368 research outputs found

    Perumusan Persepsi Kenyamanan Termis Pejalan Kaki di Iklim Tropis Lembab dan Membandingkan dengan Rumus untuk Iklim lainnya

    Get PDF
    This article is about development a regression equation to determine the perception of thermal comfort for pedestrians in the humid tropical climate. Methods used was field studies and questionnaires to 60 samples as respondents in Manado. Each of the respondents was asked to act as pedestrian but walked on a treadmill for 2 minutes 5 five times. They regrouped into two parts, one who walked under open-sky and another group was under the shade of trees. Measurements of climate variables include air temperature, air humidity, radiation temperature, land surface temperature and solar radiation. Measurements to the respondents were their height, weight and skin temperature. By using statistical approach it is obtained a regression equation "Y=- 6.1369 + 0.479 Adu + 0.1143 Ta + 0.0376 Trm + 0.2541 RH + 1.6793 clo". The equation was then validated by comparison with other equations of non-tropical humid climate case. It is found that the empirical regression equations of outdoor thermal comfort developed by means of field studies in a certain climatic conditions could not be applied for a wide range of climate

    Pengaruh Pengelolaan Hutan Produksi terhadap Keragaman Jenis Plasma Nutfah Perairan

    Full text link
    Pengelolaan hutan produksi dengan model penebangan Reduced Impact Logging (RIL) membuat pembukaan tajuk seluas 13,3% yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan penebangan konvensional (CNV) dengan pembukaan tajuk seluas 19,2%, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keanekaragaman hayati perairan. Ketersediaan nutrisi dan hara penting yang lebih baik di perairan kawasan RIL ditunjang oleh tingginya residu terlarut 95% dan rendahnya kecepatan aliran air sungai 50% dari perairan sekitar CNV. Kondisi fisik perairan yang demikian menunjukkan perbedaan nyata terhadap perbandingan nitrat dan fosfat (N/P rasio) di RIL dan CNV, yaitu 77,5 dan 51,3. Nilai ini menunjukkan kadar nitrat perairan yang tinggi, dan perairan berada dalam tipe oligotropic. Indeks keragaman jenis plankton di RIL 1,754 dan di CNV 1,682 dengan populasi masing-masing 12.916 individu/liter dan 7.222 individu/ liter. Jumlah plankton ini berkorelasi positif dengan N/P rasio (r = 0,9). Di perairan sekitar DAS areal penelitian terdapat 28 jenis ikan tergolong kedalam 20 genera dan 8 famili. Famili dominan adalah Cyprinidae 57,14%, Bagridae 17,14%, dan Anguillidae 7,14%. Sebagian besar ikan jenis endemik Kalimantan terdapat pula di kedua perairan RIL dan CNV, tetapi jenis yang mempunyai kerapatan dan frekuensi relatif tinggi ditemukan lebih banyak di perairan RIL

    Analisis Rasio Profitabilitas, Likuiditas, dan Solvabilitas dalam Mengukur Kinerja Keuangan pada Koperasi Karyawan BUMN di Palembang Periode 2016-2018 (Studi Kasus Kopkar PUSRI & Kopkar Semen Baturaja)

    Get PDF
    This study aims to analyze the financial performance of PT PUSRI Palembang Employees' Cooperative and the Semen Baturaja Palembang Employees' Cooperative (KOPKAR) using profitability, liquidity, and solvency ratios compared to standard ratios based on State Ministerial Regulations for Cooperatives and Small and Medium Enterprises Republic of Indonesia No.18/Dep.I/XI/2018. This research collected quantitative secondary data obtained from documentation, interviews, and literature studies. The results showed that the profitability level of the Employees' Cooperative of PUSRI and Semen Baturaja in 2016-2018 in terms of net profit margin was poor. In terms of return on assets, the performance of the two cooperatives was poor. In terms of return on equity, the Employees's Cooperative of PUSRI was fair, whereas Employees' Cooperative of Semen Baturaja was poor. The liquidity level of the Employees' Cooperative was fair, and the Employees' Cooperative of Semen Baturaja was good. On the other hand, the level of solvency in 2016-2018, the debt to assets ratio evidenced that both of the employees' cooperative performance was both fair

    Influence of Household Environment and Maternal Behaviors to Upper Respiratory Infection among Toddlers

