37 research outputs found

    Pengaruh Cara Pengawetan terhadap Komposisi Kimia dan Efisiensi dalam Bentuk Hay dan Silase pada Daun 16 Provenan Gamal (Gliricidia Sepium)

    Full text link
    RINGKASAN Percobaan yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh cara pengawetan terhadap kandungan zat-zat makanan dan efisiensinya pada daun 16 provenan gamal telah dilaksanakan selama 3 bulan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas 3 perlakuan pengawetan (gamal segar, gamal hay, dan gamal silase) dan 3 blok sebagai ulangan. Setiap perlakuan terdiri atas 16 provenan, yaitu 6 dari Mexico (M), 4 dari Guatemala (G), dan satu provenan masing-masing dari Colombia (C), Indonesia (I), Nicaragua (N), Panama (P), Costa Rica (R), dan Venezuela (V). Sampel setiap daun (helai dan tangkai) provenan sebelum dan setelah diawetkan dianalisis kandungan zat-zat makanannya dan dihitung efisiensinya setelah dibuat hay dan silase. Kandungan DM dan CP dari hay adalah tertinggi (P<0,05) jika dibandingkan dengan gamal segar dan gamal silase, sedangkan kandungan GE gamal hay terendah (P<0,05). Kandungan OM gamal silase terendah (P<0,05) jika dibandingkan dengan gamal segar dan gamal hay. Efisiensi GE adalah sama (P>0,05) setelah diawetkan menjadi hay dan silase, sedangkan efisiensi DM, OM, dan CP dari hay lebih tinggi (P<0,05) daripada silase. Provenan P13, R12, dan M34 mengandung zat-zat makanan lebih tinggi; sementara provenan G14 dan G17 lebih efisien bila diawetkan dalam bentuk hay dan silase. Pada pertanian lahan kering pengawetan gamal dalam bentuk hay lebih efektif dan efisien jika dibandingkan dengan dalam bentuk silase

    Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi Dalam Ransum Untuk Turunkan Akumulasi Lemak Dan Kolesterol Tubuh Itik

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan ampas tahu terfermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae dalam ransum terhadap akumulasi lemak dan kadar kolesterol dalam tubuh itik Bali umur 6-12 minggu. Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan tiga ekor itik Bali jantan umur 6 minggu dengan berat badan homogen. Ransum yang diberikan pada itik selama periode penelitian disusun isoprotein (CP:16%) dan isoenergi (2900 kkal ME/kg). Keempat perlakuan yang dicobakan, yaitu itik yang diberi ransum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (B); ransum dengan penggunaan 20% ampas tahu terfermentasi (C), dan ransum dengan penggunaan 30% ampas tahu terfermentasi (D) dengan Saccharomyces cereviseae. Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, yaitu konsumsi ransum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, feed conversion ratio (FCR), berat karkas, persentase karkas, lemak abdominal, dan kadar kolesterol darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 10-30% ampas tahu terfermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae dalam ransum ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum tetapi secara nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan berat badan, karkas, dan efisiensi penggunaan ransum, serta secara nyata (P<0,05) menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol serum darah itik. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 10-30% ampas tahu terfermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae dalam ransum dapat meningkatkan penampilan itik Bali jantan umur 6-12 minggu, serta menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol serum darah itik

    Profil Asam Lemak Daging Babi Bali Asli dan Babi Landrace

    Full text link
    Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan profil lemak hewani dari dua jenis daging babi daribangsa (breed) yang berbeda yaitu babi Bali asli (babi lokal) dan babi landrace (babi ras). Penelitian ini dilaksanakandengan mengambil beberapa sampel daging babi Bali dan babi Landrace. Daging yang diambil bersumber daridaging yang dijual di Rumah Potong Hewan Tradisional yang berlokasi di Banjar Pegending, Desa Dalung KutaUtara. Selanjutnya sampel daging dianalisis profil asam lemaknya dengan metode Gas Cromatografi di LaboratoriumTerpadu IPB Bogor. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa profil asam lemak penyusun daging babi Bali aslimaupun daging babi landrace terdiri dari 10 asam lemak jenuh (Saturated Fatty Acids/SFA) yaitu asam caprik,asam laurat, asam miristat, asam pentadecanoat, asam palmitat, asam heptadecanoat, asam stearat, asam arachidat,asam behenik, asam caprilic, empat jenis asam lemak tidak jenuh tunggal (Mono Unsatured Fatty Acids/MUFA)yaitu asam palmitoleat, asam oleat, asam erucic, asam eiucosenoic dan 2 jenis asam lemak tak jenuh ganda (PollyAnsatured Fatty Acids/PUFA) yaitu asam linoleat, asam eicosedienoic. Kata kunci: profil asam lemak, daging babi Bali, dan babi landrac

    Eksplorasi Komposisi Pakan Tradisional Babi Bali

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam bahan penyusun pakan tradisional babi Bali dan sekaligusmengetahui kandungan nutrisinya. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan mulai bulan Juli sampai September2014. Data ini sangat diperlukan untuk menjelaskan mengapa babi Bali sampai saat ini masih bisa bertahan dibeberapa daerah di Bali. Penelitian menggunakan metode survei dan penentuan responden menggunakan teknikpurposive sampling atau juggmental sampling dengan pertimbangan populasi babi Bali di Bali tidak merata,hanya ada di beberapa kabupaten. Kabupaten yang dipilih adalah Klungkung, Karangasem dan Buleleng. Pemilihankabupaten tersebut berdasarkan populasi babi Bali di Kabupaten tersebut paling tinggi dibandingkan dengankabupaten lainnya. Dari masing-masing kabupaten diambil 30 peternak sebagai responden. Selanjutnya diambil10 sampel ransum yang komposisi bahannya paling dominan untuk dianalisa proksimat di laboratorium. Datayang diperoleh dianalisis secara deskriptif sehingga mampu memberi gambaran yang akurat tentang ragam bahanpenyusun pakan tradisional babi Bali. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan disimpulkan bahwa sebagian besar(85%) peternak babi Bali memberikan dedak padi dan batang pisang sebagai pakan utama. Cara pemberian pakanada yang dimasak dan tidak dimasak. Pakan tambahan yang diberikan berupa limbah dapur. Peternak memberipakan dua kali sehari

