9 research outputs found

    Dampak Cara Pemberian Dan Jenis Bahan Organik Terhadap Kapasitas Penyimpanan Air Di Kebun Kopi Rakyat Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang

    Get PDF
    Tanaman kopi (Coffea sp.) termasuk salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting terhadap perekonomian di Indonesia tidak saja sebagai sumber mata pencaharian akan tetapi juga sebagai sumber devisa negara. Produktivitas kopi yang menurun dapat disebabkan terjadinya degradasi lahan dan rendahnya kandungan bahan organik. Selain itu, untuk pengurangan penggunaan pupuk anorganik yang diketahui berdampak pada kualitas tanah sebagaimana yang terjadi di lahan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan aplikasi bahan organik dengan cara disebar di atas permukaan tanah dan dibenamkan ke dalam tanah. Bahan organik yang diaplikasikan berupa pupuk kandang kambing, kompos dan pupuk hijau (daun gamal). Bahan organik diketahui dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan distribusi pori, retensi air serta simpanan air pada tanah sehingga dapat memperpanjang masa ketersediaan air dan meningkatkan kualitas tanah hingga produktivitas tanaman kopi. Penelitian dilaksanakan pada lahan kopi rakyat Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Maret 2023 hingga Juli 2023. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu dengan melakukan percobaan di lapangan dan dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan data kuantitatif. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan dapat meliputi persiapan, pemberian perlakuan, pengambilan sampel tanah, dan analisis laboratorium. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan yaitu (P1) tanpa perlakuan, (P2) pupuk kandang kambing 2 lubang, (P3) pupuk kompos 2 lubang, (P4) pupuk hijau 2 lubang, dan (P5) pupuk kandang kambing di sebar dan terdapat 3 ulangan. Ulangan dapat berupa lereng atas, lereng tengah, dan lereng bawah. Parameter yang diamati dapat meliputi kadar air, retensi air (pF), distribusi ukuran pori, berat isi, berat jenis, tekstur, porositas dan C-organik yang dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh cara pemberian bahan organik di lahan kopi memberikan pengaruh secara nyata pada pF 0 kedalaman 0- 20 cm bulan ke 3 dan kedalaman 40-60 cm bulan ke 1, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pF 1, pF 2 dan pF 4,2. Selain itu, pemberian bahan organik berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan simpanan air tanah. Hasil analisis yang berbeda nyata terdapat pada kedalaman 0-20 cm bulan ke 1 dan kedalaman 40-60 cm bulan ke 1 dan bulan ke 3. Berdasarkan analisis cara pemberian bahan organik ini telah memberikan sedikit peningkatan pada parameter penelitian, akan tetapi tidak memberikan pengaruh secara nyata. Diperkirakan hal ini terjadi karena waktu pengamatan masih tergolong singkat yaitu 3 bulan. Maka dari itu, apabila waktu pengamatan diperpanjang makan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap parameter penelitian yang diamati

    Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Di Kecamatan Argapura Kabupaten Majalengka Jawa Barat

