38 research outputs found

    Perancangan Sistem Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Metode Performance Prism (Studi Kasus PT. Pln (Persero) Area Malang)

    Full text link
    Pengukuran kinerja merupakan proses untuk mengetahui kesuksesan yang dicapai organisasi atau individu dalam mencapai tujuannya. Pengukuran kinerja akan bermanfaat bagi banyak organisasi. Salah satu manfaatnya adalah menyediakan suatu pendekatan yang terfokus pada rencana strategis, tujuan dan performansi. Selain itu terdapat pula suatu pelaporan kinerja pada top management. Pengukuran kinerja tingkat korporasi merupakan tolak ukur penting yang dapat menunjukkan bagaimana performansi Perusahaan secara keseluruhan.Pada penelitian ini dilakukan pengukuran kinerja tingkat korporasi Perusahaan yang bertujuan untuk mengetahui nilai performansi Perusahaan secara keseluruhan. Hasilpenelitian menggunakan metode Performance Prism didapatkan nilai indeks total sebesar 8,269 yang masuk dalam katagori hijau, sehingga dapat dinyatakan kinerja Perusahaan secara keseluruhan telah memenuhi performa yang diharapkan. Kata kunci (keywords):Pengukuran Kinerja, Performance Prism, Stakeholder, Objective Matriks, Key Performance Indicato

    Penerapan Lean Manufacturing Menggunakan Wrm, Waq Dan Valsat Untuk Mengurangi Waste Pada Proses Finishing (Studi Kasus Di PT. Temprina Media Grafika Nganjuk)

    Get PDF
    PT Temprina Media Grafika Nganjuk merupakan Perusahaan percetakan yang menghasilkan produk Koran, majalah, buku dan lainnya. Pada proses produksi di Perusahaan masih ditemukan beberapa waste. Untuk mengurangi waste yang terjadi digunakan pendekatan lean manufacturing dengan salah satu tools dalam konsep lean yaitu Value Stream Mapping (VSM) yang bertujuan untuk menggambarkan aliran produk mulai dari masuknya bahan baku sampai produk jadi. Pengidentifikasian waste diawali menggunakan Waste Relationship Matrix (WRM) dan Waste Assessment Questionnaire (WAQ) untuk mengetahui persentase waste yang terjadi. Waste yang diidentifikasi adalah waste dengan peringkat 3 terbesar. Selanjutnya dilakukan pemilihan detailed mapping tools menggunakan Value Stream Analysis Tools (VALSAT). Tools yang dipilih merupakan tools dengan peringkat 2 terbesar. Rekomendasi perbaikan yang diberikan berdasarkan pada analisa waste dengan peringkat 3 terbesar, perhitungan takt time dan detailed mapping tools terpilih. Jadi rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah melakukan kegiatan maintenance yang tepat, membuat checklist untuk setting awal mesin, menerapkan 5S, menambahkan fasilitas kerja berupa lampu, AC, earplug, armada pengiriman dan menambahkan beberapa operator pada stasiun kerja

    Implementasi Total Productive Maintenance Sebagai Penunjang Produktivitas Dengan Pengukuranoverall Equipment Effectiveness Pada Mesin Rotary Kth-8 (Studi Kasus Pt.Indonesian Tobacco)

    Get PDF
    Produsen tembakau iris dihadapi permasalahan downtime mesin yang besar pada mesin Rotary KTH-8 yang berfungsi sebagai pemotong daun tembakau.Downtime mesin yang besar berdampak pada tingkat produktivitas kegiatan produksi dan jumlah produk yang berkualitas.Untuk dapat meningkatkan produktivitas maka dilakukan implementasi Total Productive Maintenance (TPM) dengan pengukuran Overall Equipment Effectiveness (OEE).Langkah yang dilakukan yaitu melakukan pengukuran OEE serta mengetahui faktor terbesar yang mempengaruhi dengan perhitungan six big losses.Setelah itu mendapatkan penyebab permasalahan yang terjadidengan menggunakan fishbone diagram.Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pada Mesin Rotary KTH-8 sebesar 73,456% sehingga masih di bawah standart JIPM sebesar 85%. Faktor terbesar yang mempengaruhi rendahnya nilai OEE adalah performance rate dengan faktor presentase six big losses pada speed losess 71,205% dari seluruh time loss.Hal yang dilakukan untuk mengantisipasi rendahnya nilai OEE pada mesin Rotary KTH-8 yang yaitu dengan diadakannya autonomous maintenance yang diberikan kepada operator.Melakukan training bagi teknisi maintenance serta melakukan pengawasan terhadap operator tentang kebersihan tempat kerja.Menggunakan sistem perawatan preventive maintenance pada komponen knifedrum tepatnya pada tingkat presisi gigi ulir penggerak dengan as drum. Kata kunci (keyword) :Total Productive Maintenance, Overall Equipment Effectiveness, fishbone diagra

