33 research outputs found
Analisis Ekologi Bentang Lahan Pada Rencana Eksplorasi Panas Bumi di Welirang Menggunakan Metode Spatial Landscape Impact Assessment (SLIA)
Sejauh ini pasokan utama energi listrik Indonesia adalah
bahan bakar fosil yaitu sebesar 93,4%, padahal energi fosil
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sehingga
penggunaanya perlu diakhiri. Salah satu alternatif yang cukup
potensial adalah panas bumi, karena Indonesia merupakan
negara terbesar di dunia yang memiliki cadangan panas bumi
sebesar 40% sehingga diperkirakan memiliki daya mencapai 29
Gigawatt. Salah satu lokasi yang potensial adalah Wilayah Kerja
Panas (WKP) Arjuno-Welirang yang terletak di kawasan Taman
Hutan Raya (Tahura) R. Soerjo Mojokerto. Letak WKP yang
berada di dalam kawasan Tahura ini tentu akan berdampak bagi
berbagai komponen lingkungan seperti bentang alam dan
ekosistem di dalamnya dan tidak menutup kemungkinan
mengganggu individu yang hidup di tahura, sehingga perlu studi
untuk mengkaji dampak eksplorasi terhadap komponen bentang
lahan di WKP Arjuno Welirang. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui tingkat dampak rencana eksplorasi terhadap
perubahan bentang lahan di Welirang, mengkaji dampak
terhadap lingkungan akibat perubahan bentang lahan di WKP
Arjuno Welirang, serta menyusun upaya mitigasi dari dampak
yang ditimbulkan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Spatial Landscape Impact Assessment (SLIA), dimana metode ini
merupakan metode analisis berbasis spasial dengan bantuan
Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam pengolahan datanya.ix
Terdapat empat aspek yang akan dikaji yaitu fragmentasi, area
permukaan, reduksi kawasan penting, dan konflik koservasi.
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian data dianalisis
dengan metode SLIA dan diperoleh suatu nilai yang tergolong
pada satu tingkat dampak. Selanjutnya hasil tersebut di analisis
secara deskriptif dan dikaji potensial dampak lain, lalu disusun
upaya mitigasi menggunakan hierarki mitigasi menurut CBSI
untuk risiko dampak di masa yang akan datang. Berdasarkan
analisis menggunakan metode SLIA, tiga aspek yaitu aspek area
permukaan, reduksi kawasan penting dan fragmentasi mendapat
skor 1 dengan perubahan dampak sebesar 113.838,47 m2,
kawasan penting tereduksi 0,1 km2 dan patch yang terbentuk 5
patch. Adapun konflik konservasi memperoleh skor 20 karena
87,88% lokasi proyek berada di dalam kawasan lindung. Dari
hasil tersebut maka diperoleh bahwa rata-rata skor dari 4 aspek
tersebut yaitu 5,75 dan tergolong ke dalam kelas dengan
deskripsi berdampak rendah terhadap komponen bentang lahan.
Dampak yang muncul pada masing-masing komponen
lingkungan bergantung pada jenis kegiatan. Pada komponen
ekologi muncul dampak gangguan vegetasi dan gangguan satwa,
namun tidak terlalu besar mengingat tidak adanya spesies
berstatus konservasi tinggi. Adapun upaya mitigasi yang
diusulkan antara lain memastikan pembukaan lahan dan kegiatan
pembetonan sesuai dengan rencana serta memanfaatkan
infrastruktur yang sudah ada; mempertahankan pohon besar
yang saling berhubungan sebagai jembatan satwa; membatasi
akses keluar masuk proyek; membatasi kecepatan kendaraan di
dalam taman hutan raya; revegetasi lahan dengan menggunakan
vegetasi yang hilang (restorasi), membuatkan habitat baru di
dekat habitat yang lama (offset)
Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji, Kota Batu
Desa Giripurno memiliki jumlah penduduk 11.451 yang terbagi atas 6 dusun
yaitu Dusun Sumbersari, Dusun Kedung, Dusun Krajan, Dusun Sabrangbendo,
Dusun Sawahan, dan Dusun Durek. Saat ini Desa Giripurno sudah memiliki 3
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu di Dusun Durek, Dusun
Sumbersari, dan Dusun Krajan. Sampah dari Desa Giripurno ini dibawa dan
dikirimkan ke TPA Tlekung Kota Batu. Menurut kondisi eksisiting saat ini, TPA
Tlekung ini telah resmi ditutup sementara oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu.