    No full text
    Kabupaten Majalengka merupakan salah satu sentra produksi bawang merah di Pulau Jawa. Kabupaten Majalengka memproduksi bawang merah sebesar 323.292 ton dan menempati posisi kedua setelah Kabupaten Cirebon dengan 403.265 ton. Produktivitas bawang merah di Kecamatan Argapura mengalami penurunan di tahun 2020 hingga 2021, produktivitas bawang merah di tahun 2020 sebesar 11,56 ton/ha sedangkan di tahun 2021 produktivitasnya hanya 8,25 ton/ha. Oleh karena itu untuk mengetahui kesesuaian lahan tanaman bawang merah agar mendapatkan produktivitas yang lebih tinggi maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor apa saja yang dapat mempengaruhi produktivitas tanaman bawang merah di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan di Desa Argalingga, Argamukti, Cibunut, Cikaracak, Gunungwangi, Haurserah, Heubelisuk, Sadasari, Sukasari Kaler, Sukasari Kidul dan Tejamulya yang berada di Kecamatan Argapura, Kabupaten Majalengka. Penelitian dilakukan pada tanggal 6 Juni–22 Oktober 2022. Analisis spasial dan pemetaan dilakukan di Laboratorium Sistem Informasi Geografis, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Bawijaya. Analisis Laboratorium dilakukan di laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Evaluasi kesesuaian lahan tanaman bawang merah di Kecamatan Argapura dilakukan dengan evaluasi lahan secara fisik, evaluasi lahan dilakukan dengan cara membandingan karakteristik lahan dengan syarat tumbuh bawang merah yang mengacu pada Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Untuk karakteristik lahan ditentukan melalui survei tanah di lapang dan analisis laboratorium. Evaluasi lahan tanaman bawang merah dilakukan dengan metode matching data tanah dan fisik dengan tabel kesesuaian lahan berdasarkan syarat penggunaan lahan tanaman bawang merah. Kelas kesesuaian lahan yang diperoleh dari 18 SPL berbeda memiliki kelas kesesuaian lahan N dan S3. SPL 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 dan 18 masuk dalam kelas N. SPL 7 dan 9 masuk dalam kelas S3. Faktor pembatas yang menjadi penghambat dalam produktivitas bawang merah adalah kelerengan, drainase, tekstur, KTK, C-Organik, N-Total dan P Tersedia. SPL 1, 2, 3, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 memiliki faktor pembatas kelerengan >15%. SPL 4, 16 dan 18 memiliki faktor pembatas drainase yang cepat dan tekstur yang kasar. SPL 7 memiliki faktor pembatas. C-Organik, N-Total dan P Tersedia. SPL 9 memili faktor pembatas P Tersedia dan kelerengan. Pemberian bahan organik merupakan salah satu upaya perbaikan dalam meningkatkan kandungan KTK, KB, pH, C-Organik, N-Total, P Tersedia dan K Tersedia

    Kapasitas Retensi Air dan Sifat Fisik Tanah padaLahan Jeruk (Citrus L.) di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

    No full text
    Perkembangan potensi wilayah Kecamatan Dau menjadi tempat wisata kebun jeruk bisa menjadi pendukung alihguna lahan.Alih guna lahan yang bisa terjadi di Kecamatan Dau dari hutan menjadi perkebunan. Penggunaan lahan yang berbeda membuatretensi air tanah akan berbeda pula dikarenakan sifat fisik tanah dibawahnya yang berbeda. Kapasitas retensi air sangat berpengaruh terhadap kondisi dan keberhasilan suatu lahan khususnya pertanian.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan manajemen tanah terhadap retensi air sertauntuk mengetahui hubungan antara karakteristik tanah dan retensi air. Lokasi pengambilan sampel tanah dilakukan pada lahan jeruk+kopi (L1), jeruk non understory (L2), jeruk+understory (L3) di Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Penelitian ini sudah dilaksanakan pada bulan Januari hingga Oktober 2022. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Brawijaya.Parameter yag digunakan anatar lain: retensi air,bahan organik tanah, tekstur, berat isi, berat jenis, porositas, dan sebaran pori. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok,jika hasilnya signifikan dilakukan uji lanjut dengan DMRT 5%. Analisis selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan terkuat antara variabel bebas dengan variabel terikat dan uji regresi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai rata-rata retensi air yang tertinggi terdapat pada manajemen tanah lahan jeruk + kopi (L1) sebesar 9,23% dan nilai terendah sebesar 7,98% pada manajemen tanah lahan jeruk non understory (L2). Manajemen tanah lahan jeruk + kopi (L1) memiliki vegetasi yang lebih menaungi tanah dibawahnya dengan tutupan kanopi yang tinggi yaitu 76,443%. Manajemen tanah pada lahan tersebut juga memiliki bahan organik tanah tertinggi sebesar 1,97 %. Bahan organik tanah dan tutupan kanopi tanah akan mengurangi pemadatan tanah sehingga porositas tanah meningkat dan agregasi tanah menjadi stabil. Agregasi yang stabil akan menurunkan presentase pori makro sehingga kapasitas menahan air semakin besar.Karakteristik tanah yang memiliki hubungan dengan nilai retensi air yaitu bahan organik tanah sebesar 0,85, berat isi sebesar -0,88, berat jenis sebesar -0,82, porositas sebesar 0,91, pori makro sebesar 0,87, dan pori mikro sebesar -0,90. Bahan organik tanah, berat isi, berat jenis, dan porositas termasuk ke dalam kategori korelasi tinggi. Nilai koefisien determinasi (R2)sebesar 0,9104 atau sebesar 91,04 % menunjukkan bahwa faktor karakteristik tanah tersebut memiliki pengaruh terhadap peningkatanretensi air sebesar 91,04 % sedangkan 8,96 % dipengaruhi oleh faktor lain

