7 research outputs found

    Characterization of Functional Properties Fish Protein Concentrate of Skipjack Roe (Katsuwonus Pelamis)

    Full text link
    By product that rich in protein such as fish roes are potential as raw material for protein concentrate. This research aimed to utilize skipjack roes to produce protein concentrate and to characterize its functional properties. The method used to extract protein was defatting method using isopropyl alcohol and ethanol with extraction times of 1, 2, and 3 hours. The results showed that skipjack roes contained 19.81% of protein, 3.41% of fat, 71.32% of moisture, 2.04% of ash, and 1.53% of carbohydrate (by difference). Defatting method using isopropyl alcohol for 3 hours produced the best roe protein concentrate (RPC). The product meets to the quality requirements of fish protein concentrate type B, contained protein and fat of 71.79% and 2.78%, respectively. This product also had functional properties as follows: water absorption capacity (1.57 ml/g), oil absorption capacity (1.82 g/g), emulsion capacity (81.65%), bulk density (0.51 g/ml), foaming capacity (1.90 ml), foaming stability (0.22 ml) and protein digestibility (95.86%). Lysine and leucine became the major essential amino acid of RPC, with values were 70.76 and 64.91 mg/g protein, respectively. The composition of amino acids of RPC skipjack consisted of 8 essentials amino acids, 5 non-essentials amino acids and 2 semi-essentials amino acids

    A New and Practical Method for Measuring Sponge Spicules

    Get PDF
    Binocular light microscopy (BLM) is an excellent match for a scanning electron microscope (SEM) and a trinocular light microscope equipped with a micrometer (TLM). The practicality, user-friendliness, and short-time analysis of BLM make this method a good choice for spicule analysis. However, its effectiveness and accuracy are yet to be confirmed. This study aimed to validate the effectiveness of BLM by comparing its usefulness to both TLM and the gold standard methods. BLM was first subjected to measuring megascleres and microscleres of 2 sponges. Then, by using the If function built-in Excell and t-test in SPSS 16.0, the compatibility of BLM was evaluated against SEM by measuring the length of spicules from 4 Sangihe sponges and their counterpart species from different locations. Furthermore, the t-test analysis was used to validate the compatibility and effectiveness of our method to the TLM by measuring the spicules of four sponges. Both the F-function and the t-test analysis proved BLM was compatible with SEM with both measurements showing a perfect match for megascleres typed spicules of 4 compared sponges. This new technique also showed a perfect match with SEM (p = 0.367, t-test) and with TLM (p = 0.963, t-test). Keywords: Spicules, sponges, SEM, Wallacea, biomaterial, sponge taxonom

    Aktivitas Antibakteri Sponge Agelas Nakamurai Terhadap Bakteri Gram Negative: Study In Vitro dan In Silico

