang ditulis oleh Constantine K. Zurayk dan Menuju Kesempurnaan
Akhlak yang ditulis oleh Helmi Hidayat. Penelitian ini difokuskan untuk menelusuri
argumen-argumen yang disusun oleh Ibn Miskawaih dan melacak pikiran tokohtokoh yang mempengaruhinya.
Dari penilitian ini didapat kesimpulan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan
merupakan karya etika, melainkan karya moral. Hal ini mengafirmasi kritik yang
dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para filsuf Muslim telah gagal
menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logi
ETIKA DALAM ISLAM: Telaah Kritis terhadap Pemikiran Ibn Miskawaih
Arus pemikiran etika tidak hanya berhenti di Filsafat Barat. Pemikiran etika
turut mewarnai dan mempengaruhi wacana pemikiran dalam Filsafat Islam.
Perbedaan corak pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam memberikan dampak
yang cukup signifikan sehingga menimbulkan perdebatan mengenai kepiawaian
dan keberanian seorang pemikir Muslim dalam mengadopsi pemikiran etika Yunani
dengan tidak keluar dari koridor ajaran-ajaran Islam. Perbedaan yang sangat kentara
adalah porsi penggunaan rasio dalam konstruksi pemikirannya.
Salah satu perdebatan tersebut adalah perbedaan pendapat mengenai
kontribusi Ibn Miskawaih dalam diskursus etika. Beberapa pemikir Muslim
mengatakan bahwa Ibn Miskawaih merupakan seorang tokoh etika dengan karya
utamanya Tahdzib al-Akhlaq, sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ia
adalah seorang tokoh moral. Dengan demikian, penelitian ini akan memperlihatkan
bangunan pemikiran Ibn Miskawaih secara lebih dalam, sehingga dapat terlihat
pondasi-pondasi pemikirannya. Secara lebih luas, penelitian ini penting dilakukan
untuk memperjelas antara ranah diskursus moral dan etika yang berkembang dalam
Filsafat Islam, meskipun antara pemikiran Filsafat Barat dan Filsafat Islam
memiliki nilai-nilai universal yang sama.
Penelitian ini mengkaji kitab Tahdzib al-Akhlaq yang merupakan Master
piece Ibn Miskawaih. Penelitian ini berupaya menjawab pertanyaan apakah
Tahdzib al-Akhlaq merupakan kitab etika atau moral. Hal tersebut dilakukan
dengan menelaah dua karya terjemahan Tahdzib al-Akhlaq, yaitu The Refinement
of Character yang ditulis oleh Constantine K. Zurayk dan Menuju Kesempurnaan
Akhlak yang ditulis oleh Helmi Hidayat. Penelitian ini difokuskan untuk menelusuri
argumen-argumen yang disusun oleh Ibn Miskawaih dan melacak pikiran tokohtokoh
yang mempengaruhinya.
Dari penilitian ini didapat kesimpulan bahwa Tahdzib al-Akhlaq bukan
merupakan karya etika, melainkan karya moral. Hal ini mengafirmasi kritik yang
dilontarkan oleh Fazlur Rahman bahwa para filsuf Muslim telah gagal
menghasilkan sistem etika yang bertalian secara logis