35 research outputs found

    Analisis Penanganan (Handling) Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine Yang Didaratkan Di Pelabuhan Perikanan Pantai (Ppp) Bajomulyo Kabupaten Pati

    Full text link
    Pelabuhan Perikanan Pantai Bajomulyo adalah salah satu Pelabuhan Perikanan yangterletak di Provinsi Jawa Tengah. Purse seine merupakan alat tangkap dominan di TPI unit II PPPBajomulyo. Jumlah ikan layang (Decapterus spp) mencapai 86% dari seluruh hasil tangkapanpurse seine. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi dan jenis hasil tangkapan kapalpurse seine, menganalisis penanganan dan kualitas hasil tangkapan kapal purse seine, danmenganalisis perbandingan jenis pengawetan freezer dan es yang digunakan kapal purse seine.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bersifat studi kasus dengananalisa laboratorium. Hasil penelitian menujukkan bahwa nilai organoleptik sampel ikan layangpada kapal purse seine freezer sebesar 7.45 7.63 dan 7.51 7.76 dan kapal purse seinees sebesar 6.87 7.04 dan 6.88 7.07 . Pengujian formalin secara kualitatif terhadapkeempat sampel ikan layang menunjukkan hasil negatif yang berarti ikan tersebut tidakmengandung formalin. Nilai Angka Lempeng Total (ALT) sampel ikan dari kapal purse seinefreezer 55 dan 113 GT yaitu sebesar 9,3 x 103 dan 7,6 x 103 col/gram, lebih sedikit dibandingdengan es 49 dan 95 GT, yaitu 1,6 x 104 dan 1,1 x 104 col/gram, keempat sampel ikan layangtersebut masih dalam batas ambang SNI ALT yaitu dibawah 5 x 105 col/gram. Dari analisalaboratorium tersebut menunjukkan bahwa penanganan dengan jenis pengawetan freezer dankualitas ikan layang lebih baik jika dibandingkan dengan jenis pengawetan es

    Pengaruh Perbedaan Suhu Dan Lama Penyimpanan Rumput Laut Sargassum Polycystum Terhadap Stabilitas Ekstrak Kasar Pigmen Klorofil

    Full text link
    Sargassum polycystum adalah rumput laut yang memiliki pigmen fotosintetik klorofil a, klorofil b, karoten, fukosantin dan santofil. Pigmen-pigmen tersebut memiliki kelemahan yaitu labil terhadap suhu dan sinar matahari. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan suhu penyimpanan dingin (5°C), suhu ruang (25°C - 28°C) dan dikeringkan (29°C - 32°C) serta lama penyimpanan (0, 2, 4 dan 6 hari) S. polycystum terhadap stabilitas pigmen klorofil dan mengetahui kondisi optimum yang dapat menjaga stabilitas pigmen klorofil. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratories dengan menggunakan pola percobaan split plot in time dengan rancangan dasarnya Rancanfan Acak Kelompok. Variabel yang diamati adalah kandungan klorofil a dan b, nilai pH dan nilai kecerahan warna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kandungan klorofil a dan b serta nilai pH yang semakin menurun. Penurunan terbesar terjadi pada perlakuan pengeringan dengan penurunan klorofil a dan b masing - masing 77,79% dan 75,50%, nilai pH menjadi 5,77 serta nilai kecerahan warna semakin naik menjadi 36,85. Kondisi penyimpanan optimum terjadi pada perlakuan suhu dingin dengan penambahan dry ice yang mempunyai nilai penurunan klorofil a dan b masing - masing sebesar 33,47% dan 41,93%, nilai pH menjadi 6,53 serta nilai kecerahan warna mengalami kenaikan menjadi 20,19

    Aplikasi Alginat Sebagai Emulsifier Dalam Pembuatan Satsuma Age Ikan Kurisi (Nemipterus SP) Pada Penyimpanan Suhu Dingin

    Full text link
    Satsuma age merupakan salah satu bentuk produk olahan ikan berbasis surimi, berbentuk gel, bersifat Kenyal, dan elastis. Satsuma age merupakan salah satu bentuk pengolahan yang perlu mempertahankan stabilitas emulsi. Satsuma age yang dibuat pada penelitian ini berbahan baku daging ikan kurisi (Nemipterus Sp). Bentuk penyimpanan yang dilakukan pada satsuma age untuk memperpanjang umur simpan adalah dengan menyimpanya dalam suhu dingin. Penelitian dilakukan dua tahap, penelitian pendahuluan untuk mengetahui stabilitas emulsi satsuma age substitusi alginat dengan tepung sagu yang berbeda, satsuma age terpilih kemudian digunakan dalam penelitian utama dengan perlakuan yaitu peyimpanan suhu dingin selama 21 hari. Hasil penelitian pendahuluan didapat konsentrasi terbaik subtitusi alginat 2,5% dan 7,5% tepung sagu. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa tingkat kestabilan emulsi satsuma age ikan kurisi substitusi 2,5% alginat dan 7,5% tepung sagu (A1) dan substitusi 0% alginat dan 10% tepung sagu (A0), selama 21 hari (T21) memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap menurunnya nilai stabilitas emulsi satsuma age ikan kurisi selama penyimpanan suhu dingin. Berdasarkan hasil sensorik selama 21 hari, satsuma age dengan substitusi alginat dapat diterima sampai hari ke-14, dan satsuma age tanpa substitusi alginat dapat diterima sampai hari ke-7

