16 research outputs found

    PENGARUH KONSENTRASI ASAP CAIR DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK IKAN KAYU (KATSUO-BUSHI)

    Get PDF
    Dried smoked skipjack or better known as Katsuo-bushi is a popular type of smoked fish in Japan. It has a distinctive flavor and widely used in traditional Japanese cuisine. The weakness of commercial Katsuo-bushi nowadays is the high content of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) (may exceed 10 ppb).  Recent study examined the low PAH Katsuo-bushi product made with liquid smoke. However, the sensory acceptance of this product has not been determined yet.  The purpose of this study was to determine the effect of liquid smoke concentration (1%, 2% and 3%) and soaking time (10, 20 and 30 min) on the sensory quality of Katsuo-bushi. Duo-trio method was used for sensory evaluation. Additional chemical analysis such as moisture content and pH were performed. Significant differences were found among liquid smoke Katsuo-bushi product compare to traditional Katsuo-bushi (P<0.1). Also, it is suggested that the longer the soaking time, the higher the moisture content and pH value. Keyword: Katsuo-bushi, liquid smoke, Duo trio method.   Ikan kayu atau lebih dikenal dengan Katsuo-bushi adalah sejenis ikan asap yang telah lama dikenal dan memiliki flavor yang khas yang biasanya digunakan pada masakan tradisional di Jepang.  Kelemahan ikan kayu yang ada di dunia dewasa ini adalah tingginya kandungan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) yang melebihi 10 ppb. Penelitian terkini (Berhimpon, dkk 2016) meneliti ikan kayu asap cair yang rendah PAH, tetapi belum diteliti tingkat kesukaan secara organoleptik. Penelitian ini adalah untuk mendapatkan ikan kayu asap cair yang rendah PAH tetapi disukai oleh konsumen. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi asap cair dan lama perendaman terhadap mutu organoleptik ikan kayu asap cair yang dibuat dengan berbagai konsentrasi dan lama perendaman, dan dibandingkan dengan ikan kayu konvensional. Parameter pengamatan ialah analisa organoleptik dengan metode duo trio (Berhimpon, dkk. 2005), analisa kadar air dan pH (AOAC, 2005). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ikan kayu yang direndam dalam asap cair dengan konsentrasi 2% dan 3% masing-masing selama 30 dan 10 menit berbeda sangat nyata (P<0,1) dengan ikan kayu konvensional. Sedangkan perlakuan yang lain sama dengan ikan kayu konvensional. Untuk analisa kadar air dan pH menunjukkan bahwa lama perendaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air dan pH dari ikan kayu asap cair, dimana semakin lama waktu perendaman dalam larutan asap cair maka semakin tinggi kadar air dan pH dari ikan kayu tersebut. Kata Kunci: Ikan kayu (Katsuo-bushi), asap cair, metode duo trio

    Testing Frozen Tuna Histamine As Raw Material For Canned Fish In Pt. Sinar Pure Foods International Bitung City