    Strategi Pengelolaan Air Lahan Sagu Tadah Hujan Di Sub Das Salu Paku Hulu Das Rongkong Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan

    No full text
    Pengelolaan lahan sagu masih terkonsentrasi pada lahan basah yang selalu tergenang air. Produksi sagu pada kondisi lahan tersebut belum menjamin produksi yang optimal. Kebutuhan sagu masih sangat jauh lebih besar dari ketersediaan sagu. Kondisi ini disebabkan oleh produktivitas lahan sagu yang masih rendah, sementara laju pertambahan penduduk makin meningkat. Pengembangan sagu di luar habitat pada umumnya penting dipertimbangkan. Tujuan umum penelitian ini adalah merancang sebuah strategi pengelolaan air lahan sagu tadah hujan di Sub DAS Salu Paku. Penelitian dilaksanakan dalam lima tahap dengan masing-masing tujuan: 1) Mendeskripsikan karakteristik lahan Sub DAS Salu Paku hulu DAS Rongkong, 2) Menentukan nilai koefisien tanaman sagu (Metroxylon spp) pada fase anakan, fase sapihan, dan fase pohon, 3) Mengestimasi kebutuhan air tanaman sagu pada tiga fase pertumbuhan, 4) Menyusun skenario lahan sagu tadah hujan berdasarkan kebutuhan air tanaman sagu dan ketersediaan air lahan, 5) Mengkaji persepsi masyarakat terhadap beberapa skenario dalam rangka rekomendasi strategi pengelolaan air lahan sagu tadah hujan di Sub DAS Salu Paku hulu DAS Rongkong. Metode penelitian masing-masing tahapan adalah: Tahap I dilaksanakan di Sub DAS Salu Paku bagian hulu DAS Rongkong, Kecamatan Sabbang Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan dengan pendekatan teknik survei. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung dan pengambilan sampel tanah untuk analisis laboratorium. Tahap II, menentukan Kc tanaman sagu menggunakan azas neraca air pada demplot tanaman sagu pada tiga fase pertumbuhan (fase anakan, fase sapihan, dan fase pohon. Tahap III, estimasi kebutuhan air tanaman pada fase awal, fase pertengahan, dan fase akhir pertumbuhan. Tahapan ini menggunakan aplikasi Cropwat 8.0 untuk memprediksi kebutuhan air tanaman dengan menggunakan data Kc (Hasil Tahap II) dan evapotranspirasi potensial lokasi yang disimulasi. Tahap IV, menyusun skenario pengelolaan lahan sagu berdasarkan neraca air. Skenario didekati dengan tiga pertimbangan input yaitu: 1) Surplus air hasil analisis neraca air wilayah metode Thornthwite Mather, 2) hujan total dan hujan efektif, dan 3) Ketersediaan air tanah (Water Holding Capasity). Tahap V, mengkaji persepsi masyarakat dengan metode wawancara terstruktur. Responden ditentukan dengan metode Purpossive sampling. Instrument yang digunakan adalah skenario hasil analisis Tahap IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sub DAS Salu Paku memiliki karakteristik lahan yang layak untuk pengembangan sagu meskipun terdapat faktor pembatas kemiringan lereng, kedalaman perakaran, dan kandungan bahan organik yang relative rendah. Faktor pembatas berpengaruh terhadap ketersediaan air tanah. Nilai koefisien tanaman yang diperoleh dapat xi mengestimasi total kebutuhan air tanaman. Kebutuhan tanaman sagu terhadap air untuk individu dalam semua fase yang diamati, dalam kondisi tercukupi, namun jika dalam kondisi berumpun tidak tercukupi meskipun total air hujan sangat tinggi. Kebutuhan air tanaman sagu dalam satu rumpun akan terpenuhi jika air dipertahankan dalam kondisi tersedia. Strategi yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sagu di lahan tadah hujan adalah mengatur jumlah tanaman dalam satu rumpun dan meningkatkan ketersediaan air tanah (air tersimpan dalam tanah) melalui panen air hujan (rain water harvesting) skala mikro. Strategi ini dapat dilakukan melalui pembuatan rorak, teras gulud, dan penambahan bahan organik tana