    Pengukuran Kinerja Perusahaan Berbasis Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (Kpku) Bumn (Studi Kasus: Perum Jasa Tirta 1 Malang)

    Get PDF
    Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memutuskan untuk membangun dan mengimplementasikan suatu sistem pengelolaan dan pengendalian kinerja BUMN berbasis Kriteria Penilaian Kinerja Unggul (KPKU) yang bertujuan meningkatkan efektifitas dan kapabilitas BUMN secara menyeluruh. Sejauh ini, Perum Jasa Tirta 1 Malang melakukan pengukuran kinerja Perusahaan secara individu dan masih fokus pada satu kategori saja, yaitu kategori Fokus Tenaga Kerja di unit Sumber Daya Manusia. Penelitian dimulai dengan menyebarkan kuesioner berdasarkan enam kategori KPKU. Hasil pengukuran selanjutnya diolah menggunakan Traffic Light System untuk menentukan kategori mana yang perlu mendapatkan perbaikan. Hasil pengukuran kinerja secara keseluruhan dengan metode KPKU BUMN, Perum Jasa Tirta 1 Malang mencapai persentase 70,18%. Hasil persentase Kategori Kepemimpinan sebesar 94,96%; Kategori Perencanaan Strategis sebesar 70,46%; Kategori Fokus pada Pelanggan sebesar 63.15%; Kategori Pengukuran Analisis dan Pengelolaan Pengetahuan sebesar 70.46%; Kategori Fokus pada Tenaga Kerja sebesar 67.08%; Kategori Fokus pada Operasi sebesar 52.56%. Berdasarkan pengukuran kinerja menggunakan KPKU BUMN, Kategori Fokus pada Operasi yang memiliki nilai paling rendah sehingga pihak Perusahaan harus segera melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja Perusahaan

    Analisis Peningkatan Produktivitas Dan Efisiensi Kerja Dengan Penerapan Kaizen (Studi Kasus Pada PT Beiersdorf Indonesia Pc Malang)

    Full text link
    PT Beiersdorf Indonesia merupakan Perusahaan multinasional yang memproduksi Nivea dan Hansaplast. Penelitian ini fokus pada produksi Hansaplast di area manual packing untuk produk HP ASS WR 40 karena belum adanya standarisasi metode kerja dan layout produksi yang belum efisien. Hal ini mengakibatkan output produksi aktual tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan Perusahaan. Permasalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan melakukan penerapan Kaizen. Penerapan Kaizen dilakukan untuk membuat standarisasi elemen kerja yang meliputi perbaikan layout produksi dan penentuan waktu baku agar dapat mengukur adanya peningkatan produktifitas dan efisiensi kerja. Dalam penelitian, Kaizen dibantu oleh beberapa metode seperti siklus PDCA, metode jam henti, metode keseimbangan lini, serta peta tangan kiri dan tangan kanan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan efisiensi kerja dengan terjadinya pengurangan waktu baku sebesar 15.86 detik. Selain itu nilai efisiensi lini perbaikan sebesar 80% dan nilai smoothness index 6.45. Selain itu juga terjadi peningkatan output produksi sebanyak 40 shipping carton

    Analisis Total Productive Maintenance Pada Mesin Carding Cotton Dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. Easterntex - Pandaan)

    Get PDF
    Perawatan yang tepat pada mesin dapat meningkatkan keefektifan penggunaan mesin tersebut serta mengurangi losses. Mesin carding cotton merupakan salah satu mesin yang penting dalam proses produksi benang. Mesin carding cotton memiliki downtime tertinggi sehingga tingkat efektivitas penggunaanya akan dianalisis. Untuk mengukur tingkat efektivitas penggunaan mesin carding cotton digunakan metode overall equipment effectiveness. Overall equipment effectiveness adalah suatu pendekatan untuk menilai tingkat efektivitas penggunaan suatu perlatan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata OEE carding cotton 5 sebesar 63,75%, carding cotton 6 sebesar 68,81% dan carding cotton 12 sebesar 67,32%. Losses yang paling mempengaruhi tingkat efektivitas mesin adalah reduced speed losses pada carding cotton 5 sebesar 151965.22 menit, carding cotton 6 sebesar 165171.31 menit, dan carding cotton 12 sebesar 161184.96 menit. Analisis dilakukan pada komponen mesin carding cotton dengan metode FMEA. Terdapat 2 komponen yang diprioritaskan berdasarkan hasil perhitungan RPN yaitu PLC rusak dan gearbox aus

