8 research outputs found
Pemetaan Distribusi dan Kelimpahan Ikan di Perairan Kalimantan Selatan Menggunakan Teknologi Akustik
Perairan Kalimantan Selatan merupakan wilayah strategis yang berbatasan dengan perairan laut dalam, Selat Makassar dan laut Banda. Penelitian akustik perikanan dilakukan dengan menggunakan echosounder EK500 berfrekuensi 38 kHz pada bulan Nopember 2010. Hasil menunjukkan bahwa kelimpahan akustik perikanan yang direpresentasikan dengan nilai hambur rata-rata SA tertinggi berada di sebelah selatan Pulau Matasiri, dan menurun menuju perairan pesisir Kalimantan Selatan. Tingginya kelimpahan ikan di sebelah selatan Pulau Matasiri ini diduga berkaitan dengan lokasinya yang berbatasan dengan laut terbuka, dimana merupakan batas (front) pertemuan massa air Selat Makassar, Laut Jawa, serta Sungai Barito; dimana aliran massa air yang membawa nutrien tinggi di'segarkan dengan massa air laut dalam. Dugaan panjang ikan di perairan Kalimantan Selatan berada pada kisaran 3,9 hingga 18,6 cm atau berada dalam rentang kuat pantul (target strength) -60,0 hingga -46,5 dB. Presentase kehadiran ikan-ikan berukuran besar (>-57,0 dB) terpantau berada di selatan Pulau Matasiri dan dekat muara Barito, sedangkan ikan berukuran kecil (<-57,0 dB) berada di utara dan barat Pulau Matasiri. Diperoleh juga kesesuaian kelimpahan ikan dengan periodisasi pasang-surut
Peralatan Keselamatan Kerja Pada Perahu Slerek Di PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana, Bali
Fishing is one of the most challenging activities in the world. It is about 80% of ship accidents due to human error. The availability and proper use of safety equipment can minimize the risk. This study aims to identify the suitability of safety equipment used on Slerek boat in PPN Pengambengan, Bali in accordance with International and national standards, and describes the role of relevant institutions to increase the fishermen safety. In this study, we used a survey method, in which focussed on three main aspects including the types of safety equipment, numbers of safety equipment, and the suitability of equipment which must be taken. The lack of equipment and awareness about safety, and do not comply with the national standards for boat less than 24 meters length will directly affect the fishermen safety. The lack of regulations on the small boat safety showed that the fishermen safety in fishing activities in Indonesia have not been considered and there is no clear policy from local and central government
Perbandingan Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stolephorus SP.) Menggunakan Bagan dengan Atraktor dan tanpa Atraktor di Perairan Pangandaran
Ikan teri (Stolephorus sp) adalah ikan pelagis kecil yang hidup di permukaan laut dengan cara bergerombol, baik ketika mencari makan atau bepergian. Salah satu alat tangkap yang cukup efektif untuk menangkap ikan teri yaitu bagan tancap. Bagan dioperasikan pada malam hari menggunakan alat bantu pengumpul berupa lampu celup. Penelitian ini bertujuan memaksimalkan hasil tangkapan ikan teri (Stolephorus sp) dengan bagan tancap dan tambahan alat pengumpul berupa atraktor daun kelapa. Atraktor diletakan di luar bagan untuk menarik perhatian ikan yang bermigrasi baik yang hanya singgah, berlindung atau mencari makan. Metode yang digunakan adalah experimental fishing atau uji coba penangkapan pada alat tangkap bagan dengan 2 perlakuan yaitu bagan dengan tambahan atraktor dan bagan tanpa atraktor. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah atraktor pada bagan tancap dapat menambah hasil tangkapan. Penelitian ini dilaksanakan di pantai timur Pangandaran. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan uji statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil tangkapan selama penelitian menunjukan hasil tangkapan bagan tanpa atraktor sebanyak 245 ekor terdiri atas 6 jenis ikan, sedangkan hasil tangkapan bagan dengan tambahan atraktor sebanyak ±2163 ekor yang terdiri atas 13 jenis dan didominasi ikan teri. Berdasarkan hasil tangkapan kedua bagan menunjukan perbedaan jumlah dan jenis tangkapan yang didominasi oleh bagan dengan tambahan atraktor. Uji statistik RAL menunjukan penambahan atraktor mempengaruhi hasil tangkapan bagan pada penelitian ini
Penilaian Postur Kerja dan Risiko Musculoskeletal Disorders pada Aktivitas Penangkapan Glass Eel
Alat tangkap yang digunakan nelayan glass eel di Muara Sungai Cimandiri adalah seser. Kegiatan penangkapan menggunakan seser masih tergolong tradisional dan sederhana. Penangkapan glass eel menggunakan seser membuat nelayan melakukan aktivitas membungkuk yang cukup lama. Hal tersebut dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs). Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi kondisi postur kerja nelayan glass eel yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal disorders dan mengetahui bagian anggota tubuh nelayan glass eel yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Metode dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara kepada nelayan glass eel mengenai aktivitas penangkapan glass eel. Analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif Nordic Body Map dan analisis Rapid Upper Limb Assessment (RULA) karena kecenderungan penangkapan glass eel terkonsentrasi pada tubuh bagian atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa postur kerja nelayan glass eel saat melakukan penangkapan adalah postur berdiri dan membungkuk. Kategori action level pada aktivitas penangkapan glass eel terendah pada kategori 2 dan tertinggi pada kategori 3. Aktivitas yang memiliki kategori action level 3 pada kedua bagian badan adalah postur menghadang arus dengan seser dan mengambil hasil tangkapan. Keluhan terkait musculoskeletal disorders tertinggi pada kategori sakit pada bagian atas, dirasakan oleh nelayan pada bagian lengan atas kiri dan pada badan bagian bawah dirasakan pada punggung dan pinggang
Analisis Risiko Perencanaan Industri Pengolahan Ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kutaraja
PER.08/MEN/2012 menyatakan bahwa pelabuhan tipe A harus memiliki industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya. Keberadaan industri tersebut berdampak positif bagi masyarakat sekitar dan juga kepada nelayan, dimana hasil tangkapan nelayan selalu laku terjual dikarenakan adanya industri-industri yang membelinya. Hasil survei awal oleh peneliti didapatkan bahwa pihak pengelola pelabuhan sudah merencanakan pembangunan industri pengolahan ikan namun belum adanya kajian yang membahas terkait analisis risiko. Analisis risiko penting dilakukan untuk menghindari terjadinya kerugian berupa biaya, mutu dan waktu pada perencanaan industri. Dalam upaya untuk menghindari hal tersebut, maka tujuan penelitian ini yaitu menetapkan risiko prioritas dalam perencanaan industri pengolahan ikan di PPS Kutaraja. Metode yang digunakan yaitu House of Risk (HOR) untuk menentukan penyebab risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan tindakan mitigasi berdasarkan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) teringgi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 11 penyebab risiko yang menjadi prioritas tertinggi untuk dilakukan mitigasi. Penyebab risiko tertinggi yaitu ketidakcukupan aliran kas (A13) dengan nilai ARP 423 dan nilai kumulatif ARP 11,22%, sedangkan penyebab risiko pada prioritas terendah yaitu kekurangan sarana dan prasarana produksi (A2) dengan nilai ARP 144 nilai kumulatif ARP 76,93%
Penggunaan Umpan Cacing Wak-Wak (Xenosiphon SP.) pada Pancing Ulur yang Dioperasikan Siang Hari di Kecamatan Manggar Pulau Belitung
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi hasil tangkapan ikan, menganalisis pengaruh umpan wak-wak yang dioperasikan siang hari dengan umpan yang biasa nelayan gunakan di Kecamatan Manggar dan menganalisis pengaruh perbedaan waktu penangkapan perjenis ikan dominan. Penelitian ini menggunakan metode uji coba penangkapan (experimental fishing) dengan 20 kali ulangan. Komposisi hasil tangkapan terdiri atas 11 jenis ikan dengan jumlah total 272 ekor yang didominasi oleh ikan kuwe kuning (Caranx bartholomei) sebanyak 68 ekor atau 25%, kunyit (Lutjanus vita) sebanyak 39 ekor atau 14,3%, kurisi (Nemipterus hexodon) sebanyak 36 ekor atau 13,2% dan timun (Lutjanus carponotatus) sebanyak 31 ekor atau 11,4%. Perbandingan hasil tangkapan pancing ulur berbeda pada setiap perlakuan. Pancing ulur dengan menggunakan umpan wak-wak memberikan jumlah hasil tangkapan sebanyak 107 ekor atau 39,34%, umpan cumi-cumi sebanyak 83 ekor atau 30,51% dan umpan ikan juwi sebanyak 82 ekor atau 30,15%. Jenis umpan memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah total hasil tangkapan dengan selang kepercayaan 95%