63 research outputs found

    MERAJUT PLURALISME DI DESA LINGSAR, KECAMATAN LINGSAR, LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT

    Get PDF
    Lingsar village on the island of Lombok is unique. It has two places of worship, a temple and kemaliq, and also perang topat which is respected by the Balinese ethnic of Hindu and Wetu Telu Islam Sasak tribe. This village also has a tradition that unites Hindu and Islam Wetu Telu, in the form of slamatan and a joint funeral. The main reference used in carrying out daily life and tradition by the two ethnic groups, and the two devotees, is to materialize state the pluralist attitude as a pace of mutual respect and tolerance. The purpose of this research is to describe the existence of Hindu and Islam Wetu Telu symbols as a worship media, and to find out society’s perceptions to pluralism in Taman Lingsar temple. This research uses a qualitative method. Primary data were obtained by observation and interviews with village officials, religious leaders, humanists, from the Hindu and Muslim Wetu Telu. Secondary data were collected from library sources. The result informs that the life of people in Lingsar Village is harmonious, with mutual respect, from the perceptions of Hindu and Islam Wetu Telu symbols. These symbols, both physical and nonphysical, are part of a symbol system that builds synergistic relationships, a religious social order between Hindu and Islam Wetu Telu in Lombok. Desa Lingsar di Pulau Lombok memiliki keunikan utama yaitu terdapat dua tempat ibadah, pura dan kemaliq serta perang topat yang dihormati bersama antara umat Hindu dari suku bangsa Bali dan Islam Wetu Telu dari suku bangsa Sasak. Selain itu desa ini juga memiliki tradisi yang menyatukan antara umat Hindu dengan Islam Wetu Telu, yaitu berupa tradisi slamatan dan pemakaman bersama. Rujukan utama yang dipakai dalam menjalankan kehidupan seharihari dan menjalankan tradisi tersebut oleh kedua suku bangsa dan dua umat tersebut, adalah dengan mewujudnyatakan sikap pluralis sebagai langkah saling menghormati dan toleran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keberadaan simbol-simbol agama Hindu dan Islam Wetu Telu sebagai media pemujaan, dan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pluralisme di Pura Taman Lingsar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data primer didapat dengan cara observasi dan wawancara dengan aparat desa, tokoh agama, budayawan, dari umat Hindu dan Islam Wetu Telu. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari sumber-sumber pustaka. Hasil penelitian menginformasikan bahwa kehidupan masyarakat di Desa Lingsar harmonis, dengan saling menghargai dan menghormati satu sama lain, dari hasil persepsi terhadap simbol-simbol agama Hindu dan Islam Wetu Telu. Simbol-simbol tersebut baik berupa fisik maupun non fisik merupakan bagian dari sistem simbol yang membangun hubungan yang sinergis, membangun tatanan sosial religius antara umat Hindu dengan umat Islam Wetu Telu di Lombok

    Arti-makna tokoh pewayangan Mahabrata dalam pembentukan dan pembinaan watak (seri III)

    Get PDF
    Dalam sejarah perjuangan kaum wanita di Indonesia, kita mengenal adanya sederetan tokoh-tokoh seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika dan Rasuna Said. Mereka telah memperjuangkan hak-hak kaum wanita untuk memperoleh pendidikan yang setara dengan kaum pria. Di samping itu, kita juga mengenal tokoh-tokoh wanita yang ikut berjuang untuk merebut kemerdekaan seperti Cuk Nyak Dien, dan Yolanda Maramis. Perjuangan tersebut memacu timbulnya berbagai usaha untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita untuk ikut berkiprah di berbagai bidang kehidupan

    Arti makna tokoh pewayangan mahabharata dalam pembentukan dan pembinaan watak seri III

    Get PDF
    Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat telah melakukan pengkajian naskah-naskah lama di antaranya Arti Malena Tokoh Pewayangan Mahabharata dalam Pembentukan dan Pembinaan Watak Seri III. Nilai-nilai yang terkandung dalam naskah atau dokumen tertulis melalui semua aspek kehidupan budaya bangsa mencakup bidang-bidang filsafat, agama, kepemimpinan, ·ajaran. dan hal lain yang menyangkut kebutuhan hidup. Karena itu menggali, meneliti, dan menelusuri karya sastra dalam naskah-naskah kuno di berbagai daerah di Indonesia pada hakekatnya sangat diperlukan dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

    Perubahan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di daerah penyangga

    Get PDF
    Usaha pembangunan nasional yang makin ditingkatkan adalah suatu usaha yang berencana untuk meningkatkan taraf kesejahte raan hidup dan kehidupan warga masyarakat Indonesia . Usaha pembangunan semacam ini pada dasarnya bukanlah usaha yang mudah diterapkan. Berbagai persoalan dan kesulitan yang muncul dan dihadapi dalam penerapan pembangunan ini, antara lain berkaitan erat dengan kemajemukan masyarakat di Indonesia. Kemajemukan masyarakat Indonesia yang antara lain ditandai oleh keanekaragaman suku bangsa dengan berbagai budayanya merupakan kekayaan nasional yang perlu mendapat perhatian khusus. Kekayaan ini mencakup wujud-wujud kebudayaan yang didukung oleh masyarakatnya. Setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai budaya khas yang membedakanjati diri mereka dari suku bangsa lain . Perbedaan ini akan nyata dalam gagasan-gagasan dengan hasil-hasil karya yang akhirnya dituangkan lewat interaksi antar individu. clan antarkelompok

