47 research outputs found

    Hubungan Kelimpahan Fitoperifiton Dengan Konsentrasi Nitrat Dan Ortofosfat Pada Daun Enhalus Acoroides Di Perairan Pantai Jepara

    Full text link
    Padang lamun merupakan tempat naungan, mencari makan dan berkembangbiak berbagai biota air termasuk fitoperifiton. Fitoperifiton mempunyai peranan penting sebagai salah satu penentu produktivitas primer di lingkungan lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kelimpahan fitoperifiton, residu nitrat dan ortofosfat pada daun Enhalus acoroides serta mengetahui pengaruh konsentrasi nitrat dan ortofosfat terhadap kelimpahan fitoperifiton yang terdapat pada daun Enhalus acoroides. Penelitian berlangsung pada bulan November-Desember 2013 di perairan pantai Jepara (Teluk Awur dan Pulau Panjang). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Sampling biota, residu nitrat dan ortofosfat menggunakan metode Saito dan Adobe. Sampel diambil pada lokasi yang berbeda, Teluk Awur dan Pulau Panjang. Masing-masing lokasi ditentukan 2 titik dan di setiap titik dilakukan 3 kali pengulangan. Sampel lamun diambil dengan menggunakan frame kuadran transek berukuran 1 x 1 meter yang didalamnya dibagi kembali menjadi 25 x 50 cm sub kuadran dan setiap pengambilan sampel berjarak 1 meter. Hasil penelitian pada kedua lokasi didapatkan 4 spesies lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium dan Halodule uninervis. Jenis fitoperifiton yang paling banyak ditemukan di kedua lokasi berasal dari kelas Bacillariophyceae. Rata-rata kelimpahan fitoperifiton di Pulau panjang sebesar 49388.82 indvidu/ cm2 sedangkan di Teluk Awur sebesar 32684.56 individu/cm2. Berdasarkan hasil analisis uji regresi dinyatakan bahwa konsentrasi nitrat dan ortofosfat di Teluk Awur tidak berpengaruh nyata terhadap kelimpahan fitoperifiton sedangkan di Pulau Panjang nitrat berpengaruh terhadap kelimpahan fitoperifiton tetapi tidak pada ortofosfat. Seagrass bed is a shelter, feeding and spawning grounds to various biota such as phytoperiphyton. Phytoperiphyton take an important role on the primary production in the water. This study aimed to determine differences between phytoperiphyton abundance, nitrate and orthophosphate residues in the leaves of Enhalus acoroides and also to know the influence of nitrate and orthophosphate concentrations on abundance of phytoperiphyton found in the leaves of Enhalus acoroides. This research was carried out in November-December 2013 at Jepara coastal waters (Teluk Awur and Pulau Panjang). Method used in this research was descriptive. Sampling of biota, nitrate and orthophosphate residues used of Saito and Adobe methods. Samples were taken from two different locations, Teluk Awur and Pulau Panjang. every single station divided into 2 sub stations and there were 3 repetitions on each sub station. Seagrass sample taken using 1 x 1 meter quadrant transect in which divided into 25 x 50 cm sub quadrant sampling within 1 meter. The results at two locations showed 4 seagrass species among others Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Syringodium and Halodule isoetifolium uninervis. The most phytoperiphyton commonly found in both locations is from the class of Bacillariophyceae. Mean abundance of phytoperiphyton in Pulau Panjang 49388.82 indvidu/ cm2 while in Teluk Awur 32684.56 individu/cm2. Based on the results of regression analysis revealed that nitrate and orthophosphate concentration in Teluk Awur has no significant affect to phytoperiphyton abundance while in Pulau Panjang nitrates affected the abundance of phytoperiphyton but not for orthophosphate

    Kesuburan Perairan Berdasarkan Nitrat, Fosfat, Dan Klorofil-a Di Perairan Ekosistem Terumbu Karang Pulau Karimunjawa