    Get PDF
    Upper respiratory infection (URI) in developing countries causes high morbidity among toddlers. Indonesia Health Ministry reported that non-pneumonia acute respiratory infection (ARI) increased by 2.6% from 2007 to 2011. Risk factors which may contribute to URI include environment and behavior. This study aimed to investigate environmental and behavioral factors with URI among toddlers. This case control study was conducted on February – April 2015 among toddlers in Tamansari that is a slum area in Bandung City. Case was 55 mothers with toddlers suffering from URI who came to primary health care, meanwhile control was twice bigger than cases selected from the environment and matched for age, sex and nutritional status. Environmental factors were density, humidity, ventilation, temperature and smoke disposal. Meanwhile, behavioral factors were hand-washing, mother’s smoking behavior, the use of mask, vitamin A consumption and exclusive breastfeeding. Results of study showed that environmental factor related to URI was only density with p value = 0.021 and OR = 2.843 (CI 95% = 1.168 – 6.920). None of maternal behavior factor was related to URI. Reducing density is an important and challenging issue in slum area, same as similary health promotion and prevention concerning URI are still necessary to reduce the risk of this disease among toddlers in urban slum area. AbstrakInfeksi saluran pernapasan akut atas (ISPA atas) di negara berkembang menyebabkan morbiditas tinggi pada anak bawah usia lima tahun (balita). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan bahwa ISPAnonpneumonia meningkat 2,6% dari tahun 2007 ke 2011. Faktor risiko yang dapat berkontribusi termasuk lingkungan dan perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki faktor perilaku dan lingkungan dengan ISPA atas pada balita. Studi kasus kontrol ini dilakukan dari Februari-April 2015 pada balita di Tamansari yang merupakan daerah kumuh di Kota Bandung. Kasus adalah 55 ibu dengan balita menderita ISPA atas yang datang ke puskesmas, sedangkan kontrol dua kali lebih besar dari kasus dipilih dari lingkungan dan cocok untuk usia, jenis kelamin, dan status gizi. Faktor lingkungan adalah kepadatan, kelembaban, ventilasi, suhu, dan pembuangan asap. Sedangkan perilaku adalah mencuci tangan, perilaku merokok ibu, pemakaian masker, konsumsi vitamin Adan ASI eksklusif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan yang berkaitan dengan ISPA atas hanya kepadatan dengan nilai p = 0,021 dan OR = 2,843 (CI 95%: 1,168 – 6,920). Tidak terdapat faktor perilaku ibu yang berhubungan dengan ISPA atas. Pengurangan kepadatan merupakan masalah penting dan menantang di daerah kumuh, sama halnya dengan promosi kesehatan dan pencegahan tentang ISPA atas masih penting untuk mengurangi risiko penyakit ini pada balita di daerah kumuh perkotaan

    Kelimpahan Echinodermata Pada Ekosistem Padang Lamun Di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta

    Full text link
    Lamun (Seagrass) merupakan tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal. Kelompok echinodermata dapat hidup menempati berbagai macam habitat seperti zona rataan terumbu, daerah pertumbuhan algae, padang lamun, koloni karang hidup dan karang mati dan beting karang (rubbles dan boulders). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kerapatan lamun, kelimpahan Echinodermata, dan hubungan antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Metode pemetaan lamun untuk menentukan kerapatan lamun yang padat, sedang dan jarang dengan menarik line sepanjang 200 meter sejajar garis pantai dan 100 meter tegak lurus pantai dengan menggunakan kuadran transek berukuran 5 m Ă— 5 m sedangkan kelimpahan Echinodermata dilakukan dengan metode kuadran transek berukuran 1 m Ă— 1 m. Hasil penelitian menunjukkan kerapatan lamun di stasiun A 359 tegakan/m2, stasiun B 179 tegakan/m2, dan stasiun C 83 tegakan/m2. Kelimpahan Echinodermata pada stasiun A 10 ind/75m2, stasiun B 9 ind/75m2 dan stasiun C 21 ind/m2. Terdapatnya hubungan erat antara kerapatan lamun dengan kelimpahan Echinodermata di Pulau Panggang, Kepulauan Seribu, Jakarta. Seagrass is a flowering plant (Angiospermae) that live and grow in a shallow sea. The groups of echinoderms can live to occupy various habitats such as reef zone, algae growth area, seagrass beds, live dead coral colony, coral rubbles and boulders. The purpose of this study were to determine the density of seagrass, abudance of Echinoderms in the Panggang island, Kepulauan Seribu, Jakarta. Seagrass mapping method used to determine the density of seagrass (dense, average and sparse) by appealing a line along 200 meters parallel to the shoreline and 100 meters perpendicular to the coast using 5 m x 5 m transect quadrant, whereas echinoderms abundance counted using 1 m x 1 m transect quadrant. The results showed that density of seagrass at A station is 359 stands/m2, B station is 179 stands/m2, and C station is 83 stands/m2. Abundance of echinoderms at A station is 10 ind/75m2, B station is 9 ind/75m2 and C station is 21 ind/75m2. There is a close correlation between seagrass density with echinoderms abundance in the Panggang island, Seribu islands, Jakarta

