15 research outputs found

    Struktur dan Gugus Fungsi Bioplastik Umbi Talas dan Serat Daun Nanas

    No full text
    Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi plastik yang cukup besar. Meningkatnya jumlah limbah plastik ini menjadi sebuah hal yang dapat mengancam kestabilan ekosistem lingkungan. Salah satu solusi untuk mengatasi sampah plastik adalah dengan dikembangkannya plastik ramah lingkungan (Bioplastik). Bioplastik berbahan dasar tepung umbi talas merupakan salah satu alternatif dalam pembuatan plastik ramah lingkungan, dengan menambahkan gliserol untuk meningkatkan kelenturan, serta ZnO dan serat daun nanas bertujuan untuk meningkatkan sifat mekanik dari plastik yang dihasilkan. Tujuan dari penelitian ini yakni menganalisis karakteristik struktur dan gugus fungsi bioplastik berbahan tepung umbi talas dengan penguat ZnO dan serat daun nanas. Variasi yang digunakan ZnO, yaitu 0,05 gram; 0,10 gr; 0,15 gr; 0,20 gr; dan 0,25 gr. Dan variasi serat daun nanas, yaitu 0,05 gr; 0,10 gr; 0,15 gr; dan 0,20 gr. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengambil pada hasil perlakuan kuat tarik terbaik yang kemudian dilakukan pengujian FTIR dan SEM. Hasil terbaik uji FTIR pada konsentrasi ZnO konstan dan serat daun nanas bervariasi terdapat pada ZnO 1% dengan Serat 3%. pengaruh penambahan serat yang semakin banyak viii membuat puncak yang terbentuk terlihat lebih dalam/tajam yang menunjukan gugus OH juga semakin bertambah. Pada konsentrasi serat daun nanas konstan dan ZnO bervariasi perlakuan terbaiknya terdapat pada serat 2% dan ZnO 3%. pengaruh penambahan ZnO membuat puncak yang terbentuk terlihat lebih dangkal yang berarti kandungan gugus OH semakin sedikit. Pada uji FTIR ini juga di dapatkan gugus fungsi C-O, C=O dan O-H sehingga dapat disimpulkan bioplastik yang dihasilkan dikategorikan dapat terdegradasi. Perlakuan terbaik jika dilihat dari pengujian SEM terdapat pada ZnO 1% dan serat daun nanas 3% dimana struktur permukaan bioplastik yang dihasilkan homogen dan cukup rata meskipun ada lekukan yang terbentuk namun tidak terlihat adanya rongga. Semakin tinggi konsentrasi serat akan menyebabkan rongga-rongga film plastik semakin sedikit sehingga akan memperkuat film plasti

    Penentuan Sifat Termal dan Simulasi Pendinginan Pada Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Menggunakan Metode Finite Difference

    No full text
    Pada umumnya buah naga memiliki sifat fisik dan kimia yang mudah rusak apabila terkena perlakuan termal yang berlebih. Agar dapat mengurangi kerusakan fisik dan kimia tersebut perlu adanya informasi mengenai sifat panas buah naga. Sifat panas pada buah meliputi, panas jenis, difusivitas dan konduktivitas termal. Adanya informasi sifat panas tersebut dapat dilakukan prediksi perubahan suhu yang terjadi pada bahan sehingga dapat diketahui berapa lama waktu yang dibutuhkan agar suatu bahan dapat mencapai suhu yang diinginkan. Penelitian tentang sifat termal bahan berperan dalam rancang bangun berbagai mesin atau peralatan yang berhubungan dengan proses termal sehingga tercapai proses yang efisien. Pada penelitian ini bahan yang akan diuji adalah buah naga merah. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan nilai sifat termal serta membuat simulasi pendinginan pada buah naga merah. Nilai panas jenis ditentukan menggunakan fraksi komposisi kimia (karbohidrat, lemak, protein, abu, dan air). Nilai difusivitas termal ditentukan dengan aliran termal dingin 1D menggunakan persamaan difusi yang diturunkan secara eksplisit FTCS (Forward Time and Central Space) menggunakan metode finite difference serta konduktivitas termal ditentukan dengan metode kalkulasi. Data eksperimen perubahan suhu untuk simulasi pendinginan dilakukan menggunakan buah naga utuh. Kemudian data perubahan suhu simulasi ditentukan menggunakan turunan persamaan konduksi bola menggunakan skema eksplisit (FTCS) finite difference dan dianggap aliran panas terjadi pada 1 dimensi (radial) Nilai panas jenis, difusivitas termal, dan konduktivitas termal dari buah naga merah sebesar 3,827 kJ/kg oC; 9,18 x 10-4 cm2/s; dan 0,34 W/m oC. Berdasarkan uji validasi hasil simulasi didapatkan nilai koefisien determinasi (R2) pada jarak dari pusat 0 cm sebesar 0,9488; jarak 1 cm sebesar 0,9468; jarak 2 cm sebesar 0,9622; jarak 3 cm sebesar 0,9844; dan jarak 4 cm sebesar 0,9851. Berdasarkan hasil validasi nilai koefisien determinasi (R2) dengan rata-rata 0,9654 secara keseluruhan

    Rancang Bangun dan Uji Kinerja Unit Pengikat CO2 dan Uap Air Sistem Kontinyu pada Biogas.