    Full text link
    Perairan Pulau Karimunjawa banyak dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan manusia yang tentunya berpengaruh terhadap kesuburan perairan, salah satunya pada ekosistem terumbu karang yang kemudian akan berpengaruh juga pada biota karang yang ada di dalamnya. Kesuburan suatu perairan dipengaruhi oleh unsur hara (nitrat dan fosfat), klorofil-a, serta variabel fisika kimia perairan. Penelitian dilakukan pada bulan November – Desember 2014 di Pulau Karimunjawa, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan NO3, PO4, dan klorofil-a di beberapa wilayah ekosistem terumbu karang Pulau Karimunjawa dan mengetahui keterkaitan antara klorofil-a dengan nitrat dan fosfat. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik purposive sampling. Lokasi sampling ditentukan berdasarkan 3 stasiun dengan aktivitas pemanfaatan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat di stasiun zona inti dan zona budidaya tergolong mesotrofik, sedangkan zona pariwisata tergolong oligotrofik. Berdasarkan kandungan fosfatnya, ketiga stasiun pengamatan tergolong dalam kategori tingkat kesuburan sangat baik sekali. Ketiga stasiun tergolong dalam kategori oligotrofik berdasarkan kandungan klorofil-a. Hubungan antara klorofil-a dengan nitrat lebih kuat daripada klorofil-a dengan fosfat yang dibuktikan pada hasil regresi linear dimana nilai (r) klorofil-a dengan nitrat sebesar 0,995 sedangkan nilai (r) klorofil-a dengan fosfat sebesar 0,143. The marine area in Karimunjawa Island is widely-used for human activities. It influences the marine fertility as well; one of them is on the coral ecosystem which also will influence the coral biota within the area. The fertility of a marine area is also affected by the hara unsure (nitrate and phosphate), chlorophyll-a, as well as the variable of marine's physics and chemist. This research was done on November-December 2014 in Karimunjawa Island, which was aimed to identify the level of fertility based on NO3, PO4, and Chlorophyll-a in the several zone on marine area of coral ecosystem in Karimunjawa Island, and to identify the relationship between Chlorophyll-a with NO3 and PO4. This research used the descriptive method using purposive sampling. The location of sampling was then identified based on 3 stations which have different application activities. The result of the study shows that the marine's fertility based on the nitrate substance in the primary zone station and conservative zone were categorized as mesotropic, while in the tourism zone was categorized as oligotropic. Based on the phosphate substance, those three stations were categorized in the extremely good fertility level. In addition, the three stations were categorized as oligotropic category based on the chlorophyll-a substance. The relationship between chlorophyll-a and nitrate was stronger than the chlorophyll-a and phosphate. It can be proven by using the result of linear regression, where the score (r) of chlorophyll-a and nitrate was as much as 0,995, whereas the score (r) of chlorophyll-a and phosphate was as much as 0,143

    An Investigation on the Non Spesific Immune System (Mucosal) of Tilapia (Oreochromis Mosambicus) Based on Histochemical Analyzes

    Full text link
    Mucus is one of a non-specific defense mechanism, since this is the first element of aquatic organisms, which contact physically, chemically, or biologically with the environment. The mucus self defense mechanism investigation was carried out on fresh water fish tilapia (Oreochromis mosambicus). Eight (8) types of lectine were used to examine residual carbohydrate-based protein from mucous component based on histological and histochemical observation method. The review was directed as basic information for detail review about physiology adaptation aspects. The results showed that mucous in goblet cells from palatal, gills primary lamella, ecophagus and skin reacted with WGA (Wheat Germ Aglutinin) lectine. In another part, mucous from the goblet cells in palatal and esophagus cells reacted with PNA (Peanut Aglutinin). Based on these results, therefore, it can be concluded that mucous from goblet cells in esophagus contains residual of N-asetil glucosamine and/or similar acid β-galactose and α-N-acetyl galactomine. Mucous from goblet cell in palatal contains residual of X-acetyl glucosamine and/or sialat acid and galactose. While mucous in the gills lamella contains carbohydrate residual, namely N-acetyl glucosamine and/or sialat aci

    Studi Kelimpahan Teripang (Holothuriidae) Pada Ekosistem Lamun Dan Ekosistem Karang Pulau Panjang Jepara