Oleh karena itu, sampah yang dihasilkan oleh suatu desa harus dikelola oleh
masing-masing desa dengan memaksimalkan TPS 3R disetiap wilayah. Tujuan
penelitian ini yaitu mengidentifikasi kondisi eksisting pengolahan dan pewadahan
sampah, mengukur jumlah timbulan sampah dan komposisi sampah, dan
mendesign Tempat Pengolahan Sampah 3R di Desa Giripurno.
Penelitian telah dilaksanakan di Desa Giripurno Kecamatan Bumiaji Kota
Batu pada bulan Oktober 2023 hingga Februari 2024. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Tahapan yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu identifikasi
masalah, studi literatur, pengumpulan data, pengolahan data, dan desain layout..
Data yang telah diperoleh akan dianalisis dan dilakukan perhitungan sehingga
didapatkan desain layout TPS 3R di Desa Giripurno.
Hasil penelitian menujukkan bahwa saat ini TPS yang memiliki sistem
pengolahan adalah TPS Durek, sedangkan sisanya melakukan open burning.
Timbulan sampah rumah tangga 0,645 kg/orang/hari atau 2,508 L/orang/hari.
Timbulan sampah sekolah 0,019 kg/orang/hari atau 0,320 L/orang/hari, fasilitas
umum 0,105 kg/orang/hari atau 2,405 L/orang/hari, dan timbulan sampah
pengepul sayur 0,039 kg/ m2/hari atau 0,172 L/m2/hari. Unit yang direncanakan
dalam TPS3R Desa Giripurno yaitu area penerimaan dan pemilahan, area
penerimaan, pencacahan, pengomposan, dan pengayakan sampah organik, area
penerimaan, pencucian pengeringan, dan pencacahan sampah plastik, kamar
mandi, gudang produk, gudang residu, kamar mandi, pos jaga dan halaman
dengan luas lahan yang tersedia yakni 1.875 m2. Perhitungan BOQ terdiri dari
perhitungan volume pekerjaan pondasi, struktur, dinding, lantai, dan pemasangan
atap.
Timbulan sampah pada tahun 2023 yaitu 0,649 kg/orang/hari atau 2,511
L/orang/hari atau 0,003 m3/orang/hari dengan komposisi sampah dominan adalah
sampah sisa makanan 56,1% dan sampah plastik 20,4%. Luas lahan TPS3R yang
dibutuhkan 1.529,99 m2. Luas sisanya digunakan sebagai operasional dan
sirkulasi udara. Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk membangun TPS3R ini
yaitu Rp1.862.630.375,67
Hubungan Sanitasi Sumur Gali dengan Total Coliform yang Terkandung pada Air Sumur (Studi Kasus: Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang)
Kelurahan Pandanwangi merupakan salah satu kelurahan di Kota Malang yang masih
memanfaatkan sumur gali sebagai salah satu sumber air bersihnya. Berdasarkan data dari
Puskesmas Pandanwangi, tercatat di tahun 2022 terdapat sebanyak 2.884 sumur gali yang
masih aktif digunakan oleh warga Kelurahan Pandanwangi. Namun sangat disayangkan
bahwa sumur gali merupakan salah satu jenis sumur yang mudah terkontaminasi karena
rembesan yang berasal dari saluran pembuangan kotoran manusia ataupun limbah yang
mengendap pada lantai sumur. Selain itu, kondisi fisik dan sumber pencemar di sekitar
sumur sangat mempengaruhi kandungan patogen yang terdapat pada sumur. Tujuan dari
penelitian ini adalah mengidentifikasi kesesuaian sanitasi sumur gali yang ada di Kelurahan
Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang berdasarkan peraturan yang berlaku,
mengidentifikasi nilai Coliform yang terkandung pada air sumur di Kelurahan Pandanwangi
Kecamatan Blimbing Kota Malang, dan menganalisis hubungan antara sanitasi sumur gali
dengan nilai Total Coliform yang terkandung pada air sumur di Kelurahan Pandanwangi
Kecamatan Blimbing Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode observasional
dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik cluster sampling, di mana akan diambil perwakilan pada 10 RW
sebanyak 2 sampel sehingga total sampel yang diperoleh yaitu sebanyak 20 sampel.