    No full text
    Biogas merupakan energi berwujud gas yang berasal dari bahan-bahan organik. Kandungan CO2 dan uap air dalam biogas dapat menurunkan nilai kalor saat biogas dibakar sehingga biogas perlu dimurnikan terlebih dahulu untuk mengurangi resiko tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui desain dan konstruksi serta uji kinerja unit pengikat CO2, dan uap air sistem kontinyu pada instalasi biogas. Parameter pengujian pada penelitian ini diantaranya massa CaCO3, massa akhir NaCl, dan lama waktu pendidihan air. Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimental dengan 1 pengujian. Pengujian kinerja alat dilakukan dengan memberikan 3 variasi perlakuan laju alir biogas input sebesar 2 liter/menit, 3 liter/menit dan 4 liter/menit yang dilakukan sebanyak 3 kali ulangan perlakuan dengan durasi masing-masing selama 60 menit. Adapun bahan absorban yang digunakan yaitu berupa larutan Ca(OH)2 4 M dan NaCl

    Optimasi Proses Pengolahan Fraksi Cair Minyak Sawit Merah (RedPalm Olein) Kaya Karotenoid Sebagai Bahan Pangan Diet Hiperlipidemia

    No full text
    Minyak sawit berasal dari buah kelapa sawit (Elaeis guineensis). Dari buah kelapa sawit diperoleh CPO (Crude Palm Oil) yang berasal dari bagian sabut (mesokarp) yang belum mengalami pemurnian. Mlnyak sawit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, pada berbagai produk yang sangat luas dan beragam, baik produk pangan maupun non pangan. Secara visual, CPO berwarna kuning merah, karena adanya pigmen karotenoid yang mengandung berbagai zat gizi mikro yang sangat penting untuk kesehatan manusia. CPO mengandung 1% komponen minor, diantaranya termasuk karotenoid, tokoferol, fitostrerol, fosfolipid, glikolipid, terpena dan hidrokarbon alifatik. Komponen minor pada CPO selain menjaga stabilitas dan kualitas minyak sawit, tetapi juga memiliki sifat biologis yang signifikan, termasuk antioksidan, anti kanker, anti inflamasi dan efek penurun kolesterol. Karena begitu banyak manfaatnya, karotenoid pada minyak sawit hendaknya dipertahankandengan mengubah minyak sawit menjadi beberapa produk, seperti minyak kaya karotenoid, konsetrat karotenoid atau zat pewarna alami. Proses pemurnian minyak sawit menjadi minyak goreng (RBDPO) melewati beberapa proses diantaranya degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi dan selanjutnya di fraksinasi. Proses pemurnian tersebut diperlukan untuk mendapatkan minyak sawit yang jernih. Proses bleaching merupakan proses yang paling berperan untuk menjernihkan minyak sawit dengan menyerap za warna sebanyak 95 sampai 97% dari total za wana yang terdapat pada CPO. Koreksi yang dilakukan di tahap-tahap pemurnian pemurnian minyak sawit, terutama dengan menghilangkan tahap bleaching akan menghasilkan minyak sawit yang kaya karoten.Beberapa proses pada tahappemurnian CPO, diantaranya degumming, netralisasi dan deodorisasi juga dapat mendegradasi kandungan karoten. Dengan pertimbangan nilai nutrisi yang potensial, maka diperlukan teknik pemurnian CPO yang dapat mempertahankan komponen minor CPO terutama kandungan karotenoid dan tokoferol sebanyak-banyaknya. Dengan memodifikasi tahapan proses pemurnian maupun penggunaan suhu yang dapat merusak kandungan minor sawit pada proses pemurnian dan mengendalikan faktor—faktor pada proses pemurnian sehingga dapat mempertahankan komponen minor. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, dimulai dengan pemilihan metode I dan metode untuk menghasilkan minyak sawit merah fraksi olein terbaik. Metode I menggunakan proses wet degumming (acid degumming) dengan bahan kimia H3PO4. netralisasi menggunakan NaOH, Deodorisasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi. Metode II menggunakan proses water degumming, fraksinasi dan deodorisasi. Pada tahap ke II, metode terpilih dari tahap I dilakukan optimasi menggunakan metode RSM dan dilakukan validasi. Tahap terakhir, RPOn yang diperoleh dari hasil optimasi diaplikasikan kepada tikus secara in vivo. Dari hasil penelitian pada tahap I, telah terpilih Metode II untuk purifikasi CPO menjadi RPOn. Produk minyak sawit cair yang berwarna merah dengan karakteristik; FFA sebagai palmitat sebesar 0,15%, kadar air 0,20%, PV 0,87 mE/Kg, Beta karoten 57,54 ppm dan Alpha tocopherol 100,87 ppm. Pada tahap II, optimasi pada proses deodorisasi dilakukan dengan mengoptimalisasi suhu, tekanan vakum dan lama deodorisasi. Optimasi proses deodorisasi menghasilkan kondisi optimum pada suhu 900C, tekanan vakum 50 cmHg selama 3 jam dengan nilai FFA 0,05- 0,08 %. Pada tahap III, pemberian RPOn menunjukkan peningkatan kadar kolestrol tikus yang diberi RPOn dari 142 mg/dL menjadi 155 mg/dL, sedangkan untuk tikus yang diberi pakan arterogenik dan RPOn menunjukkan kadar kolestrol yang lebih rendah (179 mg/dL) dibandingkan tikus yang diberi pakan arterogenik tanpa RPOn (231,8 mg/dL)

    Optimasi Proses Pengolahan Fraksi Cair Minyak Sawit Merah (Red Palm Olein) Kaya Karotenoid Sebagai Bahan Pangan Diet Hiperlipidemia.

