3 research outputs found

    Kajian Sistem USAhatani Buah Kesemek (Diosphyros Kaki L.f) dan Permasalahannya di Kabupaten Garut – Jawa Barat

    Full text link
    The research was conducted at Barusuda and Giriawas Villages (Cikajang District), and Cisurupan Village(Cisurupan District), Garut Regency, West Java Province from September to October 2002. Data collection wascarried through a survey using semi-structure questionnaires from 50 respondents (producing-farmer, persimmonhome industry owners, intermediate sellers, local community, and agricultural officers). The research aimed toidentify the persimmon agribusiness system. Persimmon farming was carried out in a simple manner characteristizedby: (1) minimum maintenance (without fertilizer and plant protection effort), (2) manual harvest, and (3) diversifiedplants spacing, cultivars and ages of the tress. Yileds of persimmon varied from 25 –200 kg/tree, and yeild of Kapascultivar was higher than that of Reundeu. Average farmer's tree ownership was 101 trees/farmer. Post-harvestactivities were carried by local intermediate sellers. Benefits of the producing-farmers were 1/43 of thoseagroindustries'owners (Rp 2,283,300.00/year vs. Rp 98,942,500.00/year), and 1/34 times benefit of the localintermediatae-sellers (Rp 2,283,300.00/year vs. Rp 77,931,00.00/year). The producing-farmers were lack of extensionin plants practice. The intermediate sellers and owners of persimmon home industry were lack of knowledges onharvest and post-harvest processes, and processed-fruit products diversification.Key word : Diospyros kaki, farming system, post-harvest, home industry, GarutPenelitian ini di laksanakan di Desa Barusuda dan Desa Giriawas (Kecamatan Cikajang), serta DesaCisurupan (Kecamatan Cisurupan), Kabupaten Garut, Jawa Barat dari Bulan September sampai dengan Oktober 2002,dengan metode survai menggunakan kuesioner semi terstruktur pada 50 responden : (petani-produsen; pengrajinindustri pengolahan kesemek; pedagang-pengumpul; tokoh masyarakat; dan petugas pertanian) untuk dua kecamatan.Teknik pengambilan data dilakukan melalui wawancara; pengamatan langsung, dan pengukuran. Tujuanmengidentifikasi sistem budidaya pada tingkat petani dan sistem pemasarannya, serta permasalahan dan upayapenanggulangannya. Hasil penelitian menunjukan, bahwa budidaya kesemek di tingkat petani masih dilakukan secarasederhana, dengan karakteristik : (1) pemeliharaan minimum (tanpa pupuk dan upaya proteksi tanaman); (2)pemanenan dengan cara manual (dipetik), serta (3) jarak tanam, kultivar dan umur tanaman beragam. Hasil kesemek25-200 kg/ph, kultivar Kapas lebih tinggi dibandingkan kultivar Reundeu. Pemilikan pohon petani rata-rata 101,3ph/org, Penanganan fungsi pascapanen sudah ada, namun dilakukan oleh pedagang-pegumpul (Bandar Lokal) danpengrajin industri pengolahan bukan oleh petani-produsen. Keuntungan petani-produsen setara dengan 1/43keuntungan pengrajin industri pengolahan sale (Rp 2.283.300,00/th-B/C rasio 3,40 vs Rp 98.942.500,00/th-B/C rasio2,14), dan 1/34 dari keuntungan pedagang-pengumpul desa/kecamatan (Bandar Lokal) (Rp 2.283.300,00/th-B/C rasio3,40 vs Rp 77.931.000,00/th-B/C rasio 0,94). Permasalahan pada petani-produsen adalah kurangnya upaya pembinaanpetugas dalam teknik budidaya, terutama dalam rangka peningkatan kuantitas hasil panen dan produksi. Sedangkanpada pedagang-pengumpul dan pengrajin industri pengolahan umumnya mengharapkan bimbingan dan introduksiteknologi alat dan proses pada aspek panen dan pascapanen, serta diversifikasi produk olahan kesemek. Upayapelatihan tentang berbagai aspek dari sistem produksi kesemek juga diperlukan bagi petugas lingkup pertaniansetempat

    Analisis Luas Minimum Usahatani Bunga Krisan Potong

    Get PDF
    Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui luas minimum usahatani bunga krisan potong yang harus ditetapkan, apabila target pendapatan petani pertahun sebesar US2000sampaiUS 2000 sampai US 3500. Kegiatan penelitian ini merupakan survei lapangan usahatani bunga krisan potong di Kecamatan Parongpong, Bandung, Jawa Barat yang dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2003. Hasil analisis biaya dan pendapatan usahatani krisan menunjukkan bahwa pada skala usaha rataan rumah tangga petani seluas 2.237,5 m2 diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp.24.426.500,- dalam 4 bulan atau Rp.73.279.500,- dalam setahun. Jika pendapatan usahatani dalam setahun hanya diharapkan sebesar Rp.29.750.000,- (US3500),makaluasusahatanikrisanminimumyangdiperlukanadalah908,39m2.SementaraituuntukmencapaipendapatansebesarRp.17.000.000,βˆ’(US 3500), maka luas usahatani krisan minimum yang diperlukan adalah 908,39 m2. Sementara itu untuk mencapai pendapatan sebesar Rp.17.000.000,- (US 2000), diperlukan usahatani krisan minimum seluas 519,08 m2.Economic analysis of minimum land area for chrysanthemum farming system. The purpose of the research was to find out the minimum land area of chrysanthemum farm for targeted yearly revenue of US2000toUS 2000 to US 3500. The research was conducted directly in the region of Parongpong Bandung, West Java, from July to December 2003. The results showed that based on cost benefit analysis with land area of 2,237.5 m2 could provide profit Rp.24,426,500,- within 4 months or Rp. 73,279,500,- a year. Based on minimum land area of chrysanthemum farm, if the expected net profit Rp.29,750,000,- (US 3500)thelandareaforchrysanthemumfarmwasonly908.39m2.Meanwhile,toreachtheexpectednetprofitRp.17.000.000,βˆ’(US 3500) the land area for chrysanthemum farm was only 908.39 m2. Meanwhile, to reach the expected net profit Rp.17.000.000,- (US 2000) a year, the minimum land area was 519.08 m2
    corecore