Observasi dan pengukuran terkait kondisi fisik sumur gali (dinding sumur, bibir sumur, lantai
sumur, dan penutup sumur) mengacu pada SNI 03-2916-1992 tentang Spesifikasi Sumur
Gali untuk Air Bersih dan ketentuan terkait jarak sumber pencemar dari sumur gali mengacu
pada Kementerian PUPR tentang Panduan Pembangunan Perumahan dan Permukiman
Perdesaan: Sumur Gali. Sementara itu pengujian kandungan Coliform dilakukan dengan
menggunakan metode Most Probable Number (MPN) di Laboratorium Lingkungan Perum
Jasa Tirta, Malang dengan persyaratan batas maksimum kandungan Coliform pada air
bersih sebesar 50 MPN/100 mL yang mengacu pada Permenkes RI No. 416 Tahun 1990
tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 20 sumur gali di Kelurahan Pandanwangi, sumur gali yang memenuhi syarat kondisi
fisik sesuai SNI 03-2916-1992 terkait tinggi dinding sumur adalah sebesar 85%, tinggi bibir
sumur sebesar 15%, ukuran lantai sumur sebesar 50%, dan keberadaan penutup sumur
sebesar 65%. Sementara sumur gali yang memenuhi syarat jarak sumber pencemar sesuai
Kementerian PUPR terkait jarak Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) dari sumur
adalah sebesar 65% dan jarak septic tank dari sumur sebesar 15%. Secara keseluruhan,
sumur gali yang memiliki kategori sanitasi memenuhi syarat adalah sebesar 30%. Terdapat
85% air sumur gali yang melebihi batas maksimum keberadaan bakteri Coliform sesuai
Permenkes RI No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Dari hasil uji statistik menggunakan uji Chi Square alternatif uji Fisher’s Exact, didapatkan
hasil bahwa terdapat hubungan antara tinggi dinding sumur gali dengan Total Coliform pada
air sumur. Selain itu juga didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan antara tinggi
bibir sumur gali, ukuran lantai sumur gali, keberadaan penutup sumur gali, jarak SPAL dari
sumur gali, jarak septic tank dari sumur gali, dan keseluruhan sanitasi sumur gali dengan
Total Coliform
Analisis Aliran Sampah (Material Flow Analysis) dan Potensi Reduksi Sampah di TPS 3R Dadaprejo Mandiri, Kecamatan Junrejo, Kota Batu
Permasalahan sampah merupakan permasalahan lingkungan yang terus meningkat jumlahnya seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Kota Batu terus berupaya untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk TPA dikarenakan TPA di Kota Batu hanya satu dan kapasitas untuk menampung sampah sudah overload. TPS 3R Dadaprejo Mandiri merupakan salah satu fasilitas pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA. TPS 3R Dadaprejo Mandiri mulai beroperasi pada tahun 2015 oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan melayani masyarakat yang berada diwilayah Kelurahan Dadaprejo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktifitas reduksi di TPS dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya terkait pengelolaan sampah.
