16 research outputs found

    Uji Toleransi Salinitas Terhadap Sepuluh Genotip F1 Tomat (Solanum Lycopersicum L.)

    Get PDF
    Tomat merupakan tanaman sayuran buah yang digemari masyarakat dan mempunyai nilai gizi tinggi. Semakin menyempitnya areal pertanian yang subur di Indonesia, mendorong petani untuk mengembangkan dan mendaya-gunakan lahan salin untuk menanam tomat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon dan toleransi dari sepuluh genotip F1 tomat pada tingkat salinitas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2012 di Desa Jatikerto, Kabupaten Malang, Universitas Brawijaya.Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 40 perlakuan kombinasi dan 3 kali ulangan. Faktor 1 ialah 10 genotip F1 Tomat: BTM 867 (V1), BTM 2645 (V2), BTM 1076 (V3), BTM 2064 (V4), BTM 9323 (V5), BTM 9358 (V6), BTM 9291 (V7), BTM 9294 (V8), TM 0001 (V9), dan TM 0002 (V10). Faktor 2 ialah perlakuan salinitas garam NaCl yaitu 0 mg/pol (K0), 750 mg/pol (K1), 1500 mg/pol (K2), dan 2250 mg/pol. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan salinitas garam NaCl pada level yang berbeda dan interaksi antara pemberian garam NaCl dan 10 genotip F1 Tomat tidak memberikan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan 10 genotip F1 tomat. Namun pada level pertumbuhan menunjukkan perbedaan yang signifikan pada tiap genotip F1 Tomat. Pada karakter BTM 1076, panen pertama dan kedua lebih tinggi dari BTM 9294 meskipun pada total panen BTM 9294 lebih tinggi dari BTM 1076

    Keragaman Genetik Pada Generasi F3 Cabai (Capsicum Annuum L.)

    Get PDF
    Keragaman (variabilitas) ialah suatu sifat individu pada setiap populasi tanaman yang memiliki perbedaan antara tanaman yang satu dengan tanaman yang lainnya ber-dasarkan sifat yang dimiliki. Keragaman merupakan parameter yang perlu dicermati dalam memilih suatu populasi yang akan diseleksi, disamping rerata populasinya. Be-sar kecilnya keragaman dan tinggi rendah-nya rata-rata populasi tanaman yang di-gunakan sangat menentukan keberhasilan pemuliaan tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaman pada generasi F3 cabai (Capsicum annuumL.) hasil persilangan TW2 x Jatilaba. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Juni 2014, di Desa Patok, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Percobaan dilak-sanakan dengan menggunakan metode single plant. Bahan yang digunakan adalah 7 famili populasi F3 cabai serta tetuanya yaitu TW2 dan Jatilaba. Hasil penelitian me-nunjukkan bahwa 7 famili generasi F3 cabai hasil persilangan TW2 x Jatilaba memiliki nilai KKG cukup tinggi terdapat pada karakter jumlah buah baik dan nilai KKF cukup tinggi sampai tinggi terdapat pada krakter jumlah buah baik dan jumlah buah jelek. Keragaman pada hasil persilangan TW2 x Jatilaba terdapat pada karakter tipe pertumbuhan, warna benang sari, warna putik, posisi putik, warna buah mentah, warna buah matang dan bentuk ujung buah, sedangkan karakter yang seragam terdapat pada karakter posisi bunga, warna mahkota dan bentuk buah

    Uji Vigor dan Viabilitas Benih Dua Klon Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg.) pada Beberapa Periode Penyimpanan

    Full text link
    Tanaman karet adalah tanaman perkebunan yang memegang peranan penting sebagai sumber penghasil devisa negara. Benih karet termasuk benih rekalsitran yang memiliki permasalahan viabilitas benih cepat menurun sejalan dengan menurunnya kadar air, tidak memiliki masa dormansi, mudah terinfeksi jamur sehingga daya simpannya rendah. Penyimpanan pada ruang berpendingin dapat mempertahankan daya kecambah benih sampai dua bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari vigor dan viabilitas benih dua klon karet pada beberapa periode penyimpanan pada suhu 7-10oC. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) yang terdiri dari dua faktor yaitu Klon (K) dan Periode Simpan (P) yang diulang 4 kali. Klon yang digunakan adalah klon GT1 (K1) dan Klon PB260 (K2), sementara periode penyimpanan yang digunakan adalah Penyimpanan 2 minggu (P1), 4 minggu (P2), 6 minggu (P3), dan 8 minggu (P4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan vigor dan viabilitas pada kedua klon setelah disimpan selama 8 minggu pada suhu 7-10oC. Pada klon PB260 vigor dan viabilitas benih masih bertahan sampai periode simpan 2 minggu, namun vigor dan viabilitas pada klon GT1 dapat bertahan kurang dari periode simpan 2 minggu

    Potensi Hasil 10 Genotip Tomat (Lycopersicon Esculentum L.) Di Karangploso Malang