    Analisis Hubungan Tutupan Lahan terhadap Simpanan Karbon di Kawasan Hutan Cempaka, Kecamatan Prigen, Pasuruan, Jawa Timur

    No full text
    Hutan sebagai paru-paru dunia menjadi salah satu bagian penting bagi semua makhluk hidup yang tinggal di bumi dan tak ternilai harganya. Namun aktivitas manusia dan pemanasan global tidak lagi mendukung kelestarian hutan sehingga menyebabkan kebakaran hutan yang berdampak pada peningkatan emisi karbon, kerusakan biodiversitas hutan, dan kerusakan sifat tanah. Perubahan fungsi kawasan hutan yang terjadi akibat kebakaran hutan menjadikan restorasi dan konservasi kawasan hutan menjadi suatu kegiatan yang harus dilakukan. Kegiatan restorasi dan konservasi hutan, salah satunya dilakukan oleh Yayasan Cempaka Education Center pada kawasan Hutan Cempaka. Penelitian ini diperlukan untuk mengkaji simpanan karbon dan sifat fisik tanah pada berbagai macam tutupan lahan yang ada di kawasan Hutan Cempaka, yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam melakukan tindakan restorasi dan konservasi. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Agustus 2022. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat perlakuan, yaitu tutupan lahan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK), Pinus, dan Semak dengan tiga kali ulangan. Pengukuran simpanan karbon dilakukan dengan standar prosedur RaCSA dengan variabel pengamatan yaitu biomassa pohon, biomassa tumbuhan bawah, nekromassa (kayu mati dan serasah), berat isi tanah, berat jenis tanah, porositas tanah, tekstur tanah dan kandungan C-organik (%) tanah. Sampel tanah dan tanaman akan di uji di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah FP UB. Sedangkan data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam yang dilanjut dengan uji DMRT taraf 5%, serta dilakukan uji korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan tutupan lahan berpengaruh nyata terhadap nilai simpanan karbon, dengan tutupan lahan yang paling tinggi dalam menyimpan karbon adalah tutupan lahan Hasil Hutan Kayu (HHK) yang kemudian diikuti oleh tutupan lahan Pinus, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan Semak. Namun, perbedaan tutupan lahan tidak menyebabkan hasil yang berbeda pada sifat fisik tanah. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya perbedaan dalam manajemen lahan atau kegiatan lainnya yang dapat mempengaruhi sifat fisik tanah pada setiap tutupan lahan. Hasil korelasi dan regresi menunjukkan nilai simpanan karbon sangat dipengaruhi oleh biomassa pohon dan serasah dengan nilai masing-masing sebesar 94% dan 21%. Sedangkan sifat fisik tanah seperti berat isi tanah dan porositas tanah hanya mempengaruhi nilai simpanan karbon sebesar <1% dan 22%

    Retensi Air Tanah dan Kerapatan Akar pada Perbedaan Naungan Kopi (Coffea canephora) di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang

    No full text
    Kecamatan Dampit merupakan salah satu wilayah penghasil kopi yang terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Kopi menjadi komoditas utama selain padi yang mampu meningkatkan pendapatan keluarga. Disisi lain, produksi kopi di Kecamatan Dampit masih rendah yaitu sekitar 0,4-0,7 ton ha-1. Rendahnya produksi kopi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu perubahan iklim. Perubahan iklim berdampak terhadap ketersediaan air dimana kopi mayoritas dibudidayakan pada lahan kering yang hanya mengandalkan hujan sebagai masukan air. Penerapan agroforestri kopi merupakan salah satu alternatif upaya konservasi tanah dan air karena memiliki banyak manfaat seperti dalam meningkatkan retensi air tanah. Retensi air tanah merupakan kemampuan tanah dalam menahan air dalam kurun waktu tertentu. Penerapan agroforestri yang kurang sesuai berpotensi terhadap terjadinya kompetisi air dan unsur hara antara tanaman kopi dengan tanaman penaung. Maka dari itu dilakukan penelitian dengan tujuan: a) menganalisis pengaruh jenis tanaman penaung pada sistem agroforestri kopi terhadap kapasitas retensi air tanah; b) menganalisis pengaruh jenis tanaman penaung pada sistem agroforestri kopi terhadap kerapatan akar kopi; dan c) menganalisis pengaruh kerapatan akar kopi terhadap kapasitas retensi air tanah. Penelitian dilaksanakan di Perkebunan Kopi Rakyat di Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang pada Bulan Oktober 2021 – September 2022. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Fisika, Kimia, dan Biologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Penelitian dilakukan pada empat sistem agroforestri berbeda yaitu kopi tanpa naungan (KO), kopi-pisang (KP), kopi-gamal (KG), dan kopi-lamtoro (KL), menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pengambilan sampel tanah dilakukan pada tiga kedalaman yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dan 40-60 cm, serta pada dua jarak yaitu dekat batang kopi dan diantara kopinaungan. Variabel yang diamati yaitu karakteristik fisik tanah, kapasitas retensi air tanah yang meliputi distribusi pori tanah dan kadar lengas tanah, kerapatan akar, dan produksi tanaman kopi. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisis ragam (anova) dan uji lanjut BNJ 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan agroforestri dapat meningkatkan kapasitas retensi air tanah dimana perlakuan kopi-pisang (KP) memiliki rerata kapasitas air tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kopi tanpa naungan (KO). Penerapan jenis naungan kopi berdampak terhadap nilai kerapatan panjang akar dan berat kering akar, dimana pada kedalaman 0-20 cm perlakuan kopi-gamal (KG) dan kopi-lamtoro (KL) memiliki nilai kerapatan akar lebih tinggi dibandingkan perlakuan kopi tanpa naungan (KO) meskipun tidak berbeda nyata. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa tidak terjadi kompetisi antara akar kopi dengan gamal dan lamtoro. Sistem Agroforestri kopi-pisang (KP) memiliki nilai kerapatan panjang akar yang lebih rendah dibandingkan KO, yang mengindikasikan terjadinya kompetisi akar kopi dan pisang. Kerapatan panjang akar berkorelasi positif dengan pori makro tanah (r=0,154) dan berkorelasi negatif dengan pori mikro tanah (r=-0,692**), yang menunjukkan bahwa peningkatan kerapatan akar mampu meningkatkan retensi air tanah

    Pengaruh Cara Pemberian dan Jenis Bahan Organik pada Tanah terhadap Permeabilitas Tanah di Kebun Kopi Rakyat Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.

