38 research outputs found

    Kedudukan Dan Fungsi Masjid Agung Terhadap Alun-alun Kota Malang

    Full text link
    Identical to any inland cities in Java, Kota Malang also possesses an alun-alun in its downtown, completed with a Jami\u27 Mosque on the west side. This composition clearly shows some features of capital city\u27s typology in Java. Beside the similarity, some differences from the typology are also found in Alun-Alun Malang. The composition of Alun-Alun Kota Malang doesn\u27t put the square as the main orientation of pendopo as the center of the government. Furthermore, the position and function of Jami\u27 Mosque are dynamically follows the existence of Alun-alun Kota Malang which grows simultaneously with the city development. Thus research about the positional and functional relationships between the Jami\u27 Mosque and the Alun-Alun needs to be held. A phenomenological approach is used for this research. Primary data is collected through interview with the users, analysts and observers of Alun-Alun in order to grasp an idea of their assumptions about the mosque\u27s function. Meanwhile, the secondary data is attempted to obtain historical data of Alun-alun Kota Malang, including the establishment and the expansions of Jami\u27 Mosque, especially when it became Grand Mosque of Kota Malang. The data were compared with the phenomenon which occurs at the moment, the desires and the needs of the user community, as well as the sustainability of function and position the mosque as the identity of alun-alun. The findings of this research are the functions of the Grand Mosque are closely related to the phenomenon of the Alun-Alun\u27s development

    Pola Aktivitas Pemanfaatan Ruang Luar Kawasan Wisata Songgoriti Batu

    Full text link
    Kawasan wisata Songgoriti merupakan objek wisata peninggalan abad ke-10 dengan luas lahan sebesar Β±4.5 hektar yang mengalami perkembangan sejak tahun 1984. Dengan berjalannya waktu, kawasan wisata Songgoriti mengalami pertumbuhan dari segi pengunjung, sarana, dan prasarana sehingga terjadi perluasan ruang yang dimanfaatkan untuk beraktivitas. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pola aktivitas pemanfaatan ruang luar pada kawasan wisata Songgoriti dengan keterkaitan pelaku aktivitas, waktu aktivitas, dan ruang aktivitas dengan harapan bahwa hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam pengembangan kawasan kedepannya. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan di ruang-ruang yang ada di kawasan pada hari kerja dan hari libur. Diperoleh kesimpulan berbentuk pola aktivitas pemanfaatan ruang luar kawasan Songgoriti yang menjadi kajian untuk menjelaskan keterkaitan antara pelaku aktivitas, waktu aktivitas, dan ruang aktivitas di kawasan wisata Songgoriti Batu, seperti aktivitas jual-beli yang pemanfaatan ruangnya membentuk pola radial-linier dengan pasar wisata sebagai pusat

    Ruang Bersama Kampung Temenggungan Ledok Malang

    Full text link
    Ruang dipandang hanya sebagai entitas ekonomi, industri, perdagangan dan jasa suatu kota. Ruang-ruang publik keadaannya tidak menemui titik terang, pemerintah sebagai pengelolanya selalu menempatkan sebagai ujung prioritas. Begitu juga pada ruang permukiman Kampung Temenggungan Ledok yang eksis dengan kompleksitas kualitas dan kearifan lokalnya, juga diletakkan di ujung akhir prioritas pengetahuan keruangan, perencanaan wilayah kota dan arsitektur. Dibalik fenomena tersebut, keterbatasan lahan dan setting fisik kampung-kampung kota ternyata masih memiliki eksistensi ruang-ruang sosial-budayanya, ialah ruang bersama. Kompleksitas dan kemajemukan subjek pelakunya, ruang bersama memiliki dinamika dan pola dimana didalamnya sesama warga meningkatkan kualitas daya hidup dengan nilai-nilai kearifan lokal melalui wujud pengelolaannya. Kunci kualitas ruang bersama adalah pengelolaan notion teritorialitasnya, yaitu dari pihak yang mengelola dan bertanggung jawab. Pengembangan komponen unsur pembentuk ruang adalah upaya untuk melestarikan nilai-nilai dalam pengelolaan ruang bersama. Metode pragmatik digunakan dalam pepaduan aspek programatik dan diagramatik komponen ruang. Pada aspek programatik membahas akan aktivitas dan fungsi serta komponen yang dibutuhkan sehingga pembahasan ini mengarah pada struktur tata ruang, pada aspek diagramatik membahas tentang nilai dan ide, yaitu mengarah kepada sistem ruang

