2 research outputs found

    INOVASI PENGEMBANGAN MODUL DIGITAL UNTUK PENDIDIKAN TINGGI MELALUI KOMBINASI METODE 4D, MODEL TOMLINSON DAN CHUNKING

    Get PDF
    Urgensi yang tinggi dalam pemanfaatan teknologi untuk pelaksanaan pembelajaran menuntut peran aktif dari pendidik untuk terus melakukan pengembangan modul. Untuk memberikan tahapan proses pengembangan modul yang fleksibel, studi ini memberikan contoh secara spesifik terkait manfaat kombinasi metode 4D (Define, Design, Develop, dan Disseminate) sebagai landasan awal yang digabungkan dengan model Tomlinson dan metode chunking untuk materi yang diangkat pada modul. Proses define menjadi kunci terpenting sebagai modal awal dalam menentukan materi dan keterkaitannya dengan materi yang lain. Proses desain digunakan menggunakan urutan yang spesifik, melibatkan berbagai fungsi diagram alir dan penentuan materi berdasarkan karateristik dari materi yang telah didefinisikan. Penggunaan Garis Besar Program Media memberikan kemudahan dalam proses desain storyboard sebagai acuan untuk proses pengembangan. Setelah modul berhasil dikembangkan, maka proses penyebarluasan menggunakan alamat hosting tersendiri dipilih karena dapat dengan mudah diintegrasikan dengan platform pembelajaran digital lainnya. Studi ini diharapkan membantu untuk memberikan tahapan yang lebih konkrit dan fleksibel bagi para pengembang modul ajar, khususnya berbasis digital

    ANALISIS PERHITUNGAN PERANCANGAN MESIN PENGERING BIJI KAKAO

    Get PDF
    Biji kakao merupakan salah satu bahan dasar untuk membuat coklat. Sebelum diolah, biji kakao harus mengalami proses fermentasi dan pengeringan terlebih dahulu. Kendala yang dihadapi oleh petani biji kakao di Indonesia adalah harga mesin pengering biji kakao yang mahal dan perawatan yang tidak mudah. Untuk itu, perlu adanya alat pengering biji kakao yang disesuaikan dengan kebutuhan petani di Indonesia. Metode yang digunakan dalam desain alat pengering biji kakao adalah Quality Function Deployment (QFD). Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan interview kepada petani dan pemilik perkebunan biji kakao, kemudian mengumpulkan data sebagai dasar membuat beberapa varian desain alat pengering biji kakao. Mesin pengering biji kakao paling sesuai ditentukan dengan membuat rating pada setiap variasi mesin. Setelah didapatkan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dari hasil perhitungan didapatkan mesin pengering biji kakao dengan panjang x lebar x tinggi sebesar 1100 mm x 750 mm x 1350 mm. Poros bahan S45 C-D, pasak S 55 C, V-belt tipe A dan diameter puli 95 mm.Biji kakao merupakan salah satu bahan dasar untuk membuat coklat. Sebelum diolah, biji kakao harus mengalami proses fermentasi dan pengeringan terlebih dahulu. Kendala yang dihadapi oleh petani biji kakao di Indonesia adalah harga mesin pengering biji kakao yang mahal dan perawatan yang tidak mudah. Untuk itu, perlu adanya alat pengering biji kakao yang disesuaikan dengan kebutuhan petani di Indonesia. Metode yang digunakan dalam desain alat pengering biji kakao adalah Quality Function Deployment (QFD). Tahap pertama yang dilakukan adalah melakukan interview kepada petani dan pemilik perkebunan biji kakao, kemudian mengumpulkan data sebagai dasar membuat beberapa varian desain alat pengering biji kakao. Mesin pengering biji kakao paling sesuai ditentukan dengan membuat rating pada setiap variasi mesin. Setelah didapatkan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan hasil yang akurat. Dari hasil perhitungan didapatkan mesin pengering biji kakao dengan panjang x lebar x tinggi sebesar 1100 mm x 750 mm x 1350 mm. Poros bahan S45 C-D, pasak S 55 C, V-belt tipe A dan diameter puli 95 mm
    corecore