    No full text
    Kopi (Coffea sp.) merupakan komoditas penting yang dibutuhkan masyarakat, sehingga permintaan kopi meningkat setiap tahunnya. Saat ini terjadi penurunan produktivitas kebun kopi milik rakyat, salah satunya di Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Penurunan produktivitas terjadi karena penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan pada lahan kopi yang menyebabkan ketersediaan bahan organik tanah pada lahan penelitian rendah. Penambahan bahan organik dilakukan dengan cara pemberian dan jenis bahan organik yang tidak tepat. Hal tersebut menyebabkan efisiensi pemupukan berkurang. Salah satu upaya peningkatan efisiensi pemupukan adalah dengan memberikan lubang pemupukan dan dikombinasikan dengan berbagai jenis bahan organik di area perakaran tanaman. Oleh karena itu, penelitian tentang cara pemberian dan jenis bahan organik perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap permeabilitas tanah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Desember 2023 di Desa Argotirto, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang dan Laboratorium Fisika Tanah Departemen Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini merupakan penelitian experimental dengan rancangan percobaan RAK (Rancangan Acak Kelompok) yang terdiri dari 15 plot percobaan dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pada penelitian ini terdiri dari P1: tanpa perlakuan, P2: Pupuk kandang kambing 2 lubang, P3: Kompos 2 lubang, P4: Pupuk hijau 2 lubang, P5: Pupuk kandang disebar. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap kegiatan yaitu pemberian perlakuan, pengambilan sampel tanah, persiapan sampel tanah dan analisis laboratorium. Parameter penelitian ini yaitu konduktivitas hidrolik jenuh, tekstur tanah, berat isi, berat jenis, porositas, dan kemantapan agregat. Analisis data dilakukan dengan ANOVA taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan menggunakan taraf 5% apabila menunjukkan pengaruh nyata. Analisis korelasi dan regresi juga dilakukan untuk melihat hubungan antara sifat fisika tanah dengan permeabilitas tanah. Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat dapat disimpulkan bahwa pemberian perlakuan cara aplikasi dan jenis bahan organik belum dapat memberikan pengaruh nyata terhadap permeabilitas, C-organik, berat isi, berat jenis, porositas, dan kemantapan agregat tanah pada seluruh kedalaman. Namun dibandingkan dengan hasil analisis tanah awal, pemberian perlakuan cenderung dapat meningkatkan permeabilitas, C-organik, berat jenis, porositas dan menurunkan berat isi. Perlakuan 2 lubang pupuk kandang kambing dan perlakuan 2 lubang pupuk hijau memberikan hasil yang terbaik dalam meningkatkan permeabilitas, C-organik, berat isi, berat jenis dan porositas tanah dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Kemudian, Hasil analisis regresi linear berganda antara nilai C-organik (x1), berat isi (x2), porositas (x3) dengan nilai KHJ (y) dinyatakan dalam persamaan y =161,40 + 2,02x1 - 74,68x2 - 0,97x3. Berdasarkan koefisien korelasi (R2), diketahui C-organik, berat isi, dan porositas menjelaskan permeabilitas tanah sebesar 35

    Pengaruh Pupuk Organik Dan Abu Tongkol Jagung Terhadap Daya Menahan Air Tanah Wajak Pada Pertanaman Jagung (Zea Mays L.)

    No full text
    Kecamatan Wajak di Kabupaten Malang merupakan daerah yang memiliki tanah bertekstur pasir hingga lempung berpasir. Tanah berpasir memiliki tingkat pori makro yang tinggi sehingga daya menyimpan air rendah dan kandungan bahan organiknya sangat rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi beberapa bahan organik dan abu tongkol jagung sebagai bahan pembenah tanah terhadap daya menahan air tanah Wajak pada pertanaman jagung. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ekofisiologi Balittas, Malang pada bulan September-Desember 2020. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut yaitu tanpa bahan pembenah tanah (kontrol), abu tongkol jagung 10 ton/ha, pupuk kandang 10 ton/ha, pupuk kompos 10 ton/ha, kombinasi abu tongkol jagung 5 ton/ha + pupuk kandang 5 ton/ha, dan kombinasi abu tongkol jagung 5 ton/ha + pupuk kompos 5 ton/ha. Penelitian ini menggunakan pipa PVC berdiameter 14 cm dan tinggi 60 cm untuk parameter pengamatan daya menahan air tanah. Tanah dicampur merata sesuai perlakuan dan dimasukkan dalam tabung dan diinkubasi 2 minggu. Setelah inkubasi, setiap tabung diberi air berdasarkan data curah hujan mingguan di lokasi. Pengamatan daya menahan air dilakukan setiap 1 minggu sekali setelah 2 minggu masa inkubasi. Total waktu pengamatan daya menahan air tanah disesuaikan berdasarkan lama waktu yang dibutuhkan selama budidaya tanaman jagung yaitu 3 bulan (awal tanam hingga panen). Selain itu, pengamatan dan pengumpulan data juga dilakukan pada beberapa parameter pengamatan yaitu tekstur tanah, berat isi tanah, berat jenis tanah, porositas tanah, Ka kapasita lapang (pF 2,5), Ka titik layu permanen (pF 4,2), Ka tersedia, kematapan agregat, dan C-organik tanah. Pengamatan tersebut dilakuakn pada awal dan akhir penelitian daya menahan air tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan bahan pembenah tanah memberikan pengaruh nyata terhadap daya menahan air tanah pada 5 minggu setelah inkubasi (MSI) hingga 11 MSI. Perlakuan abu tongkol jagung 10 ton/ha memiliki nilai rerata tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya dan dapat meningkatkan volume air yang tertahan di dalam tanah sebesar 85 mL dibandingkan perlakuan kontrol hanya sekitar 83 mL. Meskipun perlakuan abu tongkol jagung 10 ton/ha dapat meningkatkan daya menahan air tanah, namun kadar ait tersedia tanah lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kompos 10 ton/ha yang memiliki nilai rerata tertinggi yaitu 11,48 % dan dapat meningkatkan kadar ait tersedia tanah awal sebesar 4,49 % dibandingkan perlakuan kontrol hanya 0,29 %. C-organik dan kemantapan agregat tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air tersedia tanah dengan arah korelasi positif, artinya semakin tinggi nilai C-organik dan kemantapan agregat tanah maka air tersedia di dalam tanah semakin banyak. Daya menahan air tanah berpengaruh nyata terhadap kadar air tersedia tanah dengan arah korelasi negatif, artinya semakin tinggi nilai daya menahan air tanah maka kadar air tersedia tanah makin rendah. Porositas pada penelitian ini tidak memiliki pengaruh nyata terhadap kadar air tersedia tanah