    Pola hubungan ketetanggaan pada masyarakat kota (studi kasus di rumah susun menanggal, Surabaya)

    Get PDF
    Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa dengan adanya orang lain, kecuali untuk jangka waktu dan ruang tertentu,manusia membutuhkan kehidupan dirinya sebagai makhluk individu. Dalam pidato yang berjudul On Social Structure (1939), Radcliffe Brown mengusulkan untuk membedakan antara individu (individual) dengan person. Individu adalah manusia sebagai organisme, dan person adalah orang yang mempunyai kedudukan dalam struktur sosial. Dalam kehidupannya sebagai warga masyarakat, setiap orang (person) terjerat dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya.Masing-masing struktur sosial tersebut mengatur kedudukannya dalam kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari orang-orang lainnya yang secara keseluruhannya memperlihatkan corak tertentu yang berbeda dari struktur sosial lainnya. Corak dari suatu struktur sosial ditentukan oleh konfigurasi dari kegiatan- kegiatannya. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukan-kedudukan tersebut (Suparlan, 1986)

    Arti dan Makna tokoh pewayangan Mahabrata dalam pembentukan dan pembinaan watak (seri I)

    Get PDF
    Mahabharata adalah sebuah sastra sepanjang jaman. Isinya membuat orang tak habis-habisnya tercengang-cengang. Karya sastra itu bukan hanya milik orang India, juga bukan milik orang yang memeluk agama Hindu, melainkan milik dunia. Siapa saja berhak mempelajarinya, bahkan ada sementara orang yang merasa baru menemukan kemarin. Khusus bagi orang Bali, Jawa dan Sunda, Mahabharata sudah tidak asing lagi. Hal ini disebabkan keseluruhan isi ceritanya mempunyai kedekatan psikologis dengan budaya Jawa, Sunda dan Bali. Tokoh-tokoh Mahabharata telah lama 'dihidupkan' dalam pewayangan. Bahkan untuk sebagian orang, tokoh-tokoh dalam Mahabharata, seperti Pendawa lima dijadikan idola dalam kehidupan mereka. Para orang tua tidak jarang memberikan nama kepada anaknya dengan mengambil nama dari tokoh wayang seperti Parasara, Bhisma, Satyawati, Wyasa, Dwijakangka, Yudhistira, Bima dan lain-lain

    Dampak pariwisata terhadap masyarakat sekitarnya

    Get PDF
    Buku ini berisi tentang dampak pariwisata terhadap masyarakat sekitarnya. Pariwisata ini sebenamya tidak hanya akan mendatangkan tu-ris dari luar negeri saja tetapi juga turis-turis domestik, baik untuk obyek wisata alam maupun obyek wisata budaya. Bagaimanapun dengan adanya pariwisata ini akan membuka sejumlah arena sosial yang memungkinkan orang untuk berinteraksi, tukar menukar pengalaman, pemikiran dan pengetahuan

    Karakter tokoh pewayangan Mahabrata Seri II

    Get PDF
    Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Pusat telah melakukan pengkajian naskah-naskah lama, di antaranya Karakter Tokoh Pewayangan Mahabrata II. Nilai-nilai yang terkandung dalam naskah atau dokumen tertulis meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa mencakup bidangbidang filsafat, agama, kepemimpinan, ajaran, dan hal lain yang menyangkut kebutuhan hidup . Karena itu, menggali, meneliti, dan menelusuri karya sastra dalam naskah-naskah kuno di berbagai daerah di Indonesia pada hakekatnya sangat diperlukan dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya

    Nilai budi pekerti dalam Pantun Melayu

    Get PDF
    Bagi.an Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan telah mengkaji dan menganalisis naskahnaskah lama di antaranya naskah dari daerah/masyarakat pendukung Kebudayaan Melayu yang berjudul Nilai Budi Pekerti Dalam Pantun Melayu isinya tentang Pantun Anak dan Pantun Orang tua dan kajian tentang tipe pembinaan Kebudayaan pada masyarakat Melayu dan keluarga sebagai wahananya. Nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah ini adalah nilai moral dan budi pekerti yang menjadi kerangka acuan masyarakat Melayu dalam mendidik anak menjadi manusia yang sesuai dengan harapan orang tua yakni berbudi pekerti luhur yang dapat menunjang pembangunan, baik fisik maupun spirituil

    Pengetahuan, sikap, kepercayaan dan perilaku budaya tradisional pada generasi muda di kota Denpasar

    Get PDF
    Pengetahuan tentang budaya tradisional yang dimiliki generasi muda(para siswa)di Kodya Denpasar sangat dipengaruhi oleh lembaga non formal seperti keluarga, banjar, dan sekaa-sekaa.Sedangkan lembaga formal yakni pemerintah dan sekolah-sekolah.Untuk mendapatkan pengetahuan lainnya, para siswa mempunyai kebiasaan dengan cara mendengarkan siaran radio, menonton televisi dan membaca media seperti surat kabar, majalah, buletin dan sejenisnya. Pada dasarnya generasi muda(para siswa)sekarang ini masih mencintai dan menghargai budaya daerah.lni terbukti dari kebiasaan para siswa menonton pagelaran seni tradisional, animonya terhadap peninggalan-peninggalan sejarah (cagar budaya), menyukai pengarang-pengarang novel dalam negeri, musik dalam negeri, lagu-lagu yang berbahasa Indonesia, menyukai produk-produk pakaian buatan Indonesia
    corecore