2 research outputs found

    Early Adult Women’s Coping Strategy in Facing Maternal Death

    Get PDF
    This research investigates the issues and coping strategies of early adult women struggling with the death of their mother. It uses case study qualitative approach. The data are collected through semi-structured interviews. Based on narrative analysis of three early adult women, who happened to be the only daughter in the family, and who had had to cope with the loss of their mother, this research revealed several issues faced by the participants, including (1) the difficulty in balancing responsibilities due to dual roles; (2) the unsupportive external environment; (3) the remarriage father; (4) the fear of entering romantic relationships; (5) the financial difficulties; (6) a distant relationship with the father; (7) loss of motivation in academics; and (8) being an only child and not having a partner, leading to feelings of loneliness. Additionally, all participants demonstrated adaptive coping strategies by utilizing a combination of problem-focused coping, emotion-focused coping, and religious/spiritual coping. The use of these adaptive coping strategies enabled the participants to effectively navigate their lives after the death of their mothers

    Implementasi program pengembangan kampung pelangi di Kota Semarang

    Get PDF
    Transformasi Kampung Gunung Brintik menjadi Kampung Wisata Pelangi dimulai melalui inisiasi Pemerintah Kota Semarang sebagai jawaban program kebijakan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang dicanangkan oleh Dirjen Cipta Kerja Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Program KOTAKU memiliki tiga aspek sasaran yaitu pengentasan pemukiman kumuh, menghentikan pemukiman kumuh baru dan mendorong pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan kondisi Kampung Gunung Brintik. Keberlanjutannya sebagai Kampung Wisata Pelangi di dorong salah satu OPD di Kota Semarang yaitu Dinas Pariwisata dan di regulasikan melalui SK Kadisbudpar Nomor B/1442/556/IV/2023 dengan berbagai program. Program Kampung Pelangi bersifat top down meliputi fisik dan non-fisik, serta terdapat tujuan yang diharapkan sesuai dengan kebijakan SK Pokdarwis adalah keberlangsungan Kampung Pelangi sebagai Kampung Wisata ditingkatkan melalui “mitra pemerintah” yaitu Pokdarwis meningkatkan potensi lokal dan bisa bermanfaat bagi peningkatan perekonomian lokal. Terdapat peran Pokdarwis yang sangat penting sebagai mitra pemerintah untuk keberhasilan program. Oleh karena itu, penelitian ini mengkaji proses implementasi program pengembangan Kampung Pelangi dan relasi antar aktor-aktor dalam keberhasilan program melalui teori implementasi kebijakan oleh Merilee S. Grindle. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pada implementasinya, program fisik maupun non-fisik pembangunan kampung pelangi mulanya berjalan di Kampung Pelangi, namun dalam keberlangsungannya pengembangan kampung pelangi tidak berjalan dengan baik karena kurangnya inovasi Pokdarwis dan masyarakat dalam mengembangkan kampung, terdapat permasalahan internal Pokdarwis, kurangnya partisipasi para aktor untuk kembali meningkatkan pengembangan Sumber Daya Manusia di Kampung Pelangi tanpa ada salah satu kepentingan yang mendominasi, Orientasi pola pemikiran masyarakat yang tertuju pada upah, dan minimnya ketebukaan Dinas Pariwisata pada aspirasi masyarakat. Dalam pengembangannya diperlukan strategi untuk menarik para aktor pendukung implementasi yang bisa melibatkan diri dengan mendukung pengembangan SDM masyarakat Kampung Pelangi tidak hanya pada tahap pembinaan namun pada proses pemasaran dan branding yang sangat dibutuhkan oleh para aktor di Kampung Pelangi Kota Semarang
    corecore