    No full text
    Minyak sawit berasal dari buah kelapa sawit (Elaeis guineensis). Dari buah kelapa sawit diperoleh CPO (Crude Palm Oil) yang berasal dari bagian sabut (mesokarp) yang belum mengalami pemurnian. MInyak sawit banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, pada berbagai produk yang sangat luas dan beragam, baik produk pangan maupun non pangan. Secara visual, CPO berwarna kuning merah, karena adanya pigmen karotenoid yang mengandung berbagai zat gizi mikro yang sangat penting untuk kesehatan manusia. CPO mengandung 1% komponen minor, diantaranya termasuk karotenoid, tokoferol, fitostrerol, fosfolipid, glikolipid, terpena dan hidrokarbon alifatik. Komponen minor pada CPO selain menjaga stabilitas dan kualitas minyak sawit, tetapi juga memiliki sifat biologis yang signifikan, termasuk antioksidan, anti kanker, anti inflamasi dan efek penurun kolesterol. Karena begitu banyak manfaatnya, karotenoid pada minyak sawit hendaknya dipertahankandengan mengubah minyak sawit menjadi beberapa produk, seperti minyak kaya karotenoid, konsetrat karotenoid atau zat pewarna alami. Proses pemurnian minyak sawit menjadi minyak goreng (RBDPO) melewati beberapa proses diantaranya degumming, netralisasi, bleaching, deodorisasi dan selanjutnya di fraksinasi. Proses pemurnian tersebut diperlukan untuk mendapatkan minyak sawit yang jernih. Proses bleaching merupakan proses yang paling berperan untuk menjernihkan minyak sawit dengan menyerap za warna sebanyak 95 sampai 97% dari total za wana yang terdapat pada CPO. Koreksi yang dilakukan di tahap-tahap pemurnian pemurnian minyak sawit, terutama dengan menghilangkan tahap bleaching akan menghasilkan minyak sawit yang kaya karoten.Beberapa proses pada tahappemurnian CPO, diantaranya degumming, netralisasi dan deodorisasi juga dapat mendegradasi kandungan karoten. Dengan pertimbangan nilai nutrisi yang potensial, maka diperlukan teknik pemurnian CPO yang dapat mempertahankan komponen minor CPO terutama kandungan karotenoid dan tokoferol sebanyak-banyaknya. Dengan memodifikasi tahapan proses pemurnian maupun penggunaan suhu yang dapat merusak kandungan minor sawit pada proses pemurnian dan mengendalikan faktor–faktor pada proses pemurnian sehingga dapat mempertahankan komponen minor. Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, dimulai dengan pemilihan metode I dan metode untuk menghasilkan minyak sawit merah fraksi olein terbaik. Metode I menggunakan proses wet degumming (acid degumming) dengan bahan kimia H3PO4, netralisasi menggunakan NaOH, Deodorisasi dan dilanjutkan dengan fraksinasi. Metode II menggunakan proses water degumming, fraksinasi dan deodorisasi. Pada tahap ke II, metode terpilih dari tahap I dilakukan optimasi menggunakan metode RSM dan dilakukan validasi. Tahap terakhir, RPOn yang diperoleh dari hasil optimasi diaplikasikan kepada tikus secara in vivo. Dari hasil penelitian pada tahap I, telah terpilih Metode II untuk purifikasi CPO menjadi RPOn. Produk minyak sawit cair yang berwarna merah dengan karakteristik; FFA sebagai palmitat sebesar 0,15%, kadar air 0,20%, PV 0,87 mE/Kg, Beta karoten 57,54 ppm dan Alpha tocopherol 100,87 ppm. Pada tahap II, optimasi pada proses deodorisasi dilakukan dengan mengoptimalisasi suhu, tekanan vakum dan lama deodorisasi. Optimasi proses deodorisasi menghasilkan kondisi optimum pada suhu 900C, tekanan vakum 50 cmHg selama 3 jam dengan nilai FFA 0,05- 0,08 %. Pada tahap III, pemberian RPOn menunjukkan peningkatan kadar kolestrol tikus yang diberi RPOn dari 142 mg/dL menjadi 155 mg/dL, sedangkan untuk tikus yang diberi pakan arterogenik dan RPOn menunjukkan kadar kolestrol yang lebih rendah (179 mg/dL) dibandingkan tikus yang diberi pakan arterogenik tanpa RPOn (231,8 mg/dL)
    corecore