5 research outputs found

    Pengetahuan, Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di Kabupaten Sukoharjo

    Full text link
    Penyakit non menular yang cukup mengkhawatirkan masyarakat terutama kaum wanita adalah kanker serviks. Perjalanan penyakit kanker yang sangat lambat sebenarnya pada stadium awal prakanker dapat diketahui dengan melakukan deteksi dini papsmear dan dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Data di rumah sakit Kabupaten Sukoharjo, mulai tahun 2011 sampai 2013 selalu terdapat kejadian kanker serviks meskipun jumlahnya berfluktuatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, deteksi dini papsmear dan vaksinasi HPV dengan kejadian kanker serviks. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan case control study. Populasi adalah seluruh pasien wanita yang tercatat di bangsal VK RSUD Sukoharjo sejak bulan Januari 2012 sampai bulan September 2013 yaitu sebanyak 759 orang. Sampel kasus diambil secara total dari kasus penderita kanker serviks di RSUD Kabupaten Sukoharjo hingga bulan September 2013 sebanyak 32 orang, sedangkan sampel kontrol diambil dengan jumlah yang sama secara simple random sampling dari pasien obgyn yang berada di ruang perawatan Bougenville RSUD Kabupaten Sukoharjo. Analisis data menggunakan uji Chy square dan Fisher Exact dan estimasi nilai OR dengan bantuan program SPSS di laboratorium komputer fakultas ilmu kesehatan Univrsitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perilaku deteksi dini pap smear dengan kejadian kanker serviks, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian kanker serviks, serta tidak ada hubungan antara vaksinasi HPV dengan kejadian kanker serviks. Perilaku deteksi dini dengan papsmear dan vaksinasi belum terbukti sebagai factor pencegah kanker serviks.Saran bagi wanita perlu mencari informasi yang benar tentang kanker serviks sehingga dapat melakukan upaya pencegahan dengan caramenghindari faktor risiko. Bagi petugas kesehatan memberikan sosialisasi tentang kanker serviks kepada masyarakat, agar masyarakat mempunyai pemahaman yang benar, mau melakukan deteksi dini dan melakukan vaksinasi HPV pelayanan kesehatan

    Rancang Bangun Sistem Informasi Rekam Medik Studi Kasus: UPTD Puskesmas Padamara Kabupaten Purbalingga

    Full text link
    Komputer merupakan salah satu teknologi yang dapat mempermudah aktivitas manusia. Agar dapat memaksimalkan penggunaan komputer maka perlu dibuat sebuah sistem yang terkomputerisasi. Begitupun pada UPTD Puskesmas Padamara yang memberikan pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap dan UGD. Sampai saat ini prosedur rekam medik pada UPTD Puskesmas Padamara masih dilakukan dengan manual salah satunya pada prosedur pendaftaran rawat jalan. Data pasien yang akan melakukan pendaftaran dicatat dalam sebuah dokumen yang rentan terhadap kerusakan atau hilangnya data. Selain itu riwayat pasien mulai dari diagnosa, anamnesia, dan terapi juga dicatat dalam dokumen. Pencatatan data pemeriksaan pasien rawat inap masih dilakukan dalam lembaran kertas. Data diarsipkan secara tidak terstruktur, sehingga akan membutuhkan waktu lama ketika melakukan pencarian data dan membuat laporan. Tempat arsip yang tidak dijaga dengan ketat sehingga terdapat kemungkinan pihak yang tidak berwenang mengakses data. Sebagai unit kesehatan yang melayani masyarakat umum, UPTD Puskesmas Padamara membutuhkan sebuah sistem informasi yang dapat mempercepat kinerja dan mengurangi redudansi, hilangnya data dan kerusakan data. Sistem informasi juga dapat mempermudah pengarsipan dan pencarian data serta dapat menghalangi pengaksesan data oleh pihak yang tidak berwenang. Oleh karenanya perlu dibuat sistem informasi rekam medik pada UPTD Puskesmas Padamara. Sistem informasi akan membantu setiap prosesnya dapat berjalan dengan baik dan terstruktur