Timbulan sampah TPS 3R Dadaprejo dihitung dengan metode Load Count Analysis dan dilakukan dalam tiga kali sampling. Berdasarkan hasil sampling dapat diketahui timbulan sampah rata-rata TPS 3R Dadaprejo Mandiri yaitu 5.888,58 kg/hari dan volume timbulan sampah rata-rata 39,26 m3/hari. Faktor yang mempengaruhi perbedaan jumlah timbulan sampah adalah cuaca dan adanya acara yang digelar masyarakat. Komposisi sampah dibagi dalam beberapa jenis sampah mengacu pada SNI-1994-3964-19 diantaranya yaitu sampah organik, kertas, karet, plastik, tekstil, kaca, logam, kayu, dan lain-lain. Komposisi sampah TPS 3R Dadaprejo Mandiri didominasi dari jenis sampah organik dengan persentase mencapai 44,28%. TPS 3R Dadaprejo Mandiri dapat meningkatkan potensi reduksi sebesar 2.245,6 kg atau 38,14% dari total sampah. Berdasarkan Mass Balance Analysis TPS dapat mengurangi sampah sebanyak 9% dengan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu Unilever pada penjualan sampah plastik dan peternak maggot dalam penjualan sampah organik. Perlu adanya penambahan jumlah petugas sampah di TPS dan campaign mengenai pentingnya pemilahan sampah dari sumber untuk mengurangi timbulan sampah. TPS dapat bekerja sama dengan lebih banyak pihak ketiga dan menambah pengepul yang bisa membeli sampah yang masih menjadi residu
Identifikasi Bentuk dan Kelimpahan Mikroplastik pada Saluran Pencernaan dan Daging Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Sungai Kasin, Kelurahan Bareng, Kota Malang
Sampah plastik merupakan salah satu penyebab terjadinya pencemaran pada daratan maupun perairan di Indonesia. Mikroplastik merupakan partikel sampah plastik yang terdegradasi menjadi partikel kecil yang berukuran 0,3 mm hingga ≤ 5 mm. Ukuran yang sangat kecil ini, menyebabkan mikroplastik tidak hanya ditemukan di daratan namun dapat terbawa dengan mudah ke perairan. Mikroplastik yang mencemari perairan Indonesia juga dapat mencemari biota laut atau secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh biota laut. Dalam kasus tersebut, kualitas dari biota perairan dapat menurun dan dapat merusak rantai makanan. Biota perairan yang dikonsumsi masyarakat dapat menyalurkan partikel mikroplastik ke dalam tubuh manusia dan berpotensi menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia. Biota perairan terutama ikan sangat digemari masyarakat indonesia, bahkan tidak sedikit dari masyarakat yang menjadikan ikan sebagai makanan utama sehari-hari. Selain berpotensi membahayakan kesehatan manusia, keberadaan mikroplastik pada saluran pencernaan ikan budidaya dapat bedampak pada pertumbuhan dan reproduksi ikan. Hal tersebut dapat merugikan masyarakat sekitar yang melakukan budidaya pada keramba karena dapat meningkatkan angka kematian pada ikan budidaya. Sungai Kasin merupakan salah satu sungai di Kecamatan Klojen Kota Malang, dimana hampir sebagian Sungai Kasin digunakan untuk budidaya ikan konsumsi dan ikan hias melalui keramba yang kemudian hasil budidaya ikan tersebut didistribusikan untuk dijual kepada masyarakat. Salah satu jenis ikan yang paling banyak dibudidayakan di keramba Sungai Kasin adalah jenis ikan nila, hal ini dikarenakan ikan nila merupakan ikan yang paling banyak diminati masyarakat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kelimpahan mikroplastik pada ikan nila hasil budidaya di Sungai Kasin. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data primer yang digunakan adalah sampel saluran pencernaan dan daging ikan nila di Sungai Kasin yang dibagi menjadi 3 kelas sesuai dengan bobot ikan, sampel air pada 3 titik, dan sampel pakan ikan. Sampel diolah dan diuji di Laboratorium Kualitas Air dan Pengolahan Limbah (KAPL), Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini mengamati mikroplastik yang tersaring pada ukuran 177 μm dan diidentifikasi berdasarkan jumlah, bentuk dan warnanya dengan menggunakan mikroskop Olympus CX33. Hasil penelitian menunjukkan tipe mikroplastik yang ditemukan pada saluran pencernaan adalah fiber (39%), fragmen (40%) dan film (21%) sedangkan pada daging ditemukan fiber (59%), fragmen (5%) dan film (36%). Warna mikroplastik yang ditemukan pada sampel saluran pencernaan adalah transparan (37%), hitam (26%), biru (19%), merah (2%), kuning (3%), dan cokelat (13%) sedangkan pada sampel daging adalah transparan (50%), hitam (4%), biru (32%), merah (5%), dan kuning (9%). Kelimpahan mikroplastik pada saluran pencernaan ikan berkisar antara 0,609 – 1,525 partikel/gr dan pada daging berkisar antara 0,067 – 0,267 partikel/gr
Pemanfaatan Limbah Fly ash dan Bottom Ash Menjadi Biokomposit
Di Indonesia permasalahan limbah sudah menjadi masalah yang harus diselesaikan dikarenakan banyaknya industri yang ada di Indonesia dan jumlah masyarakatnya yang banyak. Salah satu bagian dari limbah B3 adalah limbah fly ash dan bottom ash yaitu limbah yang berasal dari hasil sisa pembakaran batu bara pada pembangkit listrik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat lebih yang dimiliki oleh fly ash dan bottom ash apabila jadikan sebagai bahan baku pembuatan biokomposit dicampurkan dengan bahan aditif berupa sellulosa menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil dari penelitian menemukan bahwa: (1) Karakteristik biokomposit yang tahan terhadap tekanan dan tarikan harus mempunyai daya ikat atau adhesi yang baik khususnya pada material pengisinya, serta materi penguat harus tersebar secara merata dalam susunan komposit. (2) Peran sellulosa pada biokomposit biasa digunakan sebagai materi penguat daripada digunakan sebagai matrik dengan fungsi sering diperuntukkan sebagai bahan biodegradable untuk kepentingan konsumsi maupun medis. (3) Komposisi terbaik yang ditemukan dalam perlakuan adalah S 60 FB 20 untuk hasil uji tekan sebesar 7,07 kgf/m2 atau 17,22% lebih kecil dari materi pembanding yang mempunyai besar nilai uji tekan sebesar 8,54 kgf/m2 sedangkan untuk uji tarik adalah perlakuan S 60 FB 60 dengan nilai uji tarik 0,21 kgf/m2 atau 97,92% lebih kecil dari material pembanding yang memiliki besar nilai uji tarik sebesar 10,23 kgf/m2. Akan tetapi kekuatannya masih jauh lebih lemah dari materi pembanding yang memiliki nilai uji tekan sebesar 8,54 kgf/m2 dan nilai uji tarik sebesar 10,23 kgf/m2
Analisis Keanekaragaman Makroinvertebrata Bentos sebagai Bioindikator Kualitas Sungai Metro Kecamatan Dau Malang
Sungai Metro Kecamatan Dau Kabupaten Malang merupakan salah satu hulu dari Sungai Metro. Sepanjang aliran sungai ini terdapat berbagai kegiatan yang berpotensi mencemari sungai serta mengganggu kehidupan biota akuatik. Salah satu biota akuatik yang akan terganggu adalah kelompok makroinvertebarata bentos yang dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas perairan dan dapat memperkuat penelitian kualitas air berdasarkan parameter fisika dan kimia. Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan, kondisi Sungai Metro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang masih tergolong baik. Tidak ada tanda-tanda pencemaran di badan sungai serta bantaran sungai. Namun, karena di sepanjang aliran sungai terdapat berbagai macam kegiatan manusia, perlu dilakukan penelitian sedini mungkin sebagai data dasar untuk mengontrol kondisi sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kualitas air berdasarkan parameter fisika dan kimia, mengidentifikasi keanekaragaman makroinvertebrata bentos, dan mengetahui hubungan antara keanekaragaman makroinvertebrata bentos dengan parameter fisika dan kimia. di Sungai Metro Kecamatan Dau Kabupaten Malang.