    Integrasi Fungsi Wisata Pada Fasilitas Agroindustri (Studi Kasus : Kusuma Agrowisata, Batu Dan Taman Buah Mekarsari, Kab. Bogor)

    Full text link
    Perkembangan sektor pertanian di Indonesia saat ini menjadi pertanian yang multifungsi sehingga dapat disinergikan atau bergabung dengan sektor lainnya, salah satunya adalah sektor wisata atau disebut sebagai agrowisata, Namun keadaan agrowisata belum berkembang secara optimal dengan berjalannya dua fungsi yang berbeda, berdasarkan aspek aktivitas, zonasi, dan sirkulasi dengan studi kasus di Kusuma Agrowisata, Batu, dan Taman Buah Mekarsari, Kab. Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-kualitatif melalui studi kasus. Integrasi fungsi wisata dan agroindustri pada Kusuma Agrowisata dan Taman Buah Mekarsari berdasarkan aspek aktivitas, zonasi, dan sirkulasi berjalan dengan baik dan saling bersinergi antara kedua fungsinya karena terdapatnya pemisah yang baik, yaitu perbedaan waktu pada aktivitas wisata dan agroindustri. Integrasi dibatasi oleh pembatas fisik berupa sirkulasi di dalam perkebunan yang berbeda dan batas – batas pepohonan yang membatasi ruang aktivitas keduanya, aktivitas wisata, dan agroindustri tidak saling mengganggu karena aktivitas agroindustri lebih banyak di perkebunan atau pabrik, di dalam perkebunan pun dibedakan antara zona wisata dan agroindustri

    Revitalisasi Kawasan RW 06 Kelurahan Penanggungan sebagai Kampung Wisata Kerajinan Gerabah

    Full text link
    Adanya indikasi dari kemunduran vitalitas kawasan pada Pusat Kerajinan Gerabah Kelurahan Penanggungan ditandai dengan menurunnya aktivitas bahkan jumlah pengrajin kerajinan gerabah. Adanya kejadian tersebut secara tidak langsung dapat mengancam identitas kawasan sebagai sentral kerajinan gerabah di Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan revitalisasi kawasan pada Kelurahan Penanggungan RW 6 sebagai Kampung Wisata berdasarkan variabel dan kriteria revitalisasi kawasan dengan pendekatan kampung wisata. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif serta pada objek penelitian menggunakan pendekatan kampung wisata yang dijadikan variabel penelitian dari berbagai sumber seperti buku, jurnal peraturan pemerintah dan penelitian terdahulu yang terkait dengan kampung wisata. Tahapan analisa yang dilakukan yaitu terlebih dahulu mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemunduran vitalitas menggunakan pengukuran dengan sistem scorring. Setelah itu menganalisa kawasan kerajinan gerabah dengan pendekatan kampung wisata melalui tiga komponen kampung wisata yaitu aksesibilitas, atraksi dan fasilitas. Hasil analisa tersebut kemudian dilakukan proses sentesis sehingga menghasilkan rekomendasi desain yang layak untuk dilakukan revitalisasi

    Perancangan Galeri Seni Bilah Nusantara Dengan Penerapan Arsitektur Jawa Di Sleman, YOGYAKARTA

    Full text link
    Hampir tidak ada sebuah kawasan negara di dunia ini yang memiliki khazanah senjata berupa bilah tradisional sebanyak di kawasan kepulauan Nusantara – Indonesia. Senjata tradisional Indonesia penuh dengan makna simbol dan memiliki manifestasi kekuatan rohaniah yang sungguh banyak ragamnya, dan fungsinya erat dengan kehidupan sehari-hari. Namun karena kehidupan modern, masyarakat yang berpindah ke perkotaan sudah sangat jarang dan mulai melupakan bilah tradisional yang ada karena kemudahan hidup di perkotaan. Dari sinilah ide untuk membuat sebuah galeri yang mengakomodir pengenalan kembali dan edukasi bagi masyarakat tentang bilah-bilah nusantara yang ada di Indonesia. Kajian ini adalah untuk menghasilkan konsep desain arsitektur dengan penerapan prinsip dan konsep arsitektur Jawa untuk menghasilkan Galeri Seni dan Workshop Bilah Nusantara yang menarik dan informatif. Dasar desain diperoleh dari tipologi wilayah, bertempat di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, maka tipologi Arsitektur Jawa dipakai untuk mendesain bangunan galeri ini. Hasilnya adalah penggunaan zoning dan struktur yang dipakai di bangunan tradisional Jawa: Joglo. Kata kunci bangunan Joglo kemudian disesuaikan dengan kondisi tapak dan wilayah, pengaruh arah mata angin dan arah sinar matahari untuk mendesain kompleks bangunan. Kemudian, standar galeri seni digunakan untuk mendesain alur dan pola sirkulasi pada bangunan Galeri

