3 research outputs found

    Gambaran Kematian Maternal di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Tahun 2019

    No full text
    Tujuan: Penelitian ini adalah untuk untuk memberikan gambaran mengenai kematian maternal yang terjadi di Rumah Sakit Hasan Sadikin tahun 2019Metode: Subjek penelitian ini adalah seluruh kematian maternal selama bulan 2019 di Rumah Sakit Hasan Sadikin. Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian deskriptif dan dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data dimana pengumpulan data tersebut dilakukan pada saat yang bersamaanHasil: Karakteristik kematian maternal terbanyak adalah usia reproduksi (88,8%), paritas terbanyak adalah multipara (58,3%), berpendidikan cukup tinggi (94,5%), seluruh pasien kematian maternal memiliki kontak antenatal dengan tenaga kesehatan (100%) namun sebagian besar hanya melakukan kontak antenatal <8 kali (74,4%), dan penyebab terbanyak dari kematian adalah hipertensi dalam kehamilan (63,9%)Kesimpulan: Kematian maternal berkaitan dengan kontak antenatal yang kurang adekuat. Kontak antenatal yang tidak adekuat menyebabkan penanganan pasien dengan risiko tinggi menjadi kurang baik, terutama pasien dengan faktor risiko preeklampsiaDescription of Maternal Death in  Dr. Hasan Sadikin General Hospital in 2019AbstractObjective: The purpose of this study was to provide an overview of maternal deaths that occurred at Hasan Sadikin Hospital in 2019Method: The subjects of this study were all maternal deaths during 2019 at Hasan Sadikin Hospital. This research was conducted with descriptive survey, cross sectional research design that is a way of approaching, observing or collecting data where the data collection was carried out at the same timeResult: The characteristics of the most maternal deaths are reproductive age (88.8%), most parity is multiparaous (58.3%), highly educated (94.5%), all maternal death patients have antenatal care with health workers (100%) but most only had antenatal care <8 times (74.4%), and the most common cause of death was hypertension in pregnancy (63.9%)Conclusion: Maternal deaths are associated with inadequate antenatal care. Inadequate antenatal care causes poor management of patients with high risk, especially patients with risk factors for preeclampsiaKey words: Maternal death, antenatal car

    Hubungan Kualitas Hidup dan Kebutuhan Perawatan Paliatif Pasien Kanker Ginekologi di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin

    No full text
    Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan kualitas hidup dan kebutuhan perawatan paliatif pada pasien kanker ginekologi.       Metode: Subjek penelitian ini adalah seluruh pasien kanker ginekologi yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan November-Desember 2018. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan cross sectional. Data yang diperoleh dianalisis secara bivariat dengan menggunakan chi square dengan α = 0,05, untuk mengetahui hubungan antara kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan paliatif.Hasil: Karakteristik subjek terbanyak berusia > 50 tahun (65,67%), pendidikan dasar (70,15%), ibu rumah tangga (89,55%), pendapatan di atas upah minimum regional (61,19 %), tujuan rawat inap kemoterapi (47,76%) dan tipe kanker karsinoma serviks (43,28%). Subjek penelitian dengan skor paliatif ≥ 4 sebanyak 25 orang (37,31%). Keluhan yang terbanyak adalah berat badan turun dan tidak nafsu makan (86,57 %). Kualitas hidup pasien kategori baik sebanyak 29 orang, sedang 36 orang, dan kurang 2 orang. Kualitas hidup pasien kanker ginekologi berhubungan dengan kebutuhan perawatan paliatif dengan nilai signifikansi p 0,004.Simpulan: Kualitas hidup berhubungan dengan skor paliatif. Semakin rendah skor paliatif maka kualitas hidup semakin baik.Relations of  Quality of Life and Characteristics of Gynecological Cancer Patients In Hasan Sadikin HospitalAbstractObjective: The purpose of this study was to determine the characteristics of gynecological cancer patients, determine the quality of life of all gynecological cancer patients and to asses the correlation of quality of life and palliative care needs in gynecological cancer patients.Method: The subjects of this study were all gynecological cancer patients who were treated at Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung in November-December 2018. This study was an analytic study with a cross sectional design. Data obtained from the study were analyzed bivariately using chi square with α = 0.05, to determine the relationship between quality of life and palliative care needs.Results: The most characteristics of the subjects were with age> 50 years (65.67%), primary education (70.15%), housewives (89.55%) with income above the regional minimum wage (61.19%), the main goal of hospitalization is chemotherapy (47.76%) and the most types of cancer are cervical carcinoma (43.28%). The research subjects who had a palliative score of ≥ 4 were 25 people (37.31%). The most complaints were weight loss and no appetite (86.57%). The quality of life of patients with good category was 29 people, medium category was 36 people and poor category was 2 people. The quality of life of gynecological cancer patients has correlation with palliative care needs with a significance value of p 0.004.Conclusion: Quality of life has correlation with palliative scores, the lower the palliative score, the better the quality of life.Key words: Gynecological cancer; quality of life; palliative scor

