52 research outputs found

    Pembuatan Bahan Pelunak Alami Untuk Kompon Karet Melalui Reaksi Hidrogenasi Minyak Jarak Castor

    Full text link
    Bahan pelunak karet merupakan salah satu bahan kimia yang ditambahkan saat pembuatan kompon untuk melunakan karet sehingga memudahkan pencampuran dan mempersingkat waktu pengkomponan. Minyak jarak castor termodofikasi berpeluang dikembangkan sebagai bahan pelunak karet alami yang dapat mensubstitusi bahan pelunak berbasis minyak bumi. Pada penelitian ini dipelajari pembuatan bahan pelunak karet alami dari minyak jarak castor melalui reaksi hidrogenasi. Tahapan dalam penelitian mengikuti alur berikut : 300 ml minyak jarak castor ditambah dengan N2H4 55% dan H2O2 42% pada berbagai konsentrasi setelah suhu reaksi (25oC dan 40oC ) tercapai selama 7 jam. Pada akhir reaksi, air yang terbentuk dipisahkan dari minyak jarak castor terhidrogenasi. Minyak jarak castor terhidrogenasi bebas air kemudian dikarakterisasi. Minyak jarak castor terhidrogenasi dengan spesifikasi terbaik selanjutnya disintesis pada skala yang lebih besar. Hasil percobaan menunjukkan bahwa selama reaksi terjadi Perubahan suhu warna dan fasa, serta timbul buih dan gas. Karakterisasi minyak jarak castor terhidrogenasi mengindikasikan bahwa kondisi optimal reaksi hidrogenasi diperoleh pada konsentrasi N2H4 55% sebesar 2M, H2O2 42% sebesar 0,6M, dan suhu reaksi 40oC. Berdasarkan nilai bilangan iod, minyak jarak castor terhidrogenasi tersebut termasuk dalam bahan pelunak dari golongan minyak nabati terhidrogenasi Tipe II. Diterima : 3 Juni 2013; Direvisi : 1 Agustus 2013; Disetujui : 18 Oktober 2013 How to Cite : Puspitasari, S., & Cifriadi, A. (2014). Pembuatan bahan pelunak alami untuk kompon karet melalui reaksi hidrogenasi minyak jarak castor. Jurnal Penelitian Karet, 32(1), 56-64. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/15

    Implikasi Putusan Makhamah Konstitusi Nomor 85/puu-xi/2013 Terhadap Sistem Penyediaan Air Minum

    Full text link
    This research discusses on the implication of MK Decision number 85/PUU XI/2013 on the drinking water supply sistem. The questions presented are first, what are the consequences of the decision towards the Subordinate Legislation of Law number 7 year 2004 on Water Resources? Second, how is the development of drinking water supply system pre and post the decision? This research is a juridical normativeempirical research. The result shows that the decision tends to cause drawbacks, particularly on the State responsibility on the provision of healthy and clean water for housing supplies. The consequence of this decision is the nullification of Law number 7 year 2004 on Water Resources, thus the reapplication of Law number 11 year 1974 on Irrigation. With this nullification, it is recommended to legislate a new law on water resources that is more comprehensive and accommodative to the people\u27s need IntisariPenelitian ini membahas mengenai implikasi Putusan MK Nomor 85/PUU-XI/2013 terhadap sistem penyediaan air minum. Rumusan masalah yang diambil adalah Pertama, apa konsekuensi Putusan Mahkamah Kontitusi Nomor 85/PUU-XI/2013 terhadap Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air? Kedua, bagaimana pengembangan sistem penyediaan air minum pra dan pasca Putusan Mahkamah Kontitusi Nomor 85/PUU-XI/2013? Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif-empiris. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Putusan MK Nomor 85/PUU-XI/2013 cenderung menyebabkan kemunduran khususnya tanggung jawab Negara dalam penyediaan air minum rumah tangga yang bersih dan sehat. Konsekuensi dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUUXI/2013 adalah batalnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, sehingga Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan berlaku kembali. Dengan adanya konsekuensi tersebut sebaiknya segera dibentuk undang-undang tentang sumber daya air baru beserta peraturan pelaksananya yang lebih komprehensif serta mampu mengakomodir kepentingan rakyat