    Aplikasi Alginat Sebagai Emulsifier Dalam Pembuatan Kamaboko Ikan Kuwe (Carangoides Malabaricus) Pada Penyimpanan Suhu Dingin

    Full text link
    Alginat digunakan sebagai pengemulsi suatu bahan terutama pada bahan pangan.Kamaboko merupakan produk diversifikasi hasil perikanan yang terbuat dari lumatan daging ikan.Tujuan dari penelitian ini adalah peranan alginat sebagai subtitusi tepung tapioka untuk meningkatkan kestabilan emulsi kamaboko ikan kuwe dan juga untuk melihat pengaruh kestabilan emulsi dalam penyimpanan suhu dingin. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental laboratories. Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu pertama penambahan konsentrasi alginat yang berbeda (0% dan 2,5%) dan kedua penyimpanan suhu dingin (hari ke-0, 7, 14, 21). Hasil penelitian pendahuluan didapatkan konsentrasi terbaik subtitusi alginat 2,5% dan tepung tapioka 7,5%. Hasil penelitian utama menunjukkan bahwa jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap nilai stabilitas emulsi, nilai gel strength dan kadar air. Sedangkan pada nilai Aw hanya memberikan pengaruh yang nyata pada faktor penyimpanan. Nilai emulsi kamaboko ikan dengan subtitusi alginat penyimpanan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 berturut-turut yaitu 80,44%, 80,22%, 80,031% dan 79,64%, sedangkan tanpa subtitusi alginat (Kontrol) penyimpanan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21 berturut-turut yaitu 79,96%, 79,66%, 79,29% dan 78,74%. Pengaruh jenis kamaboko yang berbeda dan lama penyimpanan menunjukan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap nilai hedonik. Kamaboko ikan subtitusi alginat dan kamaboko ikan tanpa subtitusi alginat (Kontrol) pada parameter kenampakan, aroma,dan rasa diterima panelis selama penyimpanan hari ke-0, ke-7 dan ke-14. Sedangkan pada tekstur hanya penyimpanan hari ke-0 dan ke-7 yang diterima panelis. Alginate used as an emulsifier for food materials. Kamaboko is diversified fishery products made from minced fish. The objective of this researchwas the role of alginate as a substitute for tapioca flour to improve emulsion stability of malabar trevally fish kamaboko and even if to see the effect of emulsion stability during chilledstorage temperature. The research method used was experimental laboratories. The experimental design was factorial design which was consisted of 2 factors, firstly the addition of alginate concentration (0% and 2,5%) and secondly the kamaboko storage at chilled temperature (0, 7th, 14th, and 21st days of storage). The preliminary study showed that the best alginate concentration was 2,5%. The main research results showed that the different kamaboko and storage time showed significantly different (p<0,05) to the emulsion stability, gel strenght value, and moisture content. However, water activity showed significantly different (p<0,05) to storage time. The fish kamaboko emulsion at 0, 7th, 14th, and 21st days of storage were 80,44%, 80,22%, 80,03%, and 79,64% respectively. Whereas untreated kamaboko at 0, 7th, 14th, and 21st days of storage were 79,96%, 79,66%, 79,29%, and 78,74% respectively. The different kamaboko and time of storage showed significantly different (p<0,05) to hedonic value. The treated kamaboko and untreated kamaboko were accepted by panelist on the appearance, flavour, and taste during 0, 7th, 14th days of storage. However only texture was accepted by panelist at 0 and 7th days of storage

    Pengaruh Lama Pengukusan Adonan Terhadap Kualitas Fisik Dan Kimia Kerupuk Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

    Full text link
    Kerupuk ikan diolah dengan metode pengolahan suhu tinggi salah satunya tahap pengukusan adonan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi terbaik daging ikan lele pada pembuatan kerupuk ikan dan mengetahui pengaruh lama pengukusan adonan terhadap kualitas kerupuk ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Lele Dumbo. Metode penelitian yang digunakan bersifat experimental laboratories dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diterapkan adalah lama peangukusan adonan yang berbeda antara lain 45, 60, dan 90 menit. Parameter yang diamati adalah karakteristik kerupuk ikan baik fisik maupun kimia melalui pengujian organoleptik, uji kemekaran, kadar air, kadar abu, kadar protein dan asam amino lisin. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA) dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan lama pengukusan adonan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kualitas fisik dan kimia. Kerupuk dengan lama pengukusan adonan selama 45 menit memiliki kualitas terbaik dengan kriteria: uji organoleptik 8.45 , daya kemekaran 39%, kadar air 7,98%, kadar abu 1,66%, kadar protein 11,88%, asam amino lisin 50,03 mg/g