    Get PDF
    Bitung City is known as an industrial city, one of the fishing industries that is currently developing. There is a canned fish industry using tuna as raw material, which is export-oriented because the market potential of canned tuna is so large and spread in various countries in the world, becoming an export opportunity for canned tuna exporters in Indonesia, especially the canned tuna industry in Bitung city. Considering that developed countries are very sensitive in terms of the quality and safety of their products, so that the standards set are often not in line with some industries, so that it can lead to rejection of Indonesian fishery products in importing countries. The purpose of this study was to determine the histamine content in canned tuna raw materials at PT. Sinar Pure Foods International. Histmain value values from 2 samples of yellowfin tuna (Thunnus allbacares), and 1 sample of bigeye tuna (Thunnus obeseus) after passing the histamine testing process. Bigeye tuna (Thunnus obesus) with a size of 1kg, on the tail (RA), abdomen (RB), and head (RC) did not exceed 4ppm. The highest histamine content in the 1 kg large eye tuna (Thunnus obesus) sample was located in the abdomen (RB). While the lowest histamine content is located in the tail (RA). This proves that the fastest increase in histamine occurs in the stomach area (RB) which results can be considered very low because it is in the range of numbers below 4 ppm. yellowfin tuna (Thunnus Allbacares) with a size of 1.4 kg, on the tail (MA), stomach (MB), and head (MC) did not exceed 4ppm. The highest histamine content in yellowfin tuna (Thunnus Allbacares) samples measuring 1.4 kg was located in the abdomen (MB). While the lowest histamine content is located in the tail (MA). This proves that the fastest increase in histamine occurred in the abdominal area (MB) of 1.4 kg yellowfin tuna. yellowfin tuna (Thunnus Allbacares) with a size of 1.8 kg, on the tail (EA), stomach (EB), and head (EC) did not exceed 4ppm. The highest histamine content in yellowfin tuna (Thunnus Allbacares) samples measuring 1.8 kg was located in the abdomen (EB). While the lowest histamine content is located in the tail (EA). This proves that the fastest increase in histamine occurred in the abdominal area (EB) of 1.8 kg yellowfin tuna. This is in line with the standards set at the company, the standard for frozen tuna raw materials is 30 ppm and for canned fish 50 ppm, the increase in histamine content of the 3 samples studied, namely bigeye tuna 1kg, yellowfin tuna 1.4kg, and 1.8 kg yellowfin tuna has the same pattern, namely, histmin content is very easily formed in the belly of the fish Keywords: Tuna, Histamine, Canning Abstrak Kota Bitung dikenal sebagai kota industri salah satu industri perikanan yang saat ini sedang berkembang. Terdapat industri ikan kaleng menggunakan bahan baku ikan tuna, yang berorientasi pada ekspor karena potensi pasar ikan tuna kaleng yang begitu besar dan tersebar di berbagai negara di dunia menjadi sebuah peluang ekspor bagi eksportir ikan tuna kaleng di Indonesia khususnya industri ikan tuna kaleng di kota Bitung. Mengingat negara maju sangat peka dalam hal mutu dan keamanan produknya, sehingga standar yang ditetapkan sering tidak sejalan dengan beberapa industri, sehingga dapat menyebabkan penolakan produk perikanan Indonesia di negara importir. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan histamin pada bahan baku ikan tuna kaleng di PT. Sinar Pure Foods International. Nilai kadar histmain dari 2 sampel ikan tuna madidihang (Thunnus allbacares), dan 1 sampel ikan tuna mata besar (Thunnus obeseus) setelah melewati proses pengujian histamin. Tuna mata besar (Thunnus obesus) dengan ukuran 1kg, pada bagian ekor (RA), perut (RB), dan kepala (RC) tidak melewati 4ppm. Kandungan histamin tertinggi pada sampel ikan tuna mata besar (Thunnus obesus) ukuran 1kg terletak pada bagian perut (RB). Sedangkan kandungan histamin terendah terletak pada bagian ekor (RA). Hal ini membuktikan bahwa kenaikan histamin paling cepat terjadi pada area perut (RB) hasil yang di dapat terbilang sangat rendah karna berada di kisaran angka dibawah 4 ppm. tuna madidihang (Thunnus Allbacares) dengan ukuran 1,4kg, pada bagian ekor (MA), perut (MB), dan kepala (MC) tidak melewati 4ppm. Kandungan histamin tertinggi pada sampel ikan tuna madidihang (Thunnus Allbacares) ukuran 1,4kg terletak pada bagian perut (MB). Sedangkan kandungan histamin terendah terletak pada bagian ekor (MA). Hal ini membuktikan bahwa kenaikan histamin paling cepat terjadi pada area perut (MB) dari ikan tuna madidihang ukuran 1,4kg. tuna madidihang (Thunnus Allbacares) dengan ukuran 1,8kg, pada bagian ekor (EA), perut (EB), dan kepala (EC) tidak melewati 4ppm. Kandungan histamin tertinggi pada sampel ikan tuna madidihang (Thunnus Allbacares) ukuran 1,8kg terletak pada bagian perut (EB). Sedangkan kandungan histamin terendah terletak pada bagian ekor (EA). Hal ini membuktikan bahwa kenaikan histamin paling cepat terjadi pada area perut (EB) dari ikan tuna madidihang ukuran 1,8kg. Hal ini sejalan dengan standar yang di tetapkan pada perusahan tersebut, standar untuk bahan baku ikan tuna frozen 30 ppm dan untuk ikan kaleng 50 ppm, kenaikan kandungan histamin dari 3 sampel yang di teliti yaitu tuna mata besar 1kg, tuna madidihang 1,4kg, dan tuna madidihang 1,8kg memiliki pola yang sama yaitu, kandungan histmin sangat mudah terbentuk pada bagian perut ikan. Kata Kunci : Ikan Tuna, Histamin, Pengalenga