Menggunakan makroinvertebrata bentos sebagai pemantauan kualitas perairan berdasarkan parameter biologi dapat dilakukan dengan metode biolitik. Parameter yang digunakan dalam metode biotilik adalah keanekaragaman jenis famili makroinvertebrata bentos, keanekaragaman jenis EPT (Ephemeroptera, Plecoptera, dan Tricoptera), presentase kelimpahan EPT (Ephemeroptera, Plecoptera, dan Tricoptera), serta indeks biotilik. Identifikasi makroinvertebrata bentos dilakukan hingga ke tingkat famili, kemudian dilakukan penilaian terhadap temuan makroinvertebrata bentos berdasarkan Buku Panduan Biotilik Ecoton. Selain melakukan pengukuran parameter biologi, dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia yang terdiri dari pH, suhu, TSS, BOD, dan COD. Kemudian dilakukan analisis Korelasi Pearson antara keanekaragaman makroinvertebrata bentos dengan parameter fisika dan kimia perairan.
Makroinvertebrata bentos yang terdapat di empat area yaitu area konservasi, pariwisata, perkebunan, dan permukiman dalam penelitian ini adalah terdiri dari 12 famili yang termasuk dalam ordo EPT dan 6 famili yang termasuk ordo non EPT. Tingkat keanekaragaman makroinvertebrata bentos di Sungai Metro, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang termasuk dalam kategori sedang berdasarkan analisa Indeks Shannon-Wienner. Kualitas air ditentukan berdasarkan analisis metode biotilik dan metode indeks pencemaran terhadap peruntukan air kelas II pada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Kedua metode tersebut menunjukkan hasil yang sama yaitu pada area konservasi dan pariwisata memiliki kualitas air yang baik atau belum tercemar. Sedangkan pada area perkebunan dan permukiman memiliki kualitas air yang tercemar ringan. Berdasarkan korelasi antara indeks keanekaragaman makroinvertebrata bentos dengan parameter fisika dan kimia, didapatkan hasil analisa korelasi berlawanan sedang dengan parameter pH serta korelasi berlawanan kuat dengan parameter suhu, TSS, BOD, dan COD
Analisis Daya Dukung Lingkungan Obyek Wisata Bumi Perkemahan Bedengan Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang
Perkembangan pariwisata di Indonesia tumbuh dengan pesat dan menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Namun, perkembangan dan pembangunan obyek wisata sering kali tidak memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan sehingga terjadinya ketidak seimbangan antara kebutuhan lahan wisata dengan ketersediaan lahan di tempat wisata tersebut. Pulau Jawa merupakan pusat pemerintahan sekaligus menjadi salah satu pusat destinasi wisata. Salah satu destinasi objek wisata ternama dikota Malang yang populer dan akesnya mudah dijangkau dari pusat kota adalah objek wisata Bumi Perkemahan Bedengan, terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Merupakan obyek wisata yang sedang dalam perkembangan, Bumi Perkemahan Bedengan sering dijadikan sebagai alternatif wisata keluarga yang edukatif. Dengan semakin berkembangnya obyek wisata Bumi Perkemahan Bedengan menjadikan daya tarik wisata semakin meningkat dan trend kunjungan wisatawan pun meningkat, hal tersebut dapat mempengaruhi kapasitas daya dukung lingkungan yang mampu menampung wisatawan yang datang berkunjung. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai daya dukung lingkungan sehingga dapat dianalisis perbandingan antara daya dukung fisik, daya dukung riil, dan daya dukung efektifnya dan mengevaluasi kesesuaian wisata pada obyek wisata Bumi Perkemahan Bedengan. Analisis yang dilakukan menggunakan metode penentuan daya dukung lingkungan menggunakan 3 faktor penentu, yaitu daya dukung fisik/ PCC (Physical Carrying Capacity), daya dukung rill/ RCC (Real Carrying Capacity), dan daya dukung efektifnya/ ECC (Effective Carrying Capacity) serta perhitungan kebutuhan air di kawasan wisata. Analisis indeks kesesuaian lahan di perhitungkan menggunakan skoring kelas kesesuaian lahan wisata dengan melihat parameter yang sesuai dengan karakteristik obyek wisata yang diamati. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai PCC > RCC dan RCC > ECC sehingga daya dukung lingkungan obyek wisata Bumi Perkemahan Bedengan sudah sesuai dan dikatakan mampu mencakup wisatawan dengan baik. Pada hasil perhitungan indeks kesesuaian lahan wisata untuk kategori kegiatan berkemah menghasilkan nilai sebesar 74% yang masuk dalam kategori kelas kesesuaian lahan S2 (sesuai) dan untuk kategori bersantai sebesar 83% masuk dalam kategori S1 (sangat sesuai) sebagai kawasan wisata