    Full text link
    Variasi genetik sebagai materi pemuliaan tanaman dapat diukur dari segi potensi hasil. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi hasil 10 genotip tomat di dataran medium dan untuk mengetahui genotip yang memiliki potensi hasil tertinggi. Potensi hasil 10 genotip tomat dan 2 varietas pembanding (Fortuna dan Permata) diuji di Karangploso – Malang dengan ketinggian tempat 550 mdpl mulai Bulan Juni hingga Oktober 2012. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan potensi hasil beragam. Lima diantara 10 genotip yang diuji memiliki hasil (berat buah per plot) tinggi, yakni TM 0002, BTM 867, BTM 2064, BTM 9358, dan TM 0001. Akan tetapi, dua dari lima genotip tersebut, BTM 2064 dan BTM 867, memiliki nilai komponen hasil lebih tinggi dan atau setara dengan genotip pembanding. Karakter yang dimaksud antara lain jumlah cabang produktif, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman, jumlah buah total per tanaman. Karakter tersebut berkorelasi positif dan berpengaruh sangat nyata dengan berat buah per plot. Genotip BTM 2064 dan BTM 867 berpotensi untuk dikembangkan melalui perbaikan teknik budidaya

    Aplikasi Kolkhisin Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Benih Sawi (Brassica Rapa)

    Full text link
    Kolkhisin merupakan suatu senyawa yang dapat mempengaruhi penggandaan kromosom pada proses pembelahan sel. Pemberian kolkhisin pada tanaman sawi diharapkan dapat merubah morfologi tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan maupun produksi benih yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi kolkhisin dan lama perendaman terhadap pertumbuhan dan produksi benih sawi.Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Januari 2013 di Desa Karangploso, Kabupaten Malang, Universitas Brawijaya, menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial (RALF) dengan 8 perlakuan kombinasi dan 5 kali ulangan.Faktor 1 ialah konsentrasi kolkhisin: 0,01% (S1) dan 0,02% (S2). Faktor 2 ialah lama perendaman: 2 jam (W1), 4 jam (W2), 6 jam (W3), dan 8 jam (W4). Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kolkhisin konsentrasi 0,01% dan 0,02% dengan lama perendaman 2,4,6 dan 8 jam memberikan pengaruh yang berbeda terhadap jumlah daun, luas daun, bobot basah, bobot kering, dan umur berbunga pada tanaman sawi

    Keragaman Genetik Dan Heritabilitas Enam Genotip Gladiol (Gladiolus Hybridus L.)

    Full text link
    Peningkatan produksi gladiol perlu dilakukan seiring dengan kebutuhan gladiol yang terus meningkat yaitu dengan menyediakan kultivar-kultivar unggul berdaya hasil tinggi. Keragaman merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi genetik pada suatu karakter. Besarnya variasi genetik dalam populasi menunjukkan keragaman individu dalam populasi sehingga besar peluang untuk mendapatkan genotip yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dan heritabilitas enam genotip gladiol (Gladiolus hybridus L.). Penelitian disusun menurut Rancangan Acak Kelompok, terdiri dari 6 perlakuan genotip gladiol lokal Batu yaitu: gladiol lokal merah cerah (GL01), gladiol lokal orange (GL02), gladiol lokal merah hati (GL03), gladiol lokal kuning (GL04), gladiol lokal putih kombinasi ungu (GL05), gladiol lokal putih polos (GL06) dengan 3 kali ulangan. Hasil menunjukkan bahwa nilain heritabilitas berkisar 16,7% to 94,0%. Nilai heritabilitas tinggi terdapat pada karakter tinggi tanaman, panjang karangan bunga, panjang daun, diameter bunga, jumlah bunga, umur berbunga, umur panen, dan vase life. Sedangkan nilai heritabilitas rendah terdapat pada panjang tabung bunga. Genotipe GL02 memiliki panjang karangan bunga lebih panjang, genotipe GL03 memiliki rata-rata diameter bunga paling besar dan vase life lebih lama. Genotip GL02 dan GL03 dapat dijadikan sebagai tetua atau dievaluasi lebih lanjut

    Uji Ketahanan 14 Galur Cabai Besar (Capsicum Annuum L.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum Spp) Dan Layu Bakteri (Ralstonia Solanacearum)

    Get PDF
    Permasalahan pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.) adalah penyakit antraknosa dan layu bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketahanan 14 galur cabai terhadap penyakit antraknosa, layu bakteri dan karakter komponen hasil. Penelitian dilaksanakan di desa Gesingan, kecamatan Pujon, kabupaten Malang pada bulan Januari – Juli 2014. Bahan yang digunakan adalah 14 galur cabai besar asal dari lokal dan Introduksi. Penelitian disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kejadian penyakit layu bakteri pada masing-masing galur memiliki kriteria tahan dengan kisaran 3,33 %-13,06 %. Untuk penyakit antraknosa galur yang memiliki kriteria moderat yaitu galur 119.1.4 (21,63) dan 114.11.5. (20,20 %). Kemudian kriteria tahan terdapat pada galur 118.6 (10,72 %) dan 053.30.6 (10,13 %). Kriteria sangat tahan dengan rerata kejadian penyakit yang terendah yakni galur 055.1 (1,14 %). Karakter Komponen hasil tertinggi untuk panjang buah; diameter buah; panjang tangkai buah; bobot/buah; bobot buah/tanaman dan jumlah buah/tanaman berturut-turut terdapat pada galur 116.7.2 dan galur 051.20.1. Uji ketahanan penyakit antraknosa dan layu bakteri menunjukkan kriteria ketahanan yang berbeda pada galur yang diuji