    Efek Konsumsi Suplemen Kalsium dan Magnesium terhadap Dismenore Primer dan Sindrom Premenstruasi pada Perempuan Usia 19–23 Tahun

    No full text
    Abstrak Dismenore merupakan gangguan menstruasi dengan prevalensi terbesar diikuti gejala sindrom premenstruasi yang mencakup gejala fisik dan psikologis. Asupan mikronutrien kalsium dan magnesium dapat membantu mengatasi keluhan ini. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsumsi suplemen kalsium dan magnesium terhadap dismenore dan gejala sindrom premenstrual pada perempuan berusia 19–23 tahun. Penelitian ini merupakan eksperimental kuasi dengan rancangan pretes dan postes. Penelitian dilakukan di Universitas Kristen Maranatha Bandung pada bulan Juli–Desember 2016. Subjek penelitian adalah 60 orang perempuan berusia 19–23 tahun, dibagi menjadi dua kelompok secara acak untuk pemberian bahan uji kalsium (1.000 mg/hari) atau magnesium (250 mg/hari) yang diberikan mulai hari kedua menstruasi sampai siklus menstruasi yang berikutnya. Kadar kalsium atau magnesium serum diukur dengan metode spektrofotometri. Dismenore diukur dengan skala nyeri visual analog scale (VAS), sedangkan skor sindrom premenstrual diukur dengan shortened premenstrual assessment form sebelum dan sesudah pemberian bahan uji. Konsumsi kalsium menurunkan skor skala VAS rata-rata pada dismenore dari 6,97 menjadi 3,80 (p=0,000**) dan skor total gejala sindrom premenstrual rata-rata dari 15,07 menjadi 10,80 (p=0,000**). Konsumsi magnesium mengurangi skor skala VAS rata-rata pada dismenore dari 7 menjadi 4 (p=0,000**) dan skor total gejala sindrom premenstrual rata-rata dari 12,27 menjadi 9,87 (p=0,001**). Simpulan penelitian ini adalah konsumsi suplemen kalsium atau magnesium mengurangi keluhan dismenore dan gejala sindrom premenstrual pada perempuan usia 19–23 tahun. Abstract Dysmenorrhea is a menstrual disorder with the greatest prevalence followed by premenstrual syndrome that includes physical and psychological symptoms. Micronutrients intake of calcium and magnesium can help overcome these complaints. This research was conducted to find out the effect of calcium and magnesium supplements consumption on dysmenorrhea and premenstrual syndrome symptoms in 19–23 years old women. This was quasi experimental research with pre- and post-test design. The research was conducted in Maranatha Christian University Bandung from July to December 2016. The subjects of research were 60 women aged 19–23 years old, divided into two groups randomly. One group given calcium (1,000 mg/day) or magnesium (250 mg/day), which was given at the second day of menstruation until the next menstrual cycle. Serum levels of calcium or magnesium were measured with spectrophotometry method. Dysmenorrhea was measured with visual analog scale (VAS), whereas score of premenstrual syndrome was measured with shortened premenstrual assessment form, before and after treatment. The consumption of calcium lowers the VAS score average on dysmenorrhea from 6.97 to 3.80 (p=0.000**) and the mean score of premenstrual syndrome from 15.07 to 10.80 (p=0.000**). Consumption of magnesium reduces the VAS score average on dysmenorrhea from 7 to 4 (p=0.000**) and the mean score of premenstrual syndrome from 12.27 to 9.87 (p=0.001**). In conclusion, consumption of calcium or magnesium supplements reduce dysmenorrhea and premenstrual syndrome in women aged 19–23 years old
    corecore