    Physico-Chemistry and Organoleptic Fish Cake for Tuna (Thunnus albacores) Enriched with Eucheuma cottonii Seaweed

    Get PDF
    One type of fish resource that has great potential in Indonesia is from large pelagic fish groups including tuna, tuna, and skipjack. Efforts to increase people's interest in consuming fish, with diversified products. The way that can be done to take advantage of fishery production is by diversifying fishery products and processing them into a variety of products. One of them is the abundance of tuna commodities in North Sulawesi, which has the potential to be developed into a product. This study aims to analyze the water content, fiber content, and organoleptic tests to obtain the product quality of tuna fish cake with the addition of Eucheuma cottonii seaweed. The data obtained from the results of the research conducted were calculated for the average value, then continued with the ANOVA test on SPSS and discussed descriptively. The results showed that the high water content value was obtained in treatment B2 with a water content value of 7.24 while the lowest value for treatments A1 and A2 was 3.06%. The highest crude fiber content was 0.2150 while the low fiber content was 0.057. Organoleptic results for fish cake products obtained panelists' preference level by looking at the results of taste, texture, aroma, and color values ​​in treatment B2 (frying fish cake) with the addition of 80% tuna and 20% seaweed. Keywords: Fish cake, Thunuus albacares, Eucheuma cottonii Abstrak Salah satu jenis sumber daya ikan yang memiliki potensi besar di Indonesia adalah dari kelompok ikan pelagis besar antaranya Tuna, Tongkol dan Cakalang. Upaya untuk meningkatkan daya minat masyarakat dalam mengkomsumsi ikan, dengan adanya produk diversifikasi. Cara yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan produksi perikanan yaitu dengan cara diversifikasi produk hasil perikanan diolah menjadi beranekaragam. Salah satunya dengan jumlah komoditas ikan tuna yang melimpah di Sulawesi Utara berpotensi untuk dikembangkan menjadi sebuah produk. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar air, kadar serat dan uji organoleptic untuk mendapatkan mutu produk fish cake ikan tuna dengan penambahan rumput laut Eucheuma cottonii. Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan dihitung nilai rata-ratanya, lalu dilanjutkan dengan uji ANOVA pada SPSS dan dibahas secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kadar air yang tinggi diperoleh pada perlakuan B2 dengan nilai kadar air sebesar 7.24 sedangkan perlakuan A1 dan A2 diperoleh nilai paling rendah sebesar 3.06%. Hasil kadar serat kasar yang paling tinggi adalah 0.2150 sedangkan nilai kadar serat yang rendah adalah sebesar 0.057. Hasil organoleptic untuk produk fish cake  diperoleh tingkat kesukaan panelis dengan melihat hasil nilai rasa,  tekstur, aroma dan warna pada perlakuan B2 (penggorengan fish cake) dengan penambahan ikan tuna 80% dan rumput laut 20%. Kata kunci: Fish cake, Thunuus albacares, Eucheuma cottoni

    Kajian Mutu Ikan Tuna Kaleng Selama Proses Sterilisasi Di PT. Sinar Pure Foods International

