1 research outputs found
Potensi Vaksin Lectin-Like Oxidized Ldl Receptor-1 (Lox-1) Dalam Mencegah Aterosklerosis: Studi Efek Vaksin Dna Lox-1 Dalam Mencegah Pembentukan Sel Busa Pada Aorta Tikus Wistar Dan Vaksin Subunit Lox-1 Dalam Mencegah Deposisi Lipid Pada Abdominal Mesenteric Artery Shr-Sp
Aterosklerosis adalah proses keradangan kronis yang dapat mengarah pada
terjadinya berbagai komplikasi seperti misalnya penyakit kardiovaskular. Hingga saat ini
penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab utama kematian di dunia dan
prevelansinya semakin meningkat di negara berkembang seiring dengan perubahan
gaya hidup.
Aterosklerosis diawali dengan ambilan LDL teroksidasi (ox-LDL) ke dalam sel
endotel yang diperantarai oleh reseptornya. Lectin like oxidized-LDL receptor-1 (LOX-1)
merupakan reseptor utama ox-LDL berupa protein homodimer yang diekspresikan
berlebih akibat berbagai stimulus, misalnya ox-LDL dan stres oksidatif. Ikatan antara ox-
LDL dan LOX-1 akan memicu jalur pensinyalan dalam sel yang berakibat pada aktivasi
dan disfungsi sel endotel, yang teridentifikasi melalui peningkatan produksi reactive
oxygen species (ROS) intraselular, penurunan Nitric Oxide (NO), dan aktivasi faktor
transkripsi nuclear faktor kappa beta (NF-Κβ). Selanjutnya, aktivasi NF-Κβ diikuti dengan
peningkatan ekspresi sitokin, molekul adhesin, dan protease. Melihat sentralnya peran
LOX-1 dalam aterosklerosis, penghambatan LOX-1 menjadi salah satu strategi terapi
aterosklerosis baru yang potensial.
Vaksinasi merupakan salah satu terapi pencegahan aterosklerosis yang mulai
dikembangkan. Penelitian pengembangan vaksin LOX-1 dibagi dalam dua tahap, yaitu
penelitian tahap I berupa pengembangan vaksin DNA rekombinan dengan menggunakan
region penyandi C-type like domain (CTLD)-LOX-1 yang dibawa plasmid pcDNA3.1.
Vaksin DNA ini diberikan dengan menggunakan adjuvan alum melalui rute injeksi
intramuskuler. Penelitian tahap II merupakan pengembangan vaksin protein subunit yang
diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan yaitu dengan memproduksi antigen
CTLD-LOX-1 pada sel inang Lactococcus lactis NZ9000. Selain sebagai produsen
protein sub-unit CTLD LOX-1, L.lactis juga dimanfaatkan sebagai bakteri pembawa
vaksin yang diberikan melalui rute oral.
Pada penelitian tahap I, untuk mengembangkan vaksin DNA LOX-1 dilakukan
construct dengan menyisipkan gen penyandi CTLD LOX-1 tikus pada plasmid pembawa
(pcDNA3.1). LOX-1 diuji ekspresinya secara in vitro pada sel mamalia (sel HeLa). CTLD-
LOX-1 disintetik secara kimia dan digabungkan dengan gen penyandi green fluorescence
protein (GFP) dengan menggunakan pcDNA3.1 sebagai plasmid pembawa. Plasmid
pcDNA3.1-LOX-1 dan pcDNA3.1-GFP-LOX-1 ditransfeksikan ke dalam sel HeLa dengan
metode lipotransfeksi. Analisa ekspresi mRNA LOX-1 dan GFP-LOX-1 lebih tinggi pada
sel HeLa yang ditransfeksi dengan pLOX-1 ( Ì´ 300x) dan pGFP-LOX-1 ( Ì´ 275.000 kali)
daripada sel HeLA yang tidak ditransfeksi. Ekspresi protein LOX-1 pada sel HeLa yang
ditransfeksi dengan pLOX-1 terdeteksi pada ukuran 14 kDa yang menunjukkan ukuran
CTLD-LOX-1. Hal ini menunjukkan bahwa plasmid pcDNA3.1-LOX-1 dikenali oleh sistem
mamalia dan dapat digunakan sebagai kandidat vaksin pada hewan coba. Selanjutnya
vaksin LOX-1 diuji efektivitasnya dalam mencegah aterosklerosis dengan menggunakan
alum sebagai adjuvan melalui rute intramuskuler.
Adjuvan berupa alum yang digunakan berperan sebagai sistem depot yang
meningkatkan waktu retensi vaksin pada lokasi pemberian sehingga memicu akumulasi
antigen presenting cells (APC). Dalam penelitian ini terlihat bahwa vaksin DNA-LOX-1
v
mampu mencegah kerusakan struktur intima media aorta pada tikus Wistar dengan diet
tinggi lemak yang ditunjukkan dengan struktur sel otot polos yang normal dan minimnya
jumlah infiltrasi mononuclear dan sel busa. Vaksin DNA LOX-1 juga sedikit mencegah
peningkatan ekspresi LOX-1 (p= 0, 371) pada sel endotel jaringan aorta tikus yang
dianalisa dengan teknik immunofluorescense. Analisa imunohistokimia menunjukkan
bahwa vaksin DNA LOX-1 tampak mencegah penurunan ekspresi eNOS (p = 0,419) pada
sel endotel jaringan aorta tikus. Lebih lanjut vaksin DNA LOX-1 juga diduga mencegah
pembentukan sel busa (p =0.096) pada jaringan aorta tikus. Penelitian pendukung juga
menunjukkan bahwa vaksin LOX-1 mampu mencegah inflamasi pada aorta tikus melalui
pencegahan ekspresi NF-kB, TNF-α, dan IL-6. Vaksin LOX-1 tidak menginduksi
peningkatan produksi antibodi anti-LOX-1 sehingga diduga vaksin LOX-1 bekerja melalui
sistem imun selular.
Pada penelitian tahap II, vaksin subunit LOX-1 dibawa oleh L. lactis rekombinan
sebagai pembawa. LOX-1 diekspresikan secara in vitro di dalam sel L. lactis rekombinan
sebagai protein fusi dengan GFP. Analisa Western Blot menunjukkan LOX-1 diproduksi
melalui induksi nisin. L. lactis yang mengekspresikan LOX-1 diberikan pada hewan coba
spontaneous hypertensive rats-stroke prone (SHR-SP) melalui rute oral. Level antibodi
IgG anti-LOX-1 lebih tinggi secara signifikan pada tikus yang divaksinasi dibandingkan
dengan tikus kontrol (p = 0,046). Anti LOX-1 mencegah pengikatan ox-LDL dengan LOX-
1 sehingga mencegah disfungsi endotel. Vaksin subunit LOX-1 mampu meningkatkan
respon imun humoral melalui induksi produksi antibodi IgG anti-LOX-1. Walaupun
demikian, titer antibodi tidak cukup tinggi untuk dapat memblok LOX-1 secara
keseluruhan sehingga area disposisi lipid pada tikus yang divaksin tidak turun secara
signifikan (p = 0,232).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah LOX-1 merupakan protein yang potensial
untuk dikembangkan sebagai kandidat vaksin anti aterosklerosis, baik melalui
pendekatan vaksin DNA maupun vaksin subunit. Walaupun demikian perlu dilakukan
optimasi dosis, rute pemberian, dan formulasi adjuvan untuk meningkatkan respon imun
sehingga dapat mencegah kerusakan struktur sel endotel pada jaringan aorta dan
pembentukan plak aterosklerosi