23 research outputs found

    Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Sayuran Di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur

    Get PDF
    Frekuensi penggunaan yang tinggi dan cara aplikasi pestisida yang tidak bijaksana akan menimbulkan permasalahan baru dalam pembangunan pertanian dan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan tanaman, manusia dan lingkungan. Maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) merupakan sebuah inovasi dalam yang perlu diadopsi oleh petani dalam meminimalisir penggunaan pestisida kimia. PHT ditetapkan sebagai kebijakan perlindungan tanaman dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman dan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 390/Kpts/TP.600/5/1994 mengenai Penyelenggaraan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu. Salah satu kecamatan di Kota Batu yaitu Kecamatan Bumiaji merupakan sentra produksi sayuran dan sudah menerapkan PHT. Namun dalam penerapan PHT, masih belum optimal sehingga tujuan penelitian ini yaitu untuk mendiskripsikan karakteristik petani, penyuluhan PHT dan peran penyuluh di kecamatan Bumiaji; mendeskripsikan penerapan PHT di kecamatan Bumiaji dan merumuskan prioritas strategi penerapan PHT di kecamatan Bumiaji. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu dan wawancara secara. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan lokasi penelitian dan jumlah responden dengan kriteria petani aktifpernah aktif dalam kelompok tani, petani sedang membudidayakan sayuran, dan petani yang pernah mengikuti SLPHT/tahu PHT. Untuk menentukan prioritas strategi dalam penerapan PHT diperlukan wawancara dan pengisian kuesioner Analysis Hierarchy Process (AHP) oleh tim ahli atau pada penelitian ini yaitu penyuluh. Penentuan strategi ditentukan oleh hasil observasi dan wawancara serta diskusi dengan penyuluh. Setelah strategi pada kuesioner AHP terbentuk maka kegiatan yang dilakukan berikutnya yaitu pengisian kuesioner oleh penyuluh. Karakteristik petani pada penelitian ini terdiri dari rentang usia antara 43-54 tahun, pendidikan formal yang dimiliki pada tingkat SD, lama berusahatani > 24 tahun, tanggungan keluarga 1 ha dan status petani dalam kelompok tani terbanyak sebagai anggota. Penyuluhan PHT yang terdiri xi atas materi, media dan metode telah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan petani sebagai sasaran pada kegiatan penyuluhan. Peran penyuluh sebagai komunikator, fasilitator dan motivator telah berhasil dalam membina petani. Tingkat penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji terdiri atas beberapa komponen diantaranya pemanfaatan musuh alami berada pada kategori sedang; budidaya tanaman pada kategori tinggi; pengamatan berkala pada kategori tinggi; dan petani sebagai ahli PHT pada kategori tinggi. Prioritas strategi yang dianalisa menggunakan AHP dan menghasilkan bobot level pertama penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji dari urutan prioritas tertinggi ke terendah yaitu: (1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM); (2) Ketersediaan teknologi; (3) Penyuluhan; dan (4) Pemahaman PHT. Sedangkan untuk prioritas bobot level kedua (kriteria) dalam penerapan PHT di Kecamatan Bumiaji yaitu: (1) Pelatihan; (2) Perilaku petani tentang PHT; (3) PHT teknologi; (4) Materi penyuluhan; (5) PHT ekologi; (6) Metode penyuluhan; (7) Pengetahuan petani tentang PHT; (8) Media penyuluhan; (9) Pertemuan; dan (10) Persepsi petani tentang PH

    Desain Model Strategi Peningkatan Daya Saing Pada UKM Keripik Apel di Malang Raya.