    Get PDF
    This study aims to analyze the salt content, histamine levels, and organoleptic values of canned tuna fish products. The samples used in this study were samples SA1.1 (Solid In Oil Chili (YSO) Sirena, SA1.2 Solid In Brine (SB) Sirena, SB1.1 Solid In Oil, SB1.2 Solid In Brine, SA2 ( Solid In Oil Chili (YSO) Sirena) and SB2 (Solid In Brine).The results showed that samples SA1.1 and SA1.2, as well as samples SB1.1 and SB1.2 met the export standard of salt content which is 1.20%.  For sample SA2 and sample SB2, it does not meet the export standard for salt content which is higher than 1.20%. The histamine value of samples SA1.1 and SA1.2, and samples SB1.1 and SB1.2 is 50 ppm, while for sample SA2 and the sample SB2 is 60 ppm which does not meet the histamine standard for export, which is 50 ppm, but they still meet the Indonesian National Standard (SNI 8223:2006) which is a maximum of 100 ppm. The results of the organoleptic test on samples SB1 and SA1 did not show any deterioration in quality and in accordance with existing standards. For organoleptic results on samples SA1.1 to SB1.2 already meet the organoleptic criteria for export and meets the Indonesian National Standard (SNI 8223:2016) regarding sensory criteria for tuna cans. Meanwhile, the organoleptic results for the SA2 and SB2 samples did not meet the standard for sensory requirements, which could be seen from the appearance, smell, color, taste and texture. The results showed that samples of canned tuna that were physically damaged (sample SA2 and SB2) did not meet export standards and good canned packaging.Keyword:     canned tuna, salt content, histamine value, sensory results. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar garam, kadar histamin, dan nilai organoleptik produk ikan tuna kaleng. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel SA1.1 (Solid In Oil Chili (YSO) Sirena , SA1.2 yaitu Solid In Brine (SB) Sirena, SB1.1 yaitu Solid In oil, SB1.2 Solid In Brine, SA2 (Solid In Oil Chili (YSO) Sirena) dan SB2 (Solid In Brine). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel SA1.1 dan SA1.2, serta sampel SB1.1 dan SB1.2 memenuhi standar ekspor uji kadar garam yaitu 1,20%. Untuk sampel SA2 dan sampel SB2 tidak memenuhi standar ekspor uji kadar garam yaitu 1,20%. Nilai kadar histamin dari sampel SA1.1 dan SA1.2, serta sampel SB1.1 dan SB1.2 adalah 50 ppm, sedangkan untuk sampel SA2 dan sampel SB2 adalah 60 ppm yang tidak memenuhi standar uji kadar histamin untuk ekspor yaitu 50 ppm, namun masih memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 8223:2006) yaitu maksimal 100 ppm. Hasil dari uji organoleptik pada sampel SB1 dan SA1 tidak menunjukkan adanya kemunduran mutu dan sesuai dengan standar yang ada. Untuk hasil organoleptik pada sampel SA1.1 sampai SB1.2 sudah memenuhi kriteria organoleptik untuk ekspor dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI 8223:2016) tentang kriteria sensori pada ikan tuna dalam kemasan kaleng. Sedangkan hasil organoleptik untuk sampel SA2 dan sampel SB2 yang tidak memenuhi standar persyaratan sensori yang dapat dilihat dari kenampakan, bau, warna, rasa dan tekstur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel dari ikan tuna kaleng yang mengalami kerusakan fisik (sampel SA2 dan SB2) tidak memenuhi standar ekspor dan kemasan kaleng yang baik.Kata kunci:  ikan tuna kaleng, kadar garam, nilai histamin, hasil sensori

    Fiber Content and Viscosity of Seaweed Extract Eucheuma spinosum using Subcritical Water Method