    Karakterisasi Minyak Jarak Terhidrogenasi Sebagai Bahan Pelunak Karet Alami

    Full text link
    Minyak jarak castor terhidrogenasi diharapkan dapat berfungsi sebagai bahan pelunak karet alami. Bahan pelunak harus memiliki kesesuian yang baik dengan karet agar diperoleh efektivitas pencampuran yang tinggi. Percobaan ini akan mempelajari kinerja dan pengaruh minyak jarak castor terhidrogenasi sebagai bahan pelunak karet alami pada pembuatan kompon karet SIR 20 dan EPDM 6250 terhadap karakteristik vulkanisasi kompon dan sifat fisika vulkanisat karet. Dosis bahan pelunak ditetapkan 10 dan 20 bsk. Kinerja minyak jarak castor terhidrogenasi dibandingkan dengan bahan pelunak komersial golongan parafinik yaitu HVI 60 dan HVI 650. Tahapan dalam percobaan diawali dengan pembuatan kompon, kemudian vulkanisasi kompon dan pengujian sifat fisika vulkanisat karet. Saat pembuatan kompon dilakukan pengamatan terhadap waktu dan konsumsi energi pengkomponan serta persentase kehilangan berat kompon. Hasil percobaan menunjukkan bahwa penambahan minyak jarak castor terhidrogenasi mampu menurunkan waktu dan energi pengkomponan serta persentase kehilangan berat kompon. Pengaruh minyak jarak castor terhidrogenasi pada karakteristik vulkanisasi sangat tampak pada penurunan modulus torsi sebagai akibat terputusnya rantai molekul karet. Penambahan minyak jarak castor terhidrogenasi juga menurunkan kekerasan, kekuatan tarik, dan pampatan tetap tetapi meningkatkan perpanjangan putus dan kekuatan sobek baik vulkanisat karet SIR 20 maupun EPDM 6250. Dengan demikian minyak jarak castor terhidrogenasi dapat digunakan sebagai bahan pelunak karet alami terutama dalam pembuatan kompon karet sintetik EPDM. Diterima : 19 Juli 2013; Direvisi : 27 Agustus 2013; Disetujui : 9 November 2013 How to Cite : Puspitasari, S., & Cifriadi, A. (2014). Karakterisasi minyak jarak terhidrogenasi sebagai bahan pelunak karet alami. Jurnal Penelitian Karet, 32(1), 65-73. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/15

    Sintesis Dan Aplikasi Faktis Coklat Dari Minyak Jarak Pagar (Jatropha Curcas) Pada Pembuatan Vulkanisat Selang Gas Lpg

    Full text link
    Minyak jarak pagar berpotensi digunakan sebagai bahan baku faktis coklat. Faktis coklat disintesis melalui reaksi vulkanisasi minyak nabati dengan sulfur (10-30%) pada suhu 130-150oC. Terbentuknya gel faktis coklat ditandai dengan terjadinya kenaikan suhu reaksi, timbulnya gas H2S, dan Perubahan warna serta fasa pereaksi. Sintesis faktis coklat dilakukan dalam reaktor batch yang dilengkapi dengan pengaduk mekanis, jaket pemanas, dan alat pengendali suhu. Komposisi pereaksi dan kinerja reactor berpengaruh terhadap mutu faktis coklat. Faktis coklat bermutu tinggi akan berfungsi dengan baik sebagai bahan bantu olah kompon karet terutama untuk barang ekstruksi. Penelitian ini bertujuan mempelajari kinerja reaktor dalam pembuatan faktis coklat dari minyak jarak pagar pada skala pilot kemudian mengujicobakan faktis coklat dalam pembuatan selang gas LPG. Penelitian diawali dengan pembuatan faktis coklat dalam reaktor skala pilot berkapasitas 10-15 kg minyak/batch pada berbagai dosis penambahan ZnO. Faktis coklat yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi. Faktis coklat dengan karakteristik terbaik diujicobakan dalam pembuatan kompon dan vulkanisat selang gas LPG. Kompon selang gas LPG diuji karakteristik vulkanisasi sedangkan vulkanisat selang gas LPG diuji sifat fisika berdasarkan SNI 06-7213-2006. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktis coklat dengan spesifikasi mutu terbaik diperoleh pada kondisi reaktor berkapasitas 10 kg minyak jarak pagar/batch dan 0,5 bsm ZnO. Namun faktis coklat tersebut tidak mempengaruhi karakteristik vulkanisasi kompon dan sifat fisika vulkanisat selang karet secara signifikan. Diterima : 12 April 2012; Disetujui : 9 Juli 2012 How to Cite : Puspitasari, S., Jannah, P. U., & Syamsu, Y. (2012). Sintesis dan aplikasi faktis coklat dari minyak jarak pagar (jatropha curcas) pada pembuatan vulkanisat selang gas LPG. Jurnal Penelitian Karet, 30(1), 54-64. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/12

    Kondisi Optimum Reaksi Vulkanisasi Minyak Jarak Kepyar Dengan Sulfur Dalam Pembentukan Faktis Cokelat Bermutu Tinggi