    Perbedaan Konsentrasigaramterhadap Pembentukan Warna Terasi Udang Rebon (Acetes SP.) Basah

    Full text link
    Terasi merupakan salah satu produk fermentasi berbahan baku udang rebon, ikan atau keduanya. Pengolahannya dilakukan dengan cara menambahkan garam dan difermentasi pada suhu tertentu selama beberapa waktu. Terasi udang umumnya berwarna merah. Warna tersebut merupakan salah satu daya tarik konsumen. Pembentukan warna merah terasi dipengaruhi oleh pigmen astaxanthin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh garam (2%; 8,5%; 15%) terhadap pembentukan warna terasi. Rancangan penelitian ini menggunakan pola percobaan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga kali ulangan. Parameter uji yang dilakukan adalah uji kadar garam, Aw, astaxanthin, warna, dan organoleptik.Hasil penelitian diketahui bahwa proses pengolahan terasi udang dengan konsentrasi garam berbeda berpengaruh terhadap nilai kadar garam, Aw, astaxanthin, dan warna. Nilai kadar garam terasi udang berkisar antara 0,67 – 1,56% dan nilai Aw antara 0,78 – 0,74. Terasi udang dengan garam 2%; 8,5%; dan 15% memiliki nilai astaxanthin berturut-turut 6,0 mg/100g, 4,5 mg/100g, dan 2,4 mg/100g. Berdasarkan nilai a* dan b* dapat dihitung ohue dan diketahui terasi dengan garam 2% memiliki warna merah kekuningan sedangkan terasi dengan garam 8,5% dan 15% memiliki warna merah. Terasidenganpenambahangaram 15% merupakan terasi dengan kenampakan terbaik

    Pengaruh Penggunaan Gambir (Uncaria Gambier) Sebagai Bahan Penyamak Pada Proses Penyamakan Kulit Terhadap Kualitas Fisik Kulit Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)

    Full text link
    Tanning atau Penyamakan merupakan salah satu tahapan dari proses penyamakan dimana tanning bertujuan untuk menghentikan laju pembusukan kulit dengan memantapkan protein oleh agensia penyamak pada tempat yang reaktif, salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan penyamak nabati adalah gambir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tannin gambir terhadap kualitas fisik dari kulit ikan nila samak. Parameter pengujian adalah suhu kerut, kemuluran, kekuatan sobek, kekuatan tarik dan kadar kelemasan. Penelitian menggunakan desain percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga kali pengulangan. Data dianalisis menggunakan analisa ragam (ANOVA). Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan data diuji dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan bertambahnya konsentrasi bahan penyamak belum tentu akan menghasilkan kulit samak yang terbaik pula. Nilai terbaik terdapat pada konsentrasi 15%, karena semua nilai rata-ratanya pada pengujian lain paling mendekati nilai yang terbaik yaitu penelitian pendahuluan dengan nilai kekuatan tarik 2054,82 N/cm2, nilai kemuluran 79,14% dan nilai suhu kerut 102,67 0C. Penelitian utama dengan nilai kekuatan tarik 1963,80 N/cm2, nilai kemuluran 77,22 %, nilai suhu kerut 104,00 0C, nilai kekuatan sobek 300,22 N/cm2 dan nilai kelemasan 4,41 mm. Tanning is a process which aims to stop the rate of decay of skin to stabilize proteins by agnesia tanner in reactive place. One of the materials that can be used as a vegetable tanning material is gambier. The purpose of this study was to determine the influence of using tannin of gambier for the physical quality of tilapia that have been tanned. The parameter tests are the value of : shrinkage temperature, elongation, tearing strength, tensile strength and softness test. The study war used experimental Completely Randomized Design (CRD) with three times treatmentss. Data were analyzed by variance analysis (ANOVA). To determine the differences between the treatment of tested data with Honestly Significant Difference (HSD). The results showed that with increasing concentration of tanners will not necessarily produce the best leather anyway. The best values are at a concentration of 15%, because of all the average value in other testing closest best value that preliminary treatment with values of tensile strength 2054,82 N/cm2, elongation value of 79,14% and shrinkage temperature value 102,67 0C. The main treatment with the value of tensile strength 1963,80 N/cm2, elongation value 77,22%, shrinkage temperature value of 104,00 0C, tearing strength value of 300,22 N/cm2 and softness value of 4,41 mm
    corecore