    Full text link
    Teripang (Sea Cucumber) merupakan salah satu spesies yang banyak terdapat pada ekosistem lamun dan karang. Menurunnya populasi teripang diduga akan menyebabkan Perubahan lingkungan perairan, oleh sebab itu penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan komposisi jenis, kerapatan relatif teripang, kelimpahan teripang (Holothuriidae) dan komposisi jenis makanan dalam usus teripang pada perairan karang dan lamun di pantai Pulau Panjang Jepara. Penelitian ini dilaksanakan di perairan Pulau Panjang, Jepara pada bulan November tahun 2013. metode pengambilan sampel untuk data penutupan karang menggunakan line transek dan untuk data kerapatan lamun menggunakan kuadran transek. Hasil dari penelitian ini nilai persentase kerapatan lamun di ekosistem lamun terdiri dari Thalassia hemprichii 42.47%, Enhalus acoroides 38.79%, Halodule uninervis 7.00%, dan Syringodium isoetifolium 11.74%. Sedangkan penutupan terumbu karang untuk Karang hidup 0.52%, Karang mati 42.27%, Pecahan karang 30.73% dan Pasir 26.49%. Sedangkan nilai persentase Komposisi jenis teripang (Holothuriidae) di perairan lamun dan karang didapatkan 2 jenis yaitu H. atra dan H. nobilis, dengan kerapatan relatif pada ekosistem lamun H. atra adalah 93.06 % sedangkan untuk H. nobilis di terumbu karang adalah 91.67 %. Kelimpahan teripang pada ekosistem lamun terdiri dari H. atra sebesar 161 individu/150m2 dan H. nobilis sebesar 12 individu/150m2 sedangkan pada ekosistem terumbu karang terdiri dari H. atra 8 individu/150m2 dan H.nobilis sebesar 88 individu/150m2. Komposisi makanan teripang dari jenis H. atra yang didapatkan adalah jenis Nitzchia sp 21.635%, Spirulina sp 11.0578%, Parafavella sp 5.769%. dan butiran pasir sebesar 14.904%, sedangkan H. nobilis adalah Nitzchia sp sebesar 26.415%, Spirulina sp sebesar 10.063%, dan Parafavella sp sebesar 5.031%, dan butiran pasir sebesar 17.610%. Sea cucumbers are mostly found in the seagrass and reefs ecosystems. The research aims to know the composition, relative density, abundance and food composition in the gut of sea cucumber found on the reef and seagrass ecosystems of the Coastal Water of Panjang Island, Jepara. The reseach was carried out at Coastal Water of Panjang Island, Jepara on November 2013. The sampling metode used to collect data on reef cover percentage is line transect and for seagrass density is quadrant transect. Persentage of seagrass density : Thalassia hemprichii 42.47%, Enhalus acoroides 38.79%, Halodule uninervis 7.00%, and Syringodium isoetifolium 11.74%. Coral cover on the reef ecosystem composed of living coral 0,52%, dead reef 42,27%, coral fragments 30,73% and sand 26,49%. There are two kind of sea cucumber from seagrass and reef ecosystem i.e Holothuria atra and Holothuria nobilis. The relative abundance of H.atra was 93.06 % on seagrass ecosystem and H.nobilis on coral reef ecosystem was 91.67 %. Sea cucumber abundance at seagrass ecosystem are H. atra 161 individuals/150m2 and H. nobilis 12 individuals/150m2 while on reef ecosystem abundance of sea cucumber are H. atra 8 individuals/150m2 and H. nobilis 88 individuals/150m2. Food composition in the gut of H. atra are Nitzchia sp 21.635%, Spirulina sp 11.0578%, Parafavella sp 5.769%. and sand 14.904%, while in the gut of H. nobilis are Nitzchia sp 26.415%, Spirulina sp 10.063%, are Parafavella sp 5.031%, and sand 17.610%

    Fluktuasi Bahan Organik Dan Sebaran Nutrien Serta Kelimpahan Fitoplankton Dan Klorofil-a Di Muara Sungai Sayung Demak

