8 research outputs found

    Pendugaan Skala Usaha Usahatani Padi Sawah Dengan Fungsi Keuntungan

    Full text link
    EnglishThis research estimates the short run rice farming returns to scale condition by using Cobb-Douglas profit function model. Size of rice field is assumed as fixed input. Data from six desas in the area of Cimanuk River Basin, West Java, collected by Rural Dynamic Study were analyzed. The analysis was based on the rainy season 1982/1983 data. Results of this analysis show the average size of rice area 0.433 ha has not given a maximum profit yet, and the rice farming activities is at the "increasing returns to scale". The analysis also shows that price of urea, pesticides, size of rice area, and fixed cost were significant (at 1% level) with respect to rice farm actual profit function.IndonesianPenelitian ini menduga kondisi skala USAha USAhatani padi sawah dalam jangka pendek dengan model fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Luas lahan garapan diperlakukan sebagai input tetap. Data yang digunakan adalah data input output USAhatani dari penelitian resurvey yang dilakukan oleh Studi Dinamika Pedesaan (SDP) pada enam desa di wilayah DAS Cimanuk, Jawa Barat. Analisa dilakukan pada musim tanam MH 1982/1983. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa USAhatani dengan luas garapan rata-rata 0,433 ha masih belum memberikan tingkat keuntungan maksimum kepada petani pengelolanya dan skala USAha masih berada pada kondisi "increasing returns to scale". Hasil analisa juga menunjukkan bahwa harga pupuk urea, nilai obat-obatan, luas lahan garapan dan biaya tetap (lain-lain) mempunyai pengaruh yang nyata (∝= 0,01) terhadap keuntungan aktual USAhatani padi

    Penganekaragaman Konsumsi Pangan Di Indonesia: Permasalahan Dan Implikasi Untuk Kebijakan Dan Program

    Full text link
    Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis pencapaian tingkat penganekaragaman (diversifikasi) konsumsi pangan diIndonesiadan permasalahannya serta implikasi untuk Perumusan kebijakan dan program dalam upaya memecahkan masalah tersebut. Data utama yang digunakan dalam tulisan adalah data sekunder dari berbagai instansi terkait. Hasil analisis menunjukkan bahwa upaya penganekaragaman konsumsi pangan sampai saat ini masih belum berjalan sesuai harapan. Pola pangan lokal cenderung ditinggalkan, berubah ke pola beras dan pola mi. Rata-rata kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia juga masih rendah, kurang beragam, masih didominasi pangan sumber karbo-hidrat terutama dari padi-padian. Implikasinya adalah bahwa dalam mengimplementasi kebijakan penganekaragaman pangan diperlukan penjabaran strategi pokok atau elemen-elemen penting terkait dengan kebijakan umum ketahanan pangan. Berbagai strategi yang terkait dengan upaya penganekaragaman konsumsi pangan antara lain adalah (1) Diversifikasi USAha rumahtangga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan produsen, terutama petani, peternak dan nelayan kecil melalui pengembangan USAhatani terpadu; (2) Diversifikasi USAha atau produksi pangan dan diversifikasi konsumsi pangan dilakukan melalui pengembangan diversifikasi USAhatani terpadu bidang pangan, perkebunan, peternakan, perikanan; (3) Pengembangan pangan lokal sesuai dengan kearifan dan kekhasan daerah untuk meningkatkan diversifikasi pangan lokal; (4) Pengembangan sumberdaya manusia di bidang pangan dan gizi dilakukan melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan secara lebih komprehensif

    Struktur dan Distribusi Pendapatan Rumahtangga Petani Lahan Sawah di Jawa dan Luar Jawa

    Full text link
    This article following aim to study (1) structure earnings of farmer household of rice fieldfarm in five kabupaten in Java and two kabupaten Off Java, (2) the earnings distributionand bearing of with ownership distribution of farm, and (3) formulating policy suggestionto improve earnings of household. Research use primary data result of survey of farmerhousehold in MH 2000 / 01, MK I and of MK II 2001. Research result indicate that (1)agricultural sector still contribute more than 60% of earnings of household farmer of ricefield farm in research area, and paddy farming system have compartment around 21 -38% in Java and 23 - 41% Off Java to totalizing earnings of household, and there istendency more and more wide of rice field farm of land holding high more and morelevel earnings of household, (2) distribution earnings of household in Java and Off Javahave heavy Lameness level (Index of Gini >0,5) where mean Lameness level ofhousehold compared to heavier Java Off Java, and ( 3) entry of sector non-agriculture instructure earnings of household farmer of rice field farm have negative diffraction toearnings distribution which for example because of the lowering of accessing householdto sector is non-agriculture. Implication of finding is important allocation priority ofresource of development for relevant agricultural sector still placed forward. Inagricultural sector strives the make-up of earnings related to scale efficiency dominationof farm of land holding, USAge of seed with quality and efficiency marketing and inputoutput. Besides for the reduce of negative diffraction entry of farmer sector to distributionearnings of household in rice field farm area require to be considered to access householdinto the sector through extension of opportunity of job in sector non-agriculture

    Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Rawan Pangan

    Full text link
    Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis permasalahan kerawanan pangan rumah tangga dan alternatif strategi penanggulangannya. Hasil analisis diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengambil kebijakan tingkat pusat maupun daerah dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan dan menanggulangi kerawanan pangan rumah tangga. Data yang digunakan adalah data Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 1996-2005 dari Badan Pusat Statistik. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) proporsi rumah tangga rawan pangan di provinsi-provinsi luar Jawa khususnya wilayah Kawasan Timur Indonesia dan daerah perdesaan relatif tinggi dibanding wilayah Kawasan Barat Indonesia dan derah perkotaan, implikasinya adalah penanganan masalah rawan pangan perlu diprioritaskan pada wilayah-wilayah tersebut agar kesenjangan antara Kawasan Timur dan Barat Indonesia serta kesenjangan desa - kota tidak semakin melebar; (2) perwujudan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, masing-masing tingkatan pemerintahan melaksanakan kebijakan dan program ketahanan pangan dan penanganan masalah kerawanan pangan sesuai dengan mandat dan tupoksinya. Sementara itu, dalam upaya penanggulangan rawan pangan masyarakat diharapkan dapat berperan sesuai dengan kapasitas dan potensinya dan dapat diapresiasikan pada kegiatan pemberdayaan posyandu, dasawisma, kepedulian sosial, kegiatan PKK dan aktifitas sosial keagamaan

    Perkembangan Dan Prospek Kemandirian Pangan Nasional

    Full text link

    Analisis Efisiensi Teknis Produksi Nanas: Studi Kasus Di Kabupaten Subang, Jawa Barat

    Full text link
    EnglishLow productivity of pineapples in West Java Province is mainly due to the unfavorable climate and farmers' inability to adopt the technology fully. Objectives of the study were to analyze of technical efficiency and to examine the determinants of inefficiency by estimating land productivity, ratio of pineapple farm income to labor cost, R/C ratio, age, experience, education, total farmers' household members, membership of farmers' group, and intercropping practice. The study used data collected through a survey from 140 rural households in Subang Regency, West Java Province. Data Envelopment Analysis (DEA) results showed that pineapple production of farmers are technically inefficient with the mean technical efficiency level of 55.2 percent for CRS-DEA, 78.8 percent for VRS-DEA, and 70.4 percent for SE-DEA, respectively. Land productivity, R/C ratio, and farmers' group membership influenced negatively and significantly on inefficiencies. Intercropping practice affected significantly the technical inefficiency of pineapple production. The findings suggested that improving pineapple production is possible by applying monoculture cultivation and supporting farmers' group activities. Fully applied good agricultural practice (GAP) will enhance land productivity and R/C ratio.IndonesianRendahnya produktivitas produksi nanas di Provinsi Jawa Barat umumnya disebabkan faktor iklim dan ketidakmampuan petani untuk menggunakan teknologi seutuhnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis dan untuk menguji faktor yang menentukan inefisiensi teknis dengan mengestimasi produktivitas lahan, rasio pendapatan nanas terhadap biaya tenaga kerja, rasio R/C, umur, pengalaman, pendidikan, jumlah anggota keluarga, anggota kelompok tani, dan pola tanam tumpangsari. Penelitian ini menggunakan data yang didapatkan dari survei 140 rumah tangga petani di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Hasil Data Envelopment Analysis (DEA) menunjukkan bahwa petani tidak efisien secara teknis dalam produksi nanas dengan rata-rata tingkat efisiensi teknis masing-masing sebesar 55,2 persen untuk model CRS-DEA, 78,8 persen untuk model VRS-DEA dan 70,4 persen untuk model SE-DEA. Model regresi Tobit dalam menghitung faktor yang menentukan inefisiensi teknis mengungkapkan bahwa produktivitas lahan, rasio R/C, dan keanggotaan kelompok tani memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan, sedangkan aplikasi pola tanam tumpangsari berpengaruh positif dan signifikan pada inefisiensi teknis produksi nanas. Temuan ini menyarankan produksi nanas di lokasi penelitian akan meningkat secara signifikan dengan mengaplikasikan pola tanam monokultur, mendukung kegiatan kelompok tani, serta meningkatkan produktivitas lahan dan rasio R/C dengan mengaplikasikan GAP sepenuhnya
    corecore