    Keragaman Genetik Dan Tingkat Sterilitas Tepung Sari Pada 50 Genotip Padi Calon Galur Mandul Jantan

    Get PDF
    Padi hibrida yang dilepas di Indonesia dirakit dengan menggunakan sistem tiga galur yaitu galur mandul jantan (GMJ atau galur A), galur pelestari (maintainer atau galur B) dan tetua jantan yang sekaligus berfungsi sebagai pemulihan kesuburan (restorer atau galur R). Galur Mandul Jantan (GMJ) atau Cytoplasmic Male Sterile (CMS) adalah satu komponen yang penting dalam perakitan padi hibrida. Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui keragaman genetik pada 50 genotip calon galur mandul jantan (GMJ), 2. Untuk mengetahui tingkat sterilitas tepung sari pada 50 genotip calon galur mandul jantan (GMJ), 3. Untuk mengetahui calon GMJ terbaik berdasarkan pengamatan kuantitatif dan kualitatif sehingga dapat dikembangkan untuk perakitan galur GMJ. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Tunggulwulung, Kecamatan Lowokwaru, Malang pada bulan Januari – Mei 2014. Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Augmented Design dengan 50 calon GMJ tanpa ulangan dan 7 GMJ pembanding diulang 3 kali. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat keragaman karakter kuantitatif antar calon GMJ. Dari hasil uji sterilitas tepung sari diperoleh 33 genotip calon GMJ yang tingkat sterilitasnya 100%. Dari hasil uji Least Significant Increase (LSI) diperoleh 14 calon GMJ. Dan diperoleh 10 calon GMJ terbaik berdasarkan karakter seleksi dan uji sterilitas tepung sari

    Seleksi Populasi F3 Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon Esculentum Mill.)

    Full text link
    Permintaan tomat dibeberapa daerah terus meningkat, akan tetapi tidak sejalan dengan produktivitas tomat yang semakin menurun. Sehingga diperlukan program peningkatan hasil dan salah satunya dengan program pemuliaan tanaman. Penelitian ini di-laksanakan di Desa Torongrejo Kecamatan Junrejo Kota Batu. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh individu-individu unggul sebagai bahan seleksi pada generasi selanjutnya. Adapun hipotesis yang diusulkan ialah diduga terdapat individu yang memiliki sifat unggul karakter yang dapat digunakan untuk seleksi pada generasi selanjutnya. Metode yang digunakan untuk penelitian ini ialah metode single plant dengan menggunakan bahan tanam 10 populasi F3 pada tanaman tomat yaitu MA-8, ME-20, ME-3, MA-12, PE-29, MA-25, PE-26, KE-5, LE-5, LE-21 dan populasi F1 sebagai penghitung ragam lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien keragaman, heritabilitas, dan kemajuan genetik harapan memiliki nilai kriteria tinggi, sehingga seleksi populasi F3 dilakukan terhadap karakter jumlah buah, jumlah buah baik, bobot buah pertanaman dan bobot perbuah. Telah terpilih 16 individu tanaman antara lain MA-12.2, MA-12.3, MA-12.38, MA-12.43, MA-25.22, MA-25.26, MA-25.44, MA-8.20, LE-21.33, LE-21.34, LE-5.32, KE-5.1, KE-5.36, PE-26.13, ME-3.6 dan ME-3.9dengan nilai jumlah buah berkisar antara 60 sampai 75, jumlah buah baik 52 sampai 69, bobot buah per-tanaman 2741,28 g sampai 4287,62 g dan bobot per-buah 35,76 g sampai 60,83 g

    Keragaman Dan Heritabilitas 10 Genotip Pada Cabai Besar (Capsicum Annuum L.)

    Get PDF
    Dalam kegiatan pemuliaan, pada pengujian varietas-varietas baru untuk suatu lingkungan tertentu diperlukan plasma nutfah dengan keragaman yang luas dan informasi genetiknya, diantaranya adalah nilai duga heritabilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman dan menduga nilai heritabilitas 10 genotip cabai besar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Agustus 2013, di Kecamatan Pandesari, Kabupaten Pujon. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 genotip cabai besar hasil penggaluran varietas lokal dan introduksi. Penelitian disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, berat per buah, panjang buah, panjang tangkai buah, diameter buah dan tebal daging buah memiliki nilai KKG dan KKF rendah. Karakter kualitatif yang menunjukkan seragam ialah bentuk buah, warna buah muda dan warna buah masak, sedangkan karakter lainnya yaitu tipe pertumbuhan, warna batang, warna buku batang, warna mahkota, warna kepala sari, posisi putik saat bunga mekar dan bentuk ujung buah menunjukkan adanya keragaman dalam genotip. Karakter umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, bobot buah per tanaman, berat per buah, panjang buah, panjang tangkai buah, diameter buah dan tebal daging buah memiliki kriteria heritabilitas tinggi
    corecore