    Full text link
    Kegiatan yang terdapat di sekitar muara Sungai Sayung seperti aktivitas manusia, pariwisata, industri rumah tangga, pertambakan, serta jalur pelayaran yang terus berlangsung tanpa pengelolaan yang baik dapat menyebabkan Perubahan kondisi fisika, kimia, biologi sehingga akan berpengaruh terhadap kandungan bahan organik, nutrien, dan kelangsungan hidup organisme di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui fluktuasi dan sebaran bahan organik di muara Sungai Sayung Demak, mengetahui distribusi spasial sebaran bahan organik dan nutiren terhadap kelimpahan fitoplankton, dan mengetahui keterkaitan antara bahan organik terhadap sebaran nutrien dan distribusi nutrien terhadap klorofil-a.Penelitian ini berdasarkan studi kasus dan menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel. Dalam penelitian ini ditentukan lima stasiun pengukuran, dimana pada tiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan. Analisis data bahan organik, nutrien, dan klorofil-a menggunakan metode Regresi Korelasi. Bahan organik dengan nitrat secara linier menunjukkan keeratan yang tinggi dengan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,8209. Hubungan antara bahan organik dengan fosfat mempunyai nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,7804. Distribusi nutrien terhadap klorofil-a menunjukkan adanya gradasi nilai konsentrasi dimana di muara Sungai Sayung lebih tinggi dan akan semakin rendah menuju ke arah laut lepas. Berdasarkan nilai rata – rata klorofil-a yang diperoleh sebesar 1,027 – 1,353 µg/l, perairan muara Sungai Sayung Demak tergolong kedalam perairan yang bersifat Oligotrofik

    Komposisi dan Kelimpahan Larva dan Juvenil Ikan di Sekitar Muara Sungai Tulung Demak

    Full text link
    Fluktuasi kondisi lingkungan hidup yang cukup tinggi di daerah estuari menyebabkan beberapa spesies yang mampu bertahan. Salah satu karakteristik daerah estuari adalah sebagai tempat berkumpulnya bahan organik sehingga daerah ini banyak ditempati oleh mikroorganisme. Komposisi dan kelimpahan larva dan juvenil ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kandungan klorofil-α di perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kandungan klorofil-α di sekitar muara sungai dengan komposisi dan kelimpahan larva dan juvenil ikan. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 – Januari 2015 di muara Sungai Tulung, Demak. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik survey lapangan. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan komposisi dan kelimpahan larva dan juvenil ikan di sekitar muara sungai. Lokasi penelitian dibagi dalam 3 stasiun, stasiun 1 terletak di daerah terluar sungai ke arah laut bagian utara dan selatan, stasiun 2 terletak di dekat pertemuan dua aliran sungai, yakni Sungai Tulung dan Sungai Sier, stasiun 3 terletak dekat dengan daratan dan permukiman warga. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Regresi dan Korelasi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil bahwa komposisi larva dan juvenil ikan sebanyak 7 famili dengan kelimpahan individu sebesar 266 ind/100 m3, antara lain Gobiidae (64,42%), Ambassidae (28,99%), Cynoglossidae (0,65%), Siluridae (4,57%), Eleotridae (0,40%), Labridae (0,34%) dan Engraulidae (0,65%). Kelimpahan larva dan juvenil ikan didominasi oleh famili Gobiidae. Nilai klorofil-α di stasiun 1, 2 dan 3 adalah 0,124 mg/m3; 0,233 mg/m3 dan 0,237 mg/m3 tergolong kategori rendah. Terdapat hubungan yang cukup erat antara kelimpahan larva dan juvenil ikan dengan klorofil-α. High fluctuation of environment condition in estuary cause the some species can hold out. One of characteristic from estuary is place of association organic materials, it cause this area many placed by microorganism. Composition and abundance fish of larvae and juvenile affected by some factors, which one is content of chlorophyll-α in the water. The aim of this research is to know relationship between content of chlorophyll-α in around estuary with compositon and abundance fish of larvae and juvenile. This research was conducted in November 2014 – January 2015 at estuary of Tulung River, Demak. The method used in this research is descriptive with field survey technique. This method was used to describe compositon and abundance fish of larvae and juvenile in estuary. Location of study were divided into three stations, station 1st is located in the outer area of the river toward the sea to the north and south, station 2nd is located near the confluence of two streams, Tulung River dan Sier River, station 3rd is located close to the mainland and residency. Analysis of the data used in this research is Regretion and Correlation Test. Based on the result of research showed that composition of larvae and juvenile are 7 families with abundance of individual amounted to 266 ind/100 m3, included from Gobiidae (64,42%), Ambassidae (28,99%), Cynoglossidae (0,65%), Siluridae (4,57%), Eleotridae (0,40%), Labridae (0,34%) and Engraulidae (0,65%). Abundance fish of larvae and juvenile dominated by the family Gobiidae. Value chlorophyll-α at station 1st, 2nd and 3rd is 0,124 mg/m3; 0,233 mg/m3 and 0,237 mg/m3 relatively low category.There is fairly close relationship between abundance fish of larvae and juvenile with content of chlorophyll-α
    corecore