    Implementasi Teknik Keandalan Untuk Mengoptimalkan Interval Perawatan Pada Sistem Coal Feeder (Studi Kasus: PT. Pjb Up Paiton)

    Full text link
    PT PJB Unit Pembangkitan Paiton merupakan Perusahaan yang memanfaatkan batu bara dan air. Salah satu cara menjaga aset vital Perusahaan adalah dengan melakukan perawatan. Namun, masih sering terjadi kerusakan pada salah satu sistemnya. Frekuensi kerusakan pada mesin Coal Feeder yang menyebabkan kerugian bagi Perusahaan secara finansial dan kapasitas produksinya. Penelitian ini menggunakan metode Reliability Centered Maintenance II (RCM II). Metode ini digunakan untuk menentukan jadwal perawatan dan interval waktu perawatan. Penelitian ini memadukan metode berupa RCM II dan FMEA untuk menilai resiko kegagalan fungsi pada Coal Feeder. Hasil dari penelitian ini diketahui terdapat 18 bentuk kegagalan. Nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi sebesar 15 terdapat pada jenis kerusakan berupa shearpin putus, clean out macet, signal palsu cute plug, belt feeder aus, sirip bet feeder aus, belt feeder robek. Untuk mengantisipasi kegagalan tersebut dilakukan dengan memberikan rekomendasi jadwal perawatan pada mesin Coal Feeder. Solusi perawatan pada mesin Coal Feeder adalah dalam bentuk lembar kontrol. Sedangkan untuk biaya perawatannya berada pada kisaran Rp.3.382,83 - Rp. 240.015,38 pada setiap jenis kegagalan. Peningkatan keandalan pada Coal Feeder antara 1,56% - 57,22%

    Perencanaan Strategi Pemasaran Berdaya Saing Dengan Metode Analisis Swot Dan Ahp (Studi Kasus Pt.xy Malang)

    Get PDF
    PT.XY merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bisnis furniture. Dalam setiap aktivitas bisnis, Perusahaan mempunyai suatu permasalahan pemasaran produk , untuk itu dibutuhkan perencanaan strategi agar kegiatan pemasaran berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui kekuatan, kelemahan. Peluang dan ancaman yang dimiliki Perusahaan dan merencanakan strategi unggulan untuk meningkatkan penjualan produk. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Strengths, Weakness, Opportunities, Threats (SWOT) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui strategi yang paling tepat untuk Perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perusahaan berada pada kuadaran I yaitu Grow and Build dimana terdapat 6 alternatif strategi yaitu strategi intensif (market penetrastion,market development dan product development) atau strategi integrasi (integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal)

    Analisa Desain Eksperimen Pembuatan Batako Berbahan Alternatif Lumpur Lapindo Dan Fly Ash Dengan Metode Taguchi

    Get PDF
    Batako merupakan bahan bangunan alternatif yang tersusun dari komposisi semen, air, dan agregat pengisi yang terdiri dari kerikil dan pasir. Terdapat bahan limbah yang memiliki kesamaan karakteristik dengan bahan baku batako, antara lain lumpur Lapindo yang mirip pasir dan fly ash yang mirip semen. Oleh karena itu diperlukan pengembangan produk batako dengan berbahan alternatif sebagai pengganti bahan utamanya yang memiliki kualitas bersaing dengan batako pada umumnya. Dalam pembuatan batako berbahan alternatif digunakan desain eksperimen metode Taguchi yang merupakan metode perbaikan kualitas dengan melakukan percobaan baru serta penekanan biaya seminimal mungkin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik kualitas kuat tekan pada batako yaitu rasio faktor air-semen, rasio semen-agregat, rasio komposisi semen-fly ash, serta rasio pasir-lumpur Lapindo. Berdasarkan anova menunjukkan dari keempat faktor tersebut yang memiliki pengaruh signifikan yaitu rasio faktor air-semen (F hitung sebesar 18,0899) dan rasio semen-agregat (F hitung sebesar 8,4769), sedangkan faktor rasio komposisi semen-fly ash (F hitung sebesar 1,2233) dan rasio pasir-lumpur Lapindo (F hitung sebesar 1,3077) tidak mempengaruhi kuat tekan batako secara signifikan. Sehingga pembuatan batako dapat mempergunakan fly ash menggantikan semen dan lumpur lapindo menggantikan pasir. Eksperimen konfirmasi menghasilkan kuat tekan batako optimal sebesar 6,8475 Mpa
    corecore