Analisis Kelayakan Usaha Pengolahan Sampah Organik Domestik dengan Pemanfaatan Black Soldier Fly
Berdasarkan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan, pengelolaan sampah
termasuk tiga masalah utama yang dihadapi masyarakat. Kebutuhan akan pengelolaan
sampah terlihat signifikan di Kabupaten Pasuruan. Adapun sampah di Kabupaten
Pasuruan mengandung proporsi sampah domestik dari industri maupun rumah tangga
yang cukup signifikan. Pengelolahan sampah organik melalui black soldier fly (BSF) dinilai
optimal dalam mengolah sampah organik domestik. Adapun usaha pengolahan sampah
organik domestik eksisting dinilai rentan dalam hal daya saing industri. Oleh sebab itu,
analisis kelayakan usaha dinilai vital dalam mengevaluasi bilamana usaha pengolahan
sampah organik dengan BSF layak dijalankan dan menguntungkan. Penelitian ini
ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha pengolahan sampah organik dengan BSF
dari aspek teknis, lingkungan, dan finansial beserta tingkat eko-efisiensinya.
Penelitian ini dilakukan dengan metode komparasi pada dua lokasi usaha
pengolahan sampah dengan BSF di Kabupaten Malang dan Kabupaten Pasuruan.
Analisis dilakukan secara komprehensif dari aspek teknis, aspek lingkungan, aspek
finansial, dan aspek pasar. Analisis teknis meliputi penentuan desain dan kapasitas
produksi. Analisis lingkungan meliputi evaluasi dampak dan kewajiban lingkungan yang
timbul dari usaha. Analisis finansial meliputi estimasi biaya dan analisis kinerja finansial
usaha. Analisis pasar meliputi penentuan harga wajar dan gambaran kondisi persaingan
usaha.
Berdasarkan analisis dari data empiris serta studi literatur pada Best Practice BSF
karya Eawag, dirancang desain usaha pengolahan sampah organik dengan BSF.
Pengolahan sampah organik dengan BSF pada usaha rancangan diproyeksikan mampu
mengolah 9,6 ton sampah heterogen terpilih atau 4,8 ton sampah organik domestik per
bulan di Kabupaten Pasuruan pada lahan produksi seluas 160 m2. Proyeksi 20 tahun
mendatang dilakukan dengan konteks dilakukan pembelian lahan dan pengembangan
skala produksi seluas 300 m2 pada tahun ke-1, ke-6, ke-11, dan ke-16. Berdasrakan
analisis finansial diproyeksikan operasional dari tahun ke-0 hingga tahun ke-20, dengan
suku bunga 10%, didapati IRR sebesar 112,52%; NPV sebesar Rp 4.131.725.471; BEP
tercapai pada tahun ke-0,802; PBP tercapai pada tahun ke-12,28; Net B/C ratio sebesar
88,233; dan ROI sebesar 1802%. Indeks eko-efisiensi bernilai 61% dengan rasio eko efisiensi sebesar 99,79%. Melalui indikator teknis, finansial, dan lingkungan, desain
rancangan usaha pengolahan sampah organik dengan BSF bersifat layak dijalankan
Pengaruh Nutrisi NPK dan Kontak Udara pada Bioremediasi Tanah Tercemar Minyak Bumi Dengan Metode Biostimulasi
Pencemaran minyak bumi pada tanah berpotensi membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan karena mengandung senyawa hidrokarbon. TPH atau Total Petroleum Hydrocarbon merupakan nilai total senyawa hidrokarbon petroleum pada limbah minyak bumi. Minyak bumi yang mencemari tanah top soil berpotensi mencemari air tanah ataupun sumber air untuk kebutuhan rumah tangga atau industri. Senyawa hidrokarbon adalah kontaminan yang sulit diuraikan dan dapat mengganggu ekosistem tanah dan siklus air apabila masuk ke dalam tanah dan terendap sebagai zat beracun sehingga perlu dilakukan penanggulangan.
Metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi pencemaran minyak bumi pada tanah dengan teknik bioremediasi, yaitu pemanfaatan mikoorganisme untuk mendegradasi polutan berbahaya sampai dengan tingkat yang aman bagi lingkungan. Biostimulasi adalah salah satu metode bioremediasi yang dapat dilakukan dengan mikroorganisme pendegradasi minyak asli tanah akan distimulasi dengan pemberian perlakuan atau perubahan dari lingkungan. Faktor yang mempengaruhi proses bioremediasi khususnya pada metode biostimulasi adalah adanya nutrisi dan oksigen untuk mikroorganisme asli tanah. Oleh karena, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan nutrisi dan kontak udara pada proses bioremediasi tanah tercemar minyak bumi. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium di Laboratorium Kualitas Air dan Pengolahan Limbah, Universitas Brawijaya. Bioremediasi tanah tercemar minyak bumi dilakukan dengan metode biostimulasi berupa pemberian perlakuan berupa penambahan NPK sebagai nutrisi dan injeksi udara sebagai pengaruh kontak udara. Hal tersebut dilakukan untuk mempengaruhi laju degradasi senyawa hidrokarbon pada tanah tercemar minyak bumi. Perlakuan pertama berupa pengaruh pemberian konsentrasi pupuk NPK sebagai nutrisi dengan variasi konsentrasi 0%, 10%, dan 25%. Perlakuan kedua berupa pengaruh kontak udara dengan variasi dengan injeksi udara dan tanpa injeksi udara, injeksi udara dibantu dengan aerator menggunakan output 3,5 L/menit. Metode penelitian ini adalah eksperimen menggunakan pendekatan kuantitatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun secara faktorial. Sampel tanah diambil di tambang Geopetroleum Teksas Wonocolo terletak di Desa Wonocolo, Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro dengan metode pengambilan sampel tanah terganggu (disturbed soil sample) menggunakan random sampling atau secara acak pada area pengeboran, penyulingan, dan jalur pengangkutan yang dikompositkan, sampel tanah diambil pada bagian top soil dengan kedalaman 0-30 cm. Parameter penelitian yang diuji antara lain nilai Total Petroleum Hydrocarbon (TPH), kadar air, suhu, pH, dan total koloni mikroorganisme. Nilai TPH diukur menggunakan metode gravimetri mengacu pada US EPA-821-R-98-002, kadar air diukur menggunakan metode gravimetri, suhu tanah diukur menggunakan termometer dan nilai pH diukur menggunakan pH meter. Masing-masing parameter dilakukan pengukuran setiap 7 hari. Untuk total koloni mikroorganisme diukur dengan metode Total Plate Counter (TPC) pada sebelum dan setelah pemberian perlakuan. Data tersebut kemudian dianalisis secara statistika menggunakan uji ANOVA two-ways dengan tingkat signifikasi 5% untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlakuan pemberian nutrisi berpengaruh signifikan terhadap penurunan dan tingkat degradasi kadar TPH pada sampel tanah tercemar minyak bumi dengan degradasi tertinggi terjadi pada pemberian nutrisi pupuk NPK konsentrasi 25% dengan nilai degradasi sampai 44,582%. Perlakuan kontak udara tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan dan tingkat degradasi kadar TPH pada sampel tanah tercemar minyak bumi karena nila signifikasi lebih dari 0,05