    Analisis Ekonomi USAha Ternak Babi dengan Pemberian Sekam Padi dalam Ransum yang Mengandung Limbah Hotel

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sekam padi sebagai sumber serat dalam ransum yang mengandung limbah hotel terhadap analisis ekonomi USAha ternak babi. Dua puluh empat ekor babi persilangan Landrace x Yorkshire jantan kastrasi, dengan umur 2 bulan dan berat badan 26,15±0,73 kg dibagi dalam empat perlakuan ransum, yaitu tanpa sekam padi (R0), 10% sekam padi (R1), 20% sekam padi (R2), dan 30% sekam padi (R3), masing-masing terdiri atas enam ekor ternak babi. Penelitian menggunakan kandang individu berukuran panjang 1,9 m dan lebar 0,5 m. Pakan diberikan secara ad libitum. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah. Data yang diperoleh dianalisis dengan one-way ANOVA. Apabila terdapat perbedaan, analisis dilanjutkan dengan menggunakan Duncan\u27s New Multiple Range Test (DMRT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya konsumsi, biaya konsumsi ransum harian, biaya ransum per kilogram kenaikan berat badan dan total biaya produksi ternak babi perlakuan R3 masing-masing adalah 297.021±3.916 rupiah/ekor, 4.243±55 rupiah/ekor/hari, 5.132±314 rupiah/kg dan 627.021±3.916 rupiah/ekor, dan ini lebih rendah (P<0,05) daripada perlakuan R0 dan R1 yang masing-masing adalah 406.908±14.529 dan 400.480±17.819 rupiah/ekor untuk total biaya konsumsi, 5.812±207 dan 5.721±254 rupiah/ekor/hari untuk biaya konsumsi ransum harian, 6.314±433 dan 5.822±119 rupiah/kg untuk biaya ransum per kilogram kenaikan berat badan serta 736.908±14.529 dan 730.480±17.819 rupiah/ekor untuk total biaya produksi. Total pendapatan pada perlakuan R1yaitu 963.666±54.701 rupiah/ekor, lebih tinggi (P<0,05) daripada perlakuan R2 dan R3 yang masing-masing hanya 837.666±79.894 dan 813.166±59.465 rupiah/ekor. Keuntungan USAha, income over feed cost dan B/C rasio USAha ternak babi diantara keempat perlakuan berbeda tidak nyata. Disimpulkan bahwa penggunaan sekam padi pada level 10% dalam ransum yang mengandunglimbah hotel lebih menguntungkan

    Pengaruh Suplementasi Starbio dalam Pakan dengan 40% Dedak Padi terhadap Penampilan Babi Landrace

    Full text link
    Penelitian bertujuan untuk mengetahui penampilan babi landrace yang diberi pakan mengandung 40% dedak padi dengan suplementasi Starbio. Penelitian ini menggunakan babi landrace sebanyak 12 ekor dengan berat badan antara 20-30 kg. Pakan terdiri dari konsentrat Guyofeed, dedak padi dan jagung kuning. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK); 4 kelompok berat badan yang diberi 3 macam pakan perlakuan. Pakan yang diberi dengan 40% dedak padi tanpa suplementasi Starbio sebagai kontrol (perlakuan A); pakan dengan 40% dedak padi dan disuplementasi 0,2% Starbio (perlakuan B); dan pakan dengan 40% dedak padi dan disuplementasi 0,4% Starbio (perlakuan C) selama 6 minggu. Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam dan bila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P<0,05) dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Steel dan Torrie, 1989). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suplementasi Starbio dalam pakan dengan 40% dedak padi mampu memperbaiki penampilan (konsumsi pakan, pertambahan berat badan, energi tercerna, dan profil kotoran) babi landrace

    Growth Performance of Male Rabbits (Lepus negricollis) Fed Different Levels of Fermented Coffee Pulp

    Get PDF
    The traditional rabbit raising resulted in very poor growth of rabbit so a study was carried out on growth performance of male rabbit fed different levels of fermented coffee pulp. A randomized block design (RBD) with five treatments and four replicates of two rabbits in each treatment was used in this experiment. The treatments were diet without coffee pulp (R0), diet with 10% unfermented coffee pulp (R1), diet with 20% unfermented coffee pulp (R2), diet with 10% fermented coffee pulp (R3), and diet with 20% fermented coffee pulp (R4). Each treatment consisted of 8 male five week old local rabbits. Variables observed were final body weight, weight gain, feed intake, water consumption, feed efficiency, dry matter, energy and protein digestibility. The results showed that rabbits given ration with 10% fermented coffee pulp (R3) revealed higher dry matter energy and protein digestibility. Further, they had the highest final body weight, weight gain and highest feed efficiency. It was concluded that the use of 10% fermented coffee pulp in the diet produced the highest performance compared to other treatments. Fermented coffee pulp at the level of 10% could be recommended to farmers for substituting rice bran in rabbits diets
    corecore