    Get PDF
    This study was conducted to analyze the fiber content and viscosity of the Eucheuma spinosum seaweed. Seaweed, used in dry form, is extracted using subcritical water at 115°C and 125°C with time of 15, 20, and 25 minutes respectively using Hirayama HVE-50. The results of analysis of E.spinosum's fiber content and extract viscosity were obtained in the treatment of each of the lowest crude fibre levels in the 15 minute treatment at 115°C at 1.175%, and the highest at the 25 minute treatment at 125°C at 2.1525%. The analysis of insoluble fiber levels is lowest at 20 minutes of treatment at 125°C at 9.4% and the highest 20 minutes of treatment at 115°C at 16.64%. The analysis of dissolved dietary fiber is lowest at 15 minutes of treatment at 115°C at 2.21% and 25 minutes of treatment at 115°C at 12.61%. Viscosity analysis is lowest at 20 minutes with a temperature of 115°C at 22.465 cP and the highest time treatment at 115°C at 91.455 cP. Keywords: Eucheuma spinosum, fiber content, viscosity, and subcritical water Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis nilai kadar serat dan viskositas yang  terdapat pada rumput laut Eucheuma spinosum. Rumput laut yang digunakan dalam bentuk kering, diekstraksi menggunakan air subkritis pada suhu 115°C dan 125°C dengan waktu masing-masing selama 15, 20, dan 25 menit menggunakan autoclave tipe Hirayama HVE-50. Hasil analisis kadar serat dan viskositas ekstrak rumput laut E.spinosum diperoleh masing-masing pada perlakuan yaitu kadar serat kasar terendah terdapat pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu115°C sebesar 1,175%, dan tertinggi pada perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 125°C sebesar 2,1525%. Analisis kadar serat pangan tak larut terendah pada perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 125°C sebesar 9,4% dan tertinggi perlakuan waktu 20 menit dengan suhu 115°C sebesar 16,64%. Analisis serat pangan terlarut terendah pada perlakuan waktu 15 menit dengan suhu 115°C sebesar 2,21% dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 12,61%. Analisisviskositasterendah pada perlakuan 20 menitdengansuhu 115°C sebesar 22,465 cP dan tertinggi perlakuan waktu 25 menit dengan suhu 115°C sebesar 91,455cP. Kata Kunci: Eucheuma spinosum, kadar serat, viskositas, dan air subkriti

    Pengujian Kandungan Histamin dan Mutu Organoleptik Bahan Baku Ikan Kaleng

    Get PDF
    Fishery products are products that are prone to spoilage, so a careful and accurate handling method is needed to maintain the quality of fishery products. The purpose of this research is to see if the raw materials used by PT. Sinar Pure Foods International for the manufacture of canned fish has a good quality. The test parameters used in this study were the temperature of the fish spine, organoleptic (appearance) according to SNI 2729:2013 and histamine levels. The results of the spine temperature showed that all of the 7 samples has temperature not more than 4°C. The results of organoleptic testing of raw materials (appearance) of 7 samples had an average value higher than a score of 7 and for processed fish products from 7 samples have a value of lower than 50 ppm..Keyword:     Histamine, organoleptic, canned fish, Tuna Hasil Perikanan adalah produk yang mudah mengalami kebusukan sehingga diperlukan cara penanganan yang cermat dan akurat untuk mempertahankan mutu produk hasil perikanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah bahan baku yang digunakan PT. Sinar Pure Foods International untuk pembuatan produk ikan kaleng bermutu baik atau tidak. Parameter uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah suhu tulang belakang ikan, organoleptik (kenampakan) sesuai SNI 2729:2013 dan kadar histamin. Hasil pengecekan suhu tulang belakang memperlihatkan bahwa dari 7 sampel suhu tulang belakangnya tidak lebih dari 4°C. Hasil pengujian bahan baku secara organoleptik (kenampakan) dari 7 sampel memiliki nilai rata-yang tidak lebih rendah dari skor 7. Hasil pengujian kadar histamin pada bahan baku menunjukkan bahwa kadar histamin pada bahan baku dari 7 sampel memiliki nilai yang tidak lebih dari 30 ppm dan untuk produk olahan ikan kaleng dari 7 sampel memiliki nilai yang tidak lebih dari 50 ppm.Kata kunci:  Histamin, organoleptik, ikan kaleng, Tun

    Cemaran Mikrobiologi Pada Tepung Karagenan

    Get PDF
    The purpose of this study was to examine the microbiological contamination of carrageenan flour made by the steam method. In this study raw seaweed was used with 0.1%, 0.2%, 0.3% NaOH, and drying time. The results of this study obtained the highest yield at the concentration of NaOH 0.3% for 8 hours drying of the Sun that is equal to 19.48%. The lowest water content at the NaOH concentration of 0.3% increases in the drying time of the 12-hour drying cabinet which is 3.7%. Frequency pH stability 8.44 - 9.7. Research Results in The best total Plate Figures at a concentration of NaOH 0.3% for 8 hours of Sun Drying is 3000 colonies / g. The results of the study of Escherichia coli, Salmonella sp. Get negative results.Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui cemaran mikrobiologis pada tepung karagenan yang dibuat dengan metode uap. Pada penelitian ini digunakan perlakuan bahan baku rumput laut dengan dengan pelarut NaOH 0.1%, 0.2%, 0.3% dan lama pengeringan. Hasil penelitian ini diperoleh rendemen terbanyak pada konsentrasi NaOH 0.3% lama Pengeringan Matahari 8 jam yaitu sebesar 19.48%. Kadar air terendah pada konsentrasi NaOH 0.3% lama pengeringan Pengeringan Cabinet dryer 12 jam yaitu sebesar 3.7%. Stabilitas pH berkisar 8.44 – 9.7. Hasil Penelitian Angka Lempeng Total terbaik pada konsentrasi NaOH 0.3% dengan lama Pengeringan Matahari 8 jam yaitu sebesar 3000 koloni/g. Hasil penelitian Escherichia coli, Salmonella sp diperoleh hasil negatif. 

    Ekstraksi Kolagen Tulang Ikan Tuna (Thunnus sp) DENGAN ASAM KLORIDA

    Get PDF
    Previously, commercial collagen are obtained from mammals and poultry. However, there is a huge concern about Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE, “mad cow disease”) and avian influenza from the consumers, that is why many researcher are trying to explore the utilization of marine animals as source of collagen. The aim of this study is to gathering information about extraction collagen from Tuna (Thunnus sp.) using 1% and 3% Chloride Acid. The result indicated that the rendement was 1,42 % and 5,65 %, moisture contents 7 % and 12 %, and acidity (pH) 4,30 % and 5,19 %. These results suggested that the using 3% chloride acid in the extraction process produced higher collagen. Sebelumnya, kolagen komersial diperoleh dari mamalia dan unggas. Namun demikian, terdapat kekhawatiran yang sangat besar terhadap Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE, “penyakit sapi gila”) dan flu burung dari konsumen, oleh karena itu banyak peneliti yang mencoba untuk mengeksplorasi pemanfaatan hewan laut sebagai sumber kolagen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang ekstraksi kolagen dari ikan tuna (Thunnus sp.) Menggunakan Asam Klorida 1% dan 3%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen 1,42% dan 5,65%, kadar air 7% dan 12%, serta keasaman (pH) 4,30% dan 5,19%. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan asam klorida 3% dalam proses ekstraksi menghasilkan kolagen yang lebih tinggi. 

    Kajian Mutu Ikan Kayu Serut Yang Dikemas Plastik Dengan Nitrogen Dan Tanpa Nitrogen

