2 research outputs found
Kemampuan Literasi Numerasi Ditinjau dari Jenis Kelamin Tipe Adversity Quotient
Kemampuan literasi numerasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan berbagai angka dan simbol yang berkaitan dengan matematika dasar bertujuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat menganalisis informasi yang mereka terima dalam bentuk grafik dan tabel untuk membuat dan menentukan keputusan dari analisis tersebut. Adversity quotient merupakan kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua aspek kesuksesan, mengidentifikasi kesulitan, dan untuk meningkatkan respon ketika muncul kesulitan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan literasi numerasi siswa laki-laki dan perempuan kelas V berdasarkan tipe adversity quotient climber. Adapun indikator yang akan dicapai antara lain: kemampuan menggunakan simbol dalam materi grafik, tabel dan diagram, kemampuan menganalisis informasi dari grafik, tabel, dan diagram, dan kemampuan menyimpulkan hasil penyelesaian masalah. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan analisis data yang dilakukan meliputi uji validitas dan hasil wawancara dengan menggunakan formulai Aiken’s dan model Miles dan Model Huberman. Subyek penelitian adalah 9 Siswa kelas V tipe climber yang terbagi atas 3 subjek laki-laki tipe climber dan 6 subjek perempuan tipe climber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Siswa laki-laki dengan tipe climber mempunyai kemampuan literasi numerasi yang baik, terlihat tercapainya ketiga indikator penilaian serta mereka sudah mampu memberikan penjelasan alasan dengan mengembangkan kalimatnya sendiri 2) Siswa perempuan dengan tipe climber mempunyai kemampuan literasi baca-tulis yang baik, Hal ini dikarenakan tipe climber ini merupakan tipe dimana subjek tidak pernah menyerah dan merasa puas begitu saja ketika dihadapkan dengan permasalahan yang harus diselesaikannya
VARIAN DAKWAH MULTIKULTURAL: CARA BERAGAMA MASYARAKAT PEDESAAN DI ERA MODERN
Di era modern, dakwah semakin dituntut untuk dilaksanakan sesuai perubahan sosial
masyarakat yang ada. Sebab mad’u era sekarang tidak hanya mengkonsumsi dakwah yang
disajikan langsung oleh dai, tetapi juga melalui media sosial dan pengaruh modernisme.
Menariknya, di Desa Kesamben, terdapat mad’u yang masih memertahankan dakwah yang
disajikan secara kultural. Hal ini menandakan terdapat varian dakwah yang terjadi dikehidupan
masyarakat pedesaan. Salah satunya adalah dakwah multikultural. Dakwah multikultural
adalah upaya untuk mengajak mad’u dijalan yang benar ditengah keberagaman budaya melalui
toleransi, ukhuwah dan sebagainya. Maka terdapat dua rumusan masalah utama yaitu:
bagaimana kriteria dakwah yang dibutuhkan masyarakat di Desa Kesamben? Bagaimana cara
beragama masyarakat desa kesamben? Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan sosiologis. Sumber primer yang
digunakan yaitu beberapa masyarakat Muslim Desa Kesamben, sedangkan sumber
sekundernya berupa; buku, jurnal dan artikel yang berhubungan dengan objek penelitian.
Teknik pengumpulan data yaitu; observasi, intervieuw dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat pedesaan membutuhkan dakwah yang disampaikan dai secara
santun, humanis dan mempunyai humor. Selain itu, masyarakat desa cenderung masih
mengikuti budaya yang tidak melanggar syari’at islam. Meskipun era modern memiliki
pengaruh besar dalam kehidupan masyarakat, mad’u di Desa Kesamben tetap melestarikan
kultur beragama dengan tidak menafikan perkembangan teknologi.
Kata Kunci: Dakwah, Multikultural, Mad’u Pedesaan