    Dampak Fenomena El Nino dan La Nina terhadap Keseimbangan Air Lahan Pertanian dan Periode Tumbuh Tersedia di Daerah Waeapo Pulau Buru

    Get PDF
    Penelitian bertujuan untuk menentukan tahun-tahun kejadian El Nino dan La Nina, menganalisis dampak kejadian El Nino dan La Nina terhadap neraca air lahan, dan menetapkan periode tumbuh tersedia di daerah Waeapo pada berbagai kondisi curah hujan. Analisis data iklim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) pembangkitan data curah hujan; b) analisis curah hujan ekstrim El Nino dan La Nina; c) perhitungan neraca air lahan menggunakan metode Thornthwaite-Mather; dan d) penentuan periode tumbuh tersedia pada berbagai kondisi curah hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode 30 tahun terakhir di Daerah Waeapo sudah terjadi fenomena curah hujan ekstrem kering (El Nino) sebanyak delapan kali, dengan intensitas rata-rata tiga tahun sekali. Dan fenomena curah hujan ekstrem basah (La Nina) terjadi sebanyak enam kali dengan intensitas rata-rata lima tahun sekali. Berdasarkan perhitungan neraca air lahan, pada kondisi curah hujan El Nino terjadi defisit air tanah tahunan sebesar 403 mm atau 172% dari kondisi normalnya, sebaliknya pada kondisi curah hujan La Nina terjadi surplus air tanah tahunan sebesar 775 mm atau 222% dari kondisi normalnya. Ketika terjadi fenomena El Nino periode tumbuh yang tersedia hanya lima bulan (Januari s.d Mei), dan ketika terjadi fenomena La-Nina periode tumbuh berlangsung sepanjang tahun (12 bulan). Kata kunci: El Nino, La Nina, neraca air lahan, periode tumbuh tersedia, Pulau Bur

    Pemanfaatan Ampas Bioetanol dari Kulit Pisang (Musa Sapientum) sebagai Briket

    Full text link
    With the energy crisis in Indonesia in recent years is due to the human need for fuel is increasing, while the supply of oil or natural gas is limited. This causes the cost of fuel energy. In addition to fuel oil and natural gas, timber when done randomly and in large quantities will interfere with the balance of the ecosystem or environmental sustainability. The purpose of this study was to obtain fuel briquettes from waste banana peel pulp bioethanol, as a substitute for fossil fuels. The study was conducted with a variable fixed briquette diameter 1 cm, height 5 cm and a total weight of 22 grams per briquet. While variable is the% change in the composition of the adhesive (25% and 50%) and the type of material that is Ampas bioethanol kepok banana peel and King. Response observed that color, calorific value, long burning fire and the resulting color. The results showed that% moisture content greatly affects the calorific value, long burning time. The calorific value of the greatest and most long ignition time obtained on treatment plantain because it produces a lower water content compared to banana pulp kepok. From the analysis that has been done can be concluded that the briquettes are in accordance with SNI

    Analisis Makna Adverbia Tabi Tabi, Shiba Shiba Dan Yoku Dalam Bahasa Jepang

    Full text link
    Adverbial Tabi Tabi, Shiba Shiba and Yoku have the same meaning, which is a repeatof an event or condition (often). The third adverbial above has different frequencylevels. Adverbial of Tabitabi has higher frequency levels than adverbial ofShibaShiba but adverbial of Tabitabi is lower than adverbial of Yoku. Adverbial ofShibaShiba is the lowest levels of frequency and adverbial of Yoku is the highestfrequency levels
    • …
    corecore