    Sifat Fisik Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza sativa L.) sebagai Dampak Pengaplikasian Dekomposer pada Sistem Rekomendasi Pemupukan Berbasis Citra Kamera Multispektral di Sukamandijaya, Jawa Barat.

    No full text
    Peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan pangan turut meningkatkan permintaan akan produksi beras. Namun, hasil panen padi yang menurun akibat berbagai faktor seperti kondisi iklim, kesehatan tanah, dan penggunaan pupuk yang kurang tepat belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat sehingga diperlukan upaya peningkatan produksi padi, salah satunya adalah dengan penambahan input pada lahan. Pemberian pupuk berimbang dan penggunaan dekomposer akan dapat meningkatkan kesehatan tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman. Penggunaan dekomposer diduga dapat mempercepat laju dekomposisi bahan organik dan mampu meningkatkan kualitas fisik, kimia, maupun biologi tanah. Pemberian dosis rekomendasi pemupukan dapat dilakukan menggunakan teknologi digital seperti pemanfaatan citra pada penginderaan jauh. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak dari pengaplikasian dekomposer pada penerapan sistem rekomendasi pemupukan berbasis citra kamera multispektral terhadap sifat fisik tanah, pertumbuhan, dan hasil tanaman padi. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini mulai pada bulan November 2021 hingga April 2022 pada lahan percobaan milik PT. Sang Hyang Seri di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Penelitian dilakukan dengan 2 perlakuan yaitu perlakuan non dekomposer (P1) dan perlakuan dengan pengaplikasian dekomposer (P2) pada lahan pertanaman padi dengan Varietas Mekongga. Dekomposer yang digunakan adalah Petro Gladiator dengan kandungan mikroba Trichoderma sp., Bacillus sp., Streptomyces sp., dan Lactobacillus sp., yang diaplikasikan satu kali dengan dosis 5 liter ha-1 sebelum dilakukan penanaman. Larutan dekomposer disemprotkan pada petak perlakuan berukuran 29 m x 56 m sebanyak 480 ml dekomposer dengan air hingga 56 liter (56 ml m-2 ). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pemberian dekomposer, sedangkan variabel terikat pada penelitian ini yaitu pada tanaman padi yang meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, umur berbunga, jumlah anakan produktif, dan produktivitas, juga pada sifat fisik tanah (tekstur, berat isi, berat jenis, ruang pori total, kadar air pF 1, 2, dan 4,2 serta pori air tersedia), dan data tambahan berupa sifat kimia tanah (pH, N-Total, P-Tersedia, dan K-Potensial). Data tersebut kemudian dianalisis dengan uji T Tidak Berpasangan pada taraf 5% pada Microsoft Excel 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaplikasian dekomposer pada sistem rekomendasi pemupukan berbasis citra kamera multispektral dapat memperbaiki kondisi tanah meliputi perbaikan berat isi tanah, berat jenis tanah, ruang pori total tanah, kadar air pF 1, 2, dan 4,2, pori air tersedia tanah, kemudian pH tanah, kandungan P-Tersedia tanah, dan kandungan K-Potensial dalam tanah, serta tinggi tanaman padi
    corecore