3 research outputs found

    Pengaruh Variasi Konsentrasi Hidrolisis Asam Sulfat terhadap Sifat Me-kanik Plastik Selulosa Teregenerasi dari Kapas Limbah Tekstil dengan Pelarut NaOH/Urea

    Get PDF
    Selulosa merupakan polimer alami dengan ketersediaan yang paling melimpah yang berpotensi untuk direkayasa menjadi suatu plastik biodegradable. Selulosa teregenerasi merupakan suatu material yang dibentuk dengan cara melarutkan selulosa dalam suatu palarut tertentu dan dicetak. Dalam penelitian ini, kapas limbah dari industri tekstil digunakan sebagai sumber selulosa. Kapas pada dasarnya memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi, yakni sekitar 86-98%. Selulosa diekstrak dari kapas limbah dengan hidrolisis asam sulfat dengan konsentrasi divariasikan pada 0,5; 1; 1,5; dan 0,5 M dengan temperatur 100°C selama 2 jam. Selulosa teregenerasi dibuat dengan melarutkan selulosa pada larutan NaOH 7%/Urea 12% dan dibentuk dengan metode solution casting. Berat molekul selulosa diukur dengan metode berat molekul rerata viskositas dengan viskometer Ubbelohde. Karakterisasi yang dilakukan menunjukkan peningkatan konsentrasi asam sulfat yang digunakan menyebabkan penurunan berat molekul selulosa yang terekstraksi. Berat molekul selulosa yang digunakan akan turut berpengaruh terhadap sifat mekanik dari plastik yang dihasilkan. Sifat optimum selulosa teregenerasi yang dihasilkan diperoleh dari selulosa dengan berat molekul 2.73 x 104 g/mol dari hasil hidrolisis 0,5 M, yang dimana memiliki kekuatan tarik, persen elongasi dan modulus masing-masing sebesar 49,24 MPa; 0.92 %; dan 11.39 GPa dengan densitas sebesar 1.53 g/cm3

    Serat Kapuk sebagai Bahan Baku Pembuatan Mikrokristalin Selulosa

    Full text link
    KAPOK FIBERAS RAWMATERIALFORMAKINGMICROCRYSTALLINE CELLULOSE. Indonesia is one of largest producer of kapok (Ceiba Pentandra) fibre in the world. In 2008, Indonesia has 157.283 hectares of kapok plantation that produced 61.273 kg of kapok fibre annually. However, currently kapok fibre in Indonesia is largely has very limited use for fillers in pillows, bolster, or beds. Kapok fibre basically had relatively high content of cellulose, which is around 64%. High cellulosic content of kapok fibre indicated its potential as source for microcrystalline cellulose, which is micro sized crystalline part extracted from cellulose. Microcrystalline cellulose extracted with 2 stages, which is alkalization and hydrolysis. Alkalization process applied by immersing kapok fibre in solution of 17.5% NaOH for 8 hour at 100 °C to extract alpha cellulose of the kapok fiber. Hydrolysis was applied by immersing the alkali treated-kapok fibre in sulfuric acid solution with concentration varied in 0,1 M; 0,3 M; and 0,5 M and hydrolysis time by 4, 6, and 8 hours at 100 °C. Microcrystalline cellulose obtained was characterized with X-Ray Diffraction (XRD) and Fourier Transform Infrared (FT-IR). In this research MCC was successfully extracted from kapok fibre. Characterization result shown that the crystallinity of microcrystalline cellulose obtained is increased with the increase of acid hydrolysis time but will higher in the lower acid hydrolysis concentration. The highest crystallinity of microcrystalline cellulose was obtained from extraction with 0,1 M of sulfuric acid for 8 hour

    SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MIKROKRISTALIN SELULOSA

    Get PDF
    SERAT KAPUK SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MIKROKRISTALIN SELULOSA. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil serat kapuk (Ceiba Pentandra) terbesar di dunia. Pada tahun 2013, luas perkebunan tanaman kapuk di Indonesia mencapai 157.283 ha dengan produksi 61.273 ton serat kapuk per tahun. Namun, saat ini pemanfaatan serat kapuk di Indonesia sebagian besar masih terbatas sebagai bahan pengisi untuk bantal, guling, atau kasur. Serat kapuk pada dasarnya memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi, yaitu dengan kandungan yang dapat mencapai 64%. Tingginya kandungan selulosa tersebut menunjukkan potensi dari serat kapuk sebagai sumber mikrokristalin selulosa, yaitu bagian kristalin dalam orde mikro yang diekstraksi dari selulosa. Pembuatan mikrokristalin selulosa dilakukan melalui dua tahap, yaitu alkalisasi dan hidrolisis. Proses alkalisasi dilakukan dengan merendam serat kapuk di dalam larutan NaOH 17,5% selama 8 jam pada suhu 100 oC untuk memperoleh selulosa alfa dari serat kapuk. Proses hidrolisis dilakukan dengan merendam serat kapuk hasil alkalisasi ke dalam larutan H2SO4 dengan variasi konsentrasi 0,1 M, 0,3 M, dan 0,5 M masing-masing selama 4 jam, 6 jam, dan 8 jam pada suhu 100 oC. Mikrokristalin selulosa yang diperoleh dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Fourier Transform Infrared (FT-IR). Pada penelitian ini telah berhasil dilakukan ekstraksi mikrokristalin selulosa dari serat kapuk. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa kristalinitas dari mikrokristalin selulosa serat kapuk semakin meningkat seiring dengan peningkatan waktu hidrolisis namun akan lebih tinggi pada konsentrasi hidrolisis asam yang lebih rendah. Kristalinitas mikrokristalin selulosa tertinggi didapatkan dari hidrolisis pada konsentrasi 0,1 M selama 8 jam
    corecore