    Augmented Reality for Health Education's Model to Children with ARI (Acute Respiratory Infection) Culture Based Through Family CENTER Care Approach

    Full text link
    Acute Respiratory Infection is the main problem that always consulted or hospitalization in health care facilities, especially in the child care room. This study aims to identified health education's model to children with ARI (Acute Respiratory Infection) culture based through Family Center Care approach. This method is choosen to indeep interview out at child room in Jember Balung Hospital on may - september 2020. The subjects of the study are amount of eight person involving six nurses and two person from the families of children with ARI. The instruments used by TANNAHILS MODEL. The researcher identified 4 themes as a result of the study then all the themes are explained based on the specific objectives of the study. All the themes have sub-themes with specific categories of meaning.  The results from themes that is identified in the study of interviews with preventive health protection are that each parent is different. One of the results of interviews about educational media that are suitable for the prevention of ARI in children are more often done using without media or “lesan” only when certain conditions use leaflets if needed. However, along with current technological developments, educational media are modified as attractive as possible to increase children's interest, one of which is educational media in the form of Augmented Reality (AR)

    MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

    Full text link
    Media Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini merupakan semua hal yang dapat digunakan sebagai penyalur pesan dari pengirim ke penerima untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat, serta perhatian anak sehingga proses belajar terjadi, selanjutnya media yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik sehingga media yang digunakan dapat memotivasi dan memberikan kemudahan akan pemahaman dari peserta didik, media pembelajaran yang dirancang juga harus menarik perhatian dan memotivasi minat peserta didik

    PENGEMBANGAN MORAL & KEAGAMAAN ANAK USIA DINI

    Full text link
    Pendidikan moral akan berhasil, apabila pendidikan itu dilakukan sesuai dengan tahapan perkembangan moral anak. Dengan kata lain kedua ahli ini mencitacitakan adanya strategi pendidikan moral yang disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan moral anak. Dalam perkembangan moral itu titik heterotomi dan autonomi lebih menggambarkan proses perkembangan dari pada totalitas mental individu. Melalui pergaulannya anak mengembangkan pemahamannya mengenai tujuan dan sumber aturan. Sampai usia tujuh atau delapan tahun anak dikendalikan oleh seluruh aturan. Terhadap aturan yang berasal dari luar,anak belum memiliki pengertian dan motivasi untuk konsisten. Pada tahap autonomi anak menyadari akan aturan dan menghubungkannya dengan pelaksanaannya.tahap berikutnya adalah pelaksanaan autonomi. Pertama-tama moral berkembang melalui adopsi terhadap norma-norma sosial. Dalam pengertian ini anak mengambil norma yang dipakai oleh orang-orang dengan cara mencontoh. Oleh karena itu sebagai seorang guru hendaknya memberi contoh pada muridnya untuk menanamkan norma yang sesuai. Perkembangan moral dapat juga melalui pemahaman terhadap norma. Pengalaman sosial ini didapat melalui interaksi dengan institusi sosial,sistem hukum yang berlaku dan hubungan interpersonal. Agama yang dianut Orang tua berkewajiban menanamkan ajaran-ajaran agama yang dianutnya kepada anak, baik berupa bimbingan-bimbingan maupun contoh implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Keteladanan orang tua dalam menjalankan moral keagamaan merupakan cara yang paling baik dalam menanamkan moral keagamaan anak. Dengan perkembangan moral keagamaan yang baik pada anak sudah barang tentu akan dipengaruhi terhadap budi pekerti atau tingkah laku anak pada masa yang akan datang. Disamping faktor pengaruh keluarga, faktor lingkungan masyarakat dan pergaulan anak juga mempengaruhi perkembangan moral keagamaan anak, pada perkembangannya terkadang anak lebih percaya kepada teman dekatnya dari pada pada orang tuanya,terkadang juga lebih mematuhi orang-orang yang dikaguminya seperti; gurunya,artis favoritnya, dan sebagainya. Keluarga dengan moral keagamaan yang baik dan lingkungan masyarakat yang baik, secara teoritis akan berpengaruh positif terhadap perkembangan moral keagamaan yang baik pada anak
    corecore