    Get PDF
    Usaha kecil dan menengah (UKM) keripik apel mempunyai peran yang semakin penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Malang Raya sebagai penyumbang 40,55% dari total produksi apel di Jawa Timur dan 40,49% dari total produksi apel di Indonesia pada Tahun 2018. Wilayah Malang Raya juga merupakan pasar potensial untuk industri olahan apel, karena Malang Raya merupakan salah satu daerah tujuan wisata terbaik. Buah apel memiliki nilai tambah bila diproses menjadi makanan dan minuman olahan. Salah satu produk makanan olahan apel yang dapat dibuat adalah keripik apel. Produsen olahan apel di Malang Raya mayoritas adalah UKM, meskipun kinerja UKM cukup besar, ternyata produksi setiap bulan tidaklah terencana dengan baik. Banyaknya UKM yang bergerak dalam bidang yang sama dan memproduksi produk yang sama, mengharuskan UKM dapat bersaing agar usaha yang dijalankan bertahan lama. Peningkatan kinerja organisasi sangat diperlukan untuk dapat bersaing dengan kompetitor. Tujuan penelitian ini adalah ; 1) mengetahui variabel paling dominan yang mempengaruhi kinerja UKM keripik apel di Malang Raya, 2) mengetahui posisi kluster UKM keripik apel di Malang Raya berdasarkan stage Product Life Cycle (PLC), 3) memprediksi perkembangan kinerja UKM keripik apel di Malang Raya berdasarkan volume penjualan, 4) menganalisis variabel utama yang paling menentukan daya saing di UKM keripik apel di Malang Raya dan 5) mendapatkan desain model strategi peningkatan daya saing UKM keripik apel di Malang Raya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada lima tahap. Tahap pertama melakukan analisis indikator paling dominan yang mempengaruhi faktor kinerja UKM keripik apel di Malang Raya dengan analisis regresi linier berganda menggunakan software SPSS. Tahap kedua menentukan posisi klaster UKM keripik apel sesuai stage Product Life Cycle berdasarkan indikator jumlah penjualan (kuintal) dan lamanya UKM melakukan produksi (tahun) dengan menggunakan software Ms Excel. Tahap ketiga melakukan prediksi jumlah penjualan selama lima tahun (2019-2023) dengan metode Artifical Neural Network pada salah satu stage PLC yang potensial yaitu stage growth. Tahap keempat melakukan analisis prioritas variabel utama yang paling menentukan peningkatan daya saing UKM keripik apel dengan analisis SWOT, kemudian dilanjutkan dengan metode the house model. Tahap kelima membuat desain model strategi peningkatan daya saing UKM keripik apel di Malang Raya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ; 1) variabel dominan pada peningkatan kinerja UKM keripik apel di Malang Raya adalah variabel inovasi (X3) dengan sumbangan efektif sebesar 39,4% dan sumbangan relatif sebesar 84,88%, 2) 16 UKM keripik apel berada di posisi stage 2 atau tingkat pertumbuhan, 3) peningkatan penjualan keripik apel mengalami kenaikan sebesar 221,2 kuintal (15,6%) dari tahun 2019 sampai tahun 2023, 4) prioritas utama yang paling menentukan daya saing UKM keripik apel pada pilar the house model adalah variabel produk dengan bobot nilai sebesar 0,726, dan 5) desain model strategi peningkatan daya saing UKM keripik apel di Malang Raya adalah The Competitive Apple Model-CISR

    Strategi Pelestarian Sungai Alista Menggunakan Indikator Biologi (Makroinvertebrata) Di Desa Selorejo Kecamatan Dau Kabupaten Malang