    Get PDF
    Skipjack (Katsuwonuspelamis L) is classified as a pelagic fish, and one of the fishery resources export commodity. Skipjack is found in almost all Indonesian waters, especially in North Sulawesi. Katsuobushi has a relatively long product durability compared to the fish preservation with other methods such as cakalang fufu fish preservation. The purpose of this study is to determine and study the quality and shelf life of Hanakatsuo  that was packed plastic with nitrogen and without nitrogen. Hanakatsuo was stored in ambient temperature for 0, 7 and 14 days in order to evaluate the quality of product during storage. The method used in this research was organoleptic test, water content and Total Place Count (TPC). The result of organoleptic test for appearance, odor and texture was an average of 7 which comply the Indonesia national standart (SNI). The result of moisture content of hanakatsuo that packed with nitrogen during the storage period for 0, 7 and 14 days showed increasing of water content according to the storage period experienced an increase in water content, The water content of  hanakatsuo which packed without nitrogen increased during the storage period of 0 and 7 days while on the storage of 14 days decreased to 16,45% but still comply to the SNI. Based on the TPC test showed that hanakatsuo that packed in plastic without nitrogen do not comply the SNI, while hanakatsuo that packed with nitrogen on days 0 and 7 comply the SNI. Ikan cakalang (Katsuwonus pelamis L) tergolong sumber daya perikanan pelagis, dan merupakan salah satu komoditi ekspor. Ikan cakalang terdapat hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama di Sulawesi Utara. Ikan kayu memiliki daya awet produk yang tergolong lama dibandingkan dengan pengawetan ikan dengan metode lainnya seperti pengawetan ikan cakalang fufu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mempelajari mutu dan masa simpan ikan kayu serut yang dikemas plastik dengan nitrogen dan tanpa nitrogen. Metode yang dilakukan untuk uji organoleptik, kadar air dan uji Angka Lempeng Total (ALT) dengan perlakuan penyimpanan 0 hari, 7 hari dan 14 hari. Berdasarkan hasil pengujian organoleptik kenampakan, bau dan tekstur dengan rata-rata 7 memenuhi SNI. Berdasarkan hasil uji kadar air penyimpanan hari ke 0, 7 dan 14 hari mengalami kenaikan kadar air sedangkan pada produk ikan kayu serut yang dikemas plastik tanpa nitrogen mengalami kenaikan kadar air pada penyimpanan hari ke 0, 7 dan mengalami penurunan kadar air pada hari ke 14 dengan nilai tertinggi 16.45 memenuhi SNI. Berdasarkan hasil uji ALT pada produk ikan kayu serut yang dikemas plastik tanpa nitrogen tidak memenuhi Standar SNI, sedangkan pada produk ikan kayu serut yang dikemas plastik dengan nitrogen pada hari ke 0 dan 7 memenuhi standar SNI.Â

    Flavonoid dan Tanin Ekstrak Air Subkritis Benang Sari dan Kepala Putik Bunga Mangrove Sonneratia alba

    Get PDF
    Mangrove Sonneratia alba merupakan mangrove pionir yang mampu bertahan hidup di lokasi pantai dengan pengaruh pasang surut dan salinitas, selain itu sistem perkembangan terjadi sepanjang tahun. Bagian- bagian mangrove sonneratia alba sudah diteliti mulai daari buah, daun, akar dan batang dengan menggunakan esktrak air mendidih dan metode ekstraksi yang menggunakan pelarut organik. Namun penelitian tentang bunga mangrove sonneratia alba khususnya benang sari dan kepala putik yang menggunakan ekstrak air mendidih mauun ekstraksi menggunakan pelarut organik belum dilakukan dan belum diketahui jenis senyawa yang terkandung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan flavonoid dan tanin pada ekstrak air subkritis benang sari dan kepala putik bunga mangrove sonneratia alba pada suhu 120˚C yang diambil didesa wori kecamatan wori, Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Bunga Mangrove diambil dan disortir benang sari dan kelapa putik. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu Metode Empiris. Metode ekstraksi yang digunakan adalah Air Subkritis pada suhu 120ºC selama 20 menit dengan menggunakan autoclaf. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rendemen, kandungan flavonoid dan tanin. Hasil penelitian menunjukan bahwa benang sari dan kepala putik bunga mangrove sonneratia alba memiliki nilai rendemen kering yang diperoleh yaitu 36,74% dan Nilai rendemen ekstrak yang diperoleh yaitu 22,08%. Hasil kandungan flavonoid yaitu rata-rata 19.77 mg/ml dan hasil kandungan tanin yaitu rata-rata 0.535 mg/ml
    corecore