    No full text
    Bakteri gram negatif tetap menjadi ancaman serius bagi akuakultur, ekonomi, dan kesehatan manusia. Ironisnya, sementara antibiotik yang efektif belum ditemukan, resistensi bakteri ini terhadap berbagai antibiotik meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan urgensi penemuan antibiotik baru, terutama antibiotik yang dapat menghambat replikasi enzim seperti DNA gyrase atau topoisomerase IV, yang saat ini menjadi target baru penemuan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri Agelas nakamurai terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda menggunakan ekstrak spons (1, 10, dan 100) mg/mL dan tetrasiklin (1 mg/mL) sebagai kontrol positif dan memprediksi potensi antibakteri dari agelasine A-F (1-6) dan agelasidine A (7) dari A. nakamurai dari Kepulauan Sangihe terhadap protein topoisomerase IV melalui docking molekuler. Uji in vitro dilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan sedikit modifikasi dan studi in silico menggunakan CB-dock 2 dan Protein Ligand Interaction Profiler. Meskipun ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih lemah terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda dibandingkan tetrasiklin, molekul docking dengan CB-dock 2 menunjukkan bahwa agelasine A-F (1-6) dan agelasidin A (7) memiliki afinitas pengikatan yang lebih kuat (-7.1). hingga -8,6 kJ/mol) daripada tetrasiklin (10), ciprofloksasin (11) atau levofloksasin (12) (-6,6 hingga -8,3 kJ/mol). Docking molekuler pada agelasidin C (9) dan D (10) juga menunjukkan afinitas pengikatan yang kuat (-8,3 dan -8,8 kJ/mol) ke protein target 1S16 terutama akibat ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan potensi agelasidin A, C dan D sebagai modulator dari target antibiotik baru, enzim topoisomerase IV.Bakteri gram negatif tetap menjadi ancaman serius bagi akuakultur, ekonomi, dan kesehatan manusia. Ironisnya, sementara antibiotik yang efektif belum ditemukan, resistensi bakteri ini terhadap berbagai antibiotik meningkat dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Hal ini menunjukkan urgensi penemuan antibiotik baru, terutama antibiotik yang dapat menghambat replikasi enzim seperti DNA gyrase atau topoisomerase IV, yang saat ini menjadi target baru penemuan antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antibakteri Agelas nakamurai terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda menggunakan ekstrak spons (1, 10, dan 100) mg/mL dan tetrasiklin (1 mg/mL) sebagai kontrol positif dan memprediksi potensi antibakteri dari agelasine A-F (1-6) dan agelasidine A (7) dari A. nakamurai dari Kepulauan Sangihe terhadap protein topoisomerase IV melalui docking molekuler. Uji in vitro dilakukan dengan menggunakan metode Kirby Bauer dengan sedikit modifikasi dan studi in silico menggunakan CB-dock 2 dan Protein Ligand Interaction Profiler. Meskipun ekstrak menunjukkan aktivitas antibakteri yang lebih lemah terhadap A. hydrophila, A. salmonicida dan E. tarda dibandingkan tetrasiklin, molekul docking dengan CB-dock 2 menunjukkan bahwa agelasine A-F (1-6) dan agelasidin A (7) memiliki afinitas pengikatan yang lebih kuat (-7.1). hingga -8,6 kJ/mol) daripada tetrasiklin (10), ciprofloksasin (11) atau levofloksasin (12) (-6,6 hingga -8,3 kJ/mol). Docking molekuler pada agelasidin C (9) dan D (10) juga menunjukkan afinitas pengikatan yang kuat (-8,3 dan -8,8 kJ/mol) ke protein target 1S16 terutama akibat ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan potensi agelasidin A, C dan D sebagai modulator dari target antibiotik baru, enzim topoisomerase IV

    Pembesaran Ikan Nila Menggunakan Kolam Terpal sebagai Wadah Budidaya di Kampung Tariang Lama Kecamatan Kendahe Kabupaten Kepulauan Sangihe

    Full text link
    Kolam terpal merupakan wadah budidaya ikan yang tepat untuk pembesaran ikan nila karena berbagai keunggulannya seperti kemudahan memindahkan, keramahan terhadap konstruksi tanah, kesesuaian dengan karakteristik ikan nila, kemudahan membersihkan kolam dan memanen ikan. Kegiatan pengabdian kemitraan masyarakat ini menyasar kelompok-kelompok masyarakat di Kampung Tariang Lama, Kecamatan Kendahe yang masyarakatnya sulit mendapatkan ikan disaat cuaca buruk di laut. Pengabdian kepada masyarakat ini mencakup kunjungan lapangan (survei), penyuluhan, pelatihan, evaluasi, dan pemantauan pasca penyuluhan dan pelatihan. Sejauh ini, kelompok masyarakat sasaran pengabdian di Kampung Tariang Lama sudah mampu merancang, membuat sendiri kolam, dan mampu membudidayakan ikan nila menggunakan kolam terpal. Selanjutnya, hasil evaluasi dan pemantuan menunjukan bahwa masyarakat Tariang Lama tidak menghadapi kendala berarti dalam membudidayakan ikan di kolam terpal. Sebagian dari mereka bahkan berusaha merancang dan membangun sendiri kolam terpal secara mandiri hal ini merupakan indikasi kuat dari keterbukaan dan penerimaan masyarakat Tariang Lama terhadap penerapan teknologi budidaya ikan yang masih relatif baru untuk masyarakat Tariang Lama ini. Tarp-typed pond or tarpaulin pond is an appropriate medium for cultivation of Nile tilapia because of its many advantages including (1) easily moved from one place to another,(2) friendly toward soil construction, (3) suitable with tilapia's characteristics and (4) very convenient forcleaning and harvesting. This community service focused on societal groups in Tariang Lama Village, Kendahe district whose society normally have difficulty in obtaining fish during stormy sea. This community service consisted of (1) field survey, (2) mentoring, (3) training and (4) evaluation/monitoring. The targeted societal groups in Tariang Lama were already capable of designing, building their own tarp-typed pool and cultivating Nile tilapia with tarpaulin pond. In addition, evaluation and monitoring showed that the people of Tariang Lama had no problem in adopting fish cultivation technique with tarpaulin pond. Many of them even designed and built their own tarp-typed pond, strongly suggesting the openness and acceptance of the people of Taring Lama towards the implementation of the relatively new fish farming technique
    corecore