    Get PDF
    Di Indonesia, keberadaan sungai sangat mudah dijumpai di semua tempat walaupun berbeda jenisnya dan keberadaannya sudah bukan menjadi objek yang asing. Masyarakat Indonesia sendiri sangat dekat sekali dengan sungai, karena setiap waktu masyarakat melakukan berbagai aktifitas di sungai, dan seiring perkembangan pola pikir masyarakat, fungsi sungai tidak lagi dimanfaatkan untuk membantu kehidupan sehari-hari. Meski demikian, di seluruh wilayah, sungai sudah menjadi objek yang penting untuk beraktifitas, seperti mandi, mencuci, hingga untuk mendukung aktifitas pertanian mereka, serta sebagai lapangan pekerjaan untuk para penduduk sebagai penambang batu dan pasir. Dari seluruh aktifitas manusia di sekitar sungai, bisa dipastikan akan menimbulkan pencemaran air yang dapat menurunkan kualitas air sungai. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan kebutuhannya menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah produksi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan, maka otomatis penggunaan sumber daya alam pun juga meningkat, yang pada akhirnya akan menimbulkan beban pada lingkungan seperti turunnya daya lingkungan. Indikator pengukuran kualitas air yang dapat menunjukkan kondisi Sungai Alista ini sangat diperlukan, tidak hanya pengukuran dengan teknik kimia fisika tetapi juga secara biologis. Pemantauan kualitas air dengan menggunakan bioindikator merupakan pelengkap dari keterbatasan pengukuran kimia fisika air. Pemantauan secara biologis dapat dilakukan melalui studi bioassay maupun studi bioassessment. xii Strategi pelestarian sungai menggunakan makroinvertebrata dapat digunakan sebagai tolak ukur pemantauan kualitas air di sungai, mengingat bahwa sungai adalah tempat buangan akhir dari semua akitifitas manusia seperti permukiman, perkebunan, pariwisata, dan penambang batu dan pasir di sekitar aliran Sungai Alista. Makroinvertebrata juga digunakan sebagai bahan uji dalam kualitas air dimana hewan ini sensitif terhadap perubahan kualitas air di sungai. Dengan mengacu pada latar belakang di atas, maka pentingnya menjaga kelestarian sungai adalah upaya untuk menjaga keberlangsungan ekosistem sungai yang sesuai dengan fungsinya dan agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai kebutuhannya. Namun dalam kenyataannya, masyarakat sering memenuhi kebutuhan dengan jumlah berlebihan yang pada akhirnya pengambilan sumber daya alam ikut meningkat. Kesadaran masyarakat ini sangat penting untuk mampu mengendalikan aktifitas manusia yang dilakukan di sekitar sungai, maka dari itu penelitian mengambil judul Strategi Pelestarian Sungai Alista dengan Menggunakan Indikator Biologi (Makroinvertebrata) di Desa Selorejo agar dapat sebagai acuan dan informasi untuk mengendalikan akitifitas manusia di sekitar Sungai Alista. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu: a). menentukan identifikasi masalah yang akan diamati, b). melakukan studi pendahuluan (survei) untuk menentukan lokasi pengambilan sampel, c). pelaksanaan penelitian lapang dengan pengambilan sampel dan data penelitian, d). menganalisis data yang telah diperoleh dan kemudian melakukan studi pembahasan terhadap data yang telah diperoleh, yang selanjutnya memberikan rekomendasi hasil penelitian. Berdasarkan hasil perhitungan persepsi masyarakat terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan dalam melestarikan Sungai Alista di Desa Selorejo dengan menggunakan perhitungan skala Likert, didapatkan hasil yang berbeda-beda. Hasil perhitungan pada persepsi masyarakat terhadap pengetahuan didapat skor Likert sebesar 41,81 % dengan kategori cukup. Hasil perhitungan skala Likert terhadap sikap didapat skor sebesar 73,21 % yang artinya baik. Hasil perhitungan skala Likert terhadap tindakan masyarakat didapat skor sebesar 43,78 % yang artinya cukup. Pengamatan dan identifikasi yang dilakukan selama penelitian menunjukkan xiii makroinvertebrata yang ditemukan di Sungai Alista Kecamatan Dau Kabupaten Malang yaitu berjumlah 28 famili yang anggota dari 10 ordo (Trichoptera, Coleoptera, Diptera, Tricladida, Decapoda, Odonata, Ephemeroptera, Amphipoda, Lepidoptera, Plecoptera) dan 5 kelas (Oligochaeta, Hirudinea, Gastropoda, Bivalvia, Crustacea). Hasil analisis modifikasi BMWP menunjukkan bahwa status kesehatan Sungai Alista tergolong sangat baik sampai buruk. Dari hasil penelitian di lapang maka direkomendasikan perlu adanya langkah-langkah yang tepat untuk menumbuhkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian Sungai Alista, yaitu membuat bank sampah, tempat pengelolaan limbah pestisida, dan membentuk sebuah kelompok kecil untuk pengawasan dan pelaksanaan penghijauan di sekitar sung

    Karakteristik Vegetasi Dan Biogeohidrofisik Daerah Resapan Mata Air Di Kecamatan Ngantang Untuk Memaksimalkan Debit

    Get PDF
    Penurunan debit akibat rusaknya ekosistem di daerah resapan mata air perlu mendapatkan perhatian. Sebanyak 63,38% mata air di Kecamatan Ngantang mengalami penurunan debit hingga lebih dari 50% di musim kemarau, bahkan beberapa di antaranya mengering. Konservasi debit mata air perlu segera dilakukan untuk menciptakan ekosistem lebih stabil, sehingga fungsi hidrologis ekosistem daerah resapan mata air dapat optimal. Untuk itu, perlu dilakukan kajian mengenai hubungan antara karakteristik vegetasi dan biogeohidrofisik daerah resapan dengan debit mata air. Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui karakteristik hidrogeomorfologi mata air Krisik, Complang dan Pