7 research outputs found

    KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA KERAMBA JARING APUNG DI TELUK AMBON DALAM

    Get PDF
    The waters of Inner Ambon Bay is potential for various fishery businesses, which if developed will provide high economic value. One of the fishery businesses in Inner Ambon Bay is aquaculture using floating net cages. The purpose of this study is to analyze the feasibility of aquaculture in Ambon Dalam Bay, Waiheru Village and Poka Village based on financial aspects with criteria such as Revenue Cost Ratio (R/C), Return on Investment (ROI), Payback Period (PP), and Break Event Point (BEP). The results show that the floating net cage cultivation business is feasible to develop, with an average R/C value in Waiheru Village and Poka Village >1, the average ROI value in Waiheru Village for HDPE cages is 48.64% and wooden cages is 109.70%, while in Poka Village is 44.25% for HDPE cages and 124.01% for wooden cages. The average payback period for HDPE cages in Waiheru Village is 2.12207 years or 2 years and 1 month and Poka Village is 2.26239 years or 2 years and 3 months, while for wooden cages in Waiheru Village 0.94529 years or 11 months and Poka Village 0.84094 years or 10 months. The production BEP benefits because the amount of production or fish sold is greater than the production BEP and the selling price for each type of fish cultivated has exceeded the BEP price

    KONDISI IKAN HIU BERJALAN HALMAHERA (Hemiscyllium halmahera) DI PERAIRAN TELUK KAO, HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA

    Get PDF
    Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar, beriklim tropis dan memiliki stok keanekaragaman sumberdaya hayati tertinggi (mega biodiversity) dengan berbagai jenis sumberdaya perikanan termasuk ikan hiu. Namun permasalahan global yang terjadi saat ini justru Indonesia tercatat sebagai salah satu negara penangkap hiu terbesar di dunia baik sebagai hasil tangkapan sampingan maupun utama. Padahal hiu memiliki peranan penting dalam keseimbangan rantai ekosistem di laut. Hiu berjalan Halmahera (Hemiscyllium halmahera) merupakan spesies endemik Maluku Utara dengan wilayah penyebaran yang sempit dan spesifik serta memiliki peranan penting dalam sistem rantai makanan di laut terutama pada struktur komunitas terumbu karang yang dangkal. Selain memiliki fekunditas sangat sedikit hanya dua butir telur setiap induk per tahunnya, ternyata pola pertumbuhannya juga tergolong lambat. Diduga bahwa salah satu factor penyebab adalah kondisi habitatnya yang rentan terhadap degradasi akibat aktivitas antropogenik, dan terutama adanya pengaruh pencemaran logam berat seperti mercury dari aktivitas pertambangan. Penelitian dilakukan dengan cara sampling sejak Juli 2016 sampai Agustus 2017, untuk mengevaluasi kondisi perairan sekitar penampang Teluk Kao, Halmahera Utara dengan menggunakan pendekatan factor kondisi dari ikan hiu berjalan Halmahera. Hasil penelitian ditemukan bahwa nilai faktor kondisi (Condition Factor: CF) adalah 1.0987. Karena CF > 1 maka perairan tempat hidup ikan masih berada dalam kondisi baik.Kata kunci: Faktor kondisi, Hemiscyllium halmahera, antropogenik, Teluk Kao, Maluku Utara
    corecore