26 research outputs found

    Fractura de mandíbula en pacientes parcialmente edéntulos. Alternativa de tratamiento cerrado. Serie de casos

    Get PDF
    For the treatment of mandibular fractures, there are protocols whose primary purpose is early function. However, several reasons prevent the execution of these techniques in Venezuela, mainly due to economic problems regarding the acquisition of specialized osteosynthesis materials. As a result, there is a necessity to resort to old surgical techniques. A study with a descriptive longitudinal design is presented, reporting 5 clinical cases of jaw fractures with the following inclusion criteria: presenting a mandibular fracture in partially dentate patients with impossibility of accessing the osteosynthesis material of the load-bearing system. The treatment conducted under closed surgical procedures. The condition of partial edentulism confers instability to the mandible fracture, hindering anatomical reduction and causing a loss of vertical and transverse dimension. These issues are addressed through the utilization of modified Gunning-type splints, which help in recovery. The splints were maintained in position with circum-mandibular and circum-zygomatic bone suspension wiring as a means to establish stability over time. Satisfactory results were obtained, indicating that these techniques can still be considered as treatment options today.Para el tratamiento de fracturas mandibulares existen protocolos cuyo propósito primordial es la función temprana. Existen diversos motivos por los cuales no se puede ejecutar ciertas técnicas en Venezuela, principalmente por problemas económicos para la adquisición de materiales de osteosíntesis especializados. Por esta razón, se ha recurrido a técnicas quirúrgicas antiguas. Se presenta un estudio con diseño longitudinal de tipo descriptivo, para el reporte de serie de 5 casos clínicos de fracturas de mandíbula, con los siguientes criterios de inclusión: presentar fractura mandibular en pacientes dentados parcialmente con imposibilidad al acceso al material de osteosíntesis del sistema de cargas soportadas. Tratados bajo procedimiento quirúrgico cerrado, la condición de edentulismo parcial confiere a la fractura de mandíbula inestabilidad, dificulta la reducción anatómica, pérdida de dimensión vertical y transversal, las que se recuperan a través de la elaboración de férulas tipo Gunning modificadas. Estas férulas se mantuvieron en posición con alambrados de suspensión ósea tipo circummandibulares y circumzigomáticos, como medios para establecer estabilidad en el tiempo. Se obtuvieron resultados satisfactorios, por lo que, aún hoy en día se pueden plantear como opciones de tratamiento

    Wasiat Wajibah Ahli Waris non Muslim dan Murtad

    No full text
    Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa dasar pertimbangan hakim dari sisi usul fikih dan fikih, khususnya terkait yurisprudensi Mahkamah Agung. Terdapat 6 putusan yang sudah memiliki kepastian hukum dan menjadi yurisprudensi Mahkamah Agung tentang wasiat wajibah, yaitu putusan Nomor. 368K/AG/1995, 51K/AG/1999, 16K/AG/2010, 721K/AG/2015, 218K/AG/2016, 331K/AG/2018. Pada putusan Nomor. 368K/AG/1995 tentang kewarisan anak yang pindah agama, Nomor. 51K/AG/1999 tentang kewarisan anak non-muslim, Nomor. 16K/AG/2010 tentang kewarisan istri non-muslim, Nomor. 721K/AG/2015 tentang kewarisan anak non-muslim, Nomor. 218K/AG/2016 tentang kewarisan beda agama, Nomor. 331K/AG/2018 tentang kewarisan suami murtad. Berdasarkan 6 putusan hakim tersebut, hakim memberikan wasiat wajibah kepada ahli waris yang tidak beragama Islam, dan putusan tersebut sudah menjadi yurisprudensi di Mahkamah Agung. Berbeda dengan apa yang sudah diatur di dalam hukum Islam dan pada Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam, bahwa wasiat wajibah hanya diberikan kepada orang tua dan anak angkat. Tulisan ini menggunakan metode penelitian library research dengan bersumber kepada kitab-kitab, buku, dan putusan hakim. Dalam hal ini, putusan yang ditetapkan oleh hakim dinilai berkesesuaian dengan nilai-nilai keadilan, meski tidak mengikuti aturan yang sudah berlaku sebagai pedoman oleh hakim Pengadilan Agama, yaitu KHI

    METODE HISAB TAKWIM TAREKAT SYATTARIYAH DI MINANGKABAU

    No full text
    Artikel ini berbicara mengenai metode hisab takwim yang digunakan oleh tarekat Syattariyah dalammenentukan awal bulan Hijriah. Perbedaan mendasar metode hisab takwim dengan metode yang diterapkanoleh pemerintah, NU, dan Muhammadiyah adalah metode hisab takwim ini bisa dikatakan masih sangattradisional tidak didasarkan pada perhitungan astronomis sedikitpun.Metode yang diterapkan oleh tarekat Syattariyah di Minangkabau menjadi menarik karena mereka memulaipuasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri selalu terlambat satu atau dua hari dari yang ditetapkan olehpemerintah, sehingga muncul anggapan bahwa metode yang digunakan Syattariyah tidak mempunyai dasar.Oleh karena itu, artikel ini ingin menelusuri metode hisab takwim tarekat Syattariyah tersebut dari segi asalusul, dasar dalil, dan metode penghitungannya yang menyebabkan keterlambatan Syattariyah dalam memulaipuasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri
    corecore