    Pengembangan Fasilitas Wisata di Kawasan Pantai Pancer Door Kabupaten Pacitan

    Full text link
    Kawasan Pantai Pancer Door ditetapkan sebagai kawasan wisata sejak tanggal 30 Desember 1997 dibawah pengelolaan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan. Rencana pengembangan pantai Pancer Door sebagai kawasan wisata mulai dilakukan oleh pemerintah daerah sejak tahun 2014 melalui penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Pantai Teleng Ria dan Pancer Door Kabupaten Pacitan. Namun hingga saat ini, belum terlihat adanya Perubahan maupun pembangunan yang dilakukan, hal ini tentu tidak sejalan dengan tujuan pengembangan kawasan wisata pantai Pancer Door sesuai yang direncanakan. Salah satu aspek penting yang dapat menarik minat pengunjung untuk datang ke suatu lokasi wisata adalah ketersediaan fasilitas penunjang wisata, sehingga dibutuhkan adanya perancangan bangunan-bangunan fasilitas penunjang wisata di kawasan wisata pantai Pancer Door. Langkah pengembangan yang dilakukan meliputi pengadaan fasilitas akomodasi dan fasilitas penunjang wisata. Pengadaan fasilitas wisata ini didasarkan pada kebutuhan pengunjung yang meliputi kebutuhan akan fasilitas akomodasi, rekreasi dan olahraga. Perancangan dilakukan dengan cara melakukan pemrograman data eksisting, memetakan kebutuhan pengunjung serta meninjau komparasi objek wisata sejenis untuk menentukan kriteria dan konsep desain fasilitas yang akan dibangun. Selain perancangan bangunan fasilitas, juga dilakukan perencanaan lansekap meliputi penentuan zoning, penataan sirkulasi dan ruang terbuka hijau untuk memaksimalkan potensi kawasan wisata

    Konsep Ekologi-teknik Pada Perancangan Resort Di Pantai Sendang Biru Malang

    Full text link
    Pantai Sendang Biru ditetapkan oleh pemerintah sebagai kawasan pariwisatadikarenakan potensi alamnya. Hal ini dapat dilihat dari kondisi topografinya berupakawasan perbukitan, pegunungan, hutan, pantai berpasir putih. Pantai Sendang Biruberada dalam satu kawasan dengan Pelabuhan Perikanan Pondokdadap dan PulauSempu yang terkenal dengan panorama alam yang menarik. Pengembangan danpendayagunaan potensi yang ada belum optimal, hal ini terlihat dari kurangterpenuhinya fasilitas akomodasi bagi wisatawan. Selain itu kegiatan yang ada di pantaidan pelabuhan mengakibatkan pencemaran lingkungan. Hal tersebut menjadi salahsatu penyebab naik turunnya jumlah wisatawan. Oleh karena itu diperlukanpemecahan menggunakan konsep ekologi teknik berkelanjutan. Penelitian inidilakukan melalui survei lokasi untuk mendapatkan data fisik maupun non fisik tapak,sedangkan studi komparatif digunakan sebagai referensi terhadap perancangan.Penelitian mengenai parameter ekologi teknik ini didasarkan pada variabel analisisyang dijadikan dasar dalam konsep perancangan resort di Pantai Sendang Biru Malang.Konsep ekologi teknik diwujudkan melalui organisasi massa bangunan, sistempenghawaan, sistem pencahayaan, pemilihan material, dan sistem sanitasi padaperancangan resort di Pantai Sendang Biru Malang beserta aspek pelengkap yangmempengaruhi didalamnya seperti pemilihan dan peletakan elemen vegetasi. Darikeseluruhan aspek tersebut dapat saling mempengaruhi dan terkait satu sama lainuntuk menghasilkan rancangan resort dengan konsep ekologi-tekni
    corecore