    Full text link
    Manufaktur produk karet diawali oleh pembuatan kompon karet dengan cara mencampurkan karet dengan bahan kimia. Salah satu bahan kimia utama karet adalah bahan bantu olah yang berfungsi untuk mempermudah pencampuran dan distribusi bahan kimia terutama bahan pengisi dalam matriks karet. Faktis cokelat yang dihasilkan dari vulkanisasi minyak nabati dengan sulfur merupakan bahan bantu olah karet yang banyak digunakan dalam industri hilir karet. Dalam reaksi vulkanisasi terjadi pembentukan ikatan silang antar trigliserida dalam minyak nabati yang dijembatani oleh sulfur. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pembentukan faktis cokelat pada skala laboratorium berkapasitas 200 ml/batch dari minyak jarak kepyar sebagai sumber trigliserida yang direaksikan dengan sulfur (23 dan 24 bsm) pada berbagai suhu (150oC, 160oC, dan 170oC). Penentuan kondisi optimum reaksi didasarkan pada hasil karak-terisasi visualisasi fisik dan sifat kimia faktis cokelat yang diperoleh. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kondisi optimal reaksi vulkanisasi pembentukan faktis cokelat tercapai pada suhu 150oC dan penambahan sulfur 24 bsm. Pada kondisi reaksi vulkanisasi tersebut diperoleh faktis cokelat yang memiliki spesifikasi mutu terbaik meliputi kadar ekstrak aseton 52,43%, kadar sulfur bebas sebesar 1,20%, kadar abu 0,11%, dan pH sebesar 6,45 dan derajat ikatan silang 3,2 x 10-4 mol/mL. Faktis ini berwarna cokelat dan bertekstur Kenyal. Mengacu pada sifat tersebut, faktis cokelat yang diperoleh layak dikembangkan pada skala yang lebih tinggi. Manufacture of rubber goods is began with rubber compounding by mixing the rubber with its chemicals including processing aids. The function of processing aids is to facilitate the compounding process. Brown factice from vulcanization of vegetable oil with sulphur, is the most processing aid being used in downstream rubber industry. During vulcanization, the triglyceride content on vegetable oil form crosslink which is bridged by sulphur. The research was aimed to determine the optimum condition of brown factice formation at laboratory scale (200 ml/batch) from castor oil which was reacted with various sulphur concentration (23 and 24 pho) and themperature of reaction (150oC, 160oC, dan 170oC). The determination of optimum condition was based on brown factice characteristic such physical visualization and chemical properties. The result showed that the optimum reaction condition was gained at themperature reaction of 150oC and sulphur concentration of 24 pho. By those condition, the brown factice had 52.43% extract acetone content, 1.20% free sulphur content, 0.11% ash content and pH 6.45 and crosslink density as 3.2 x 10-4 mol/mL. The brown factice also had good brown color and elastic texture. Based on its properties, the brown factice achieved was feasible to be developed at higher scale

    Peningkatan Ketahanan Oksidasi Termal Karet Alam Melalui Reaksi Transfer Hidrogenasi Katalitik Fasa Lateks Menggunakan Senyawa Diimida

    Full text link
    Dalam riset telah dilakukan upaya untuk meningkatkan sifat ketahanan oksidasi termal karet alam melalui mekanisme modifikasi kimiawi lateks karet alam secara transfer hidrogenasi katalitik menggunakan senyawa diimida sebagai donor hidrogen. Senyawa diimida dihasilkan secara insitu dari reaksi oksidasi hidrasin hidrat oleh hidrogen peroksida berkatalis asam borat dan berpenstabil kombinasi larutan surfaktan SLS/PPE. Reaksi transfer hidrogenasi katalitik dijalankan pada skala semi pilot berkapasitas 2,5 kg lateks pekat/batch pada suhu reaksi yang ditetapkan pada 30ºC, 40ºC, dan 50ºC. Lateks karet alam terhidrogenasi yang diperoleh digumpalkan dengan asam format, selanjutnya karet alam terhidrogenasi dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 240 menit. Evaluasi mutu karet alam terhidrogenasi yang dihasilkan dilakukan secara kualitatif menggunakan spektrofotometer FTIR dan uji kuantitatif meliputi uji bilangan iod, derajat hidrogenasi, indeks ketahanan plastisitas, dan kadar zat menguap. Hasil analisis diketahui bahwa suhu reaksi sebesar 30oC dan waktu pengeringan selama 240 jam dianggap sebagai kondisi teroptimal karena menghasilkan karet alam terhidrogenasi dengan nilai indeks ketahanan plastisitas tertinggi sebesar 43,7. Nilai indeks ketahanan plastisitas umumnya digunakan untuk menggambarkan ketahanan oksidasi termal karet alam mentah

    Reaksi Transfer Hidrogenasi Minyak Jarak Kastor Serta Aplikasinya Sebagai Bahan Pelunak Kompon Karet

    Full text link
    Rubber plasticizer is used to improve rubber processability so as to shorten time and reduce energy consumption during compounding. In general, rubber plasticizer is nonrenewable and environmentally harmful petroleum derivatives due to the carcinogenic property. Environmentally friendly plasticizer can be produced by transfer hydrogenation of vegetable oil. The research was aimed to synthesize new rubber plasticizer from transfer hydrogenation of castor oil using diimide compound which was generated in situ by oxidation of hydrazine hydrate and hydrogen peroxide as well as the application of the new rubber plasticizer obtained on natural and synthetic rubbers compounding. The result showed that the optimum condition of transfer hydrogenation was achieved at a capacity of 1000 ml oil/batch, 40oC for 5 hours, and ratio hydrazine hydrate to hydrogen peroxide at 1:2 due to the hydrogenated castor oil (HCO) had the highest degree of hydrogenation and neutral pH. The application of 10 phr HCO had significant effect on the compounding of EPDM 6250 which was shown by shortest time and lowest energy of compounding, and also by the highest minimum torque modulus. In addition, the crosslink density of rubber vulcanizate which was formed during accelerated sulfur vulcanization was affected both by the addition of HCO and the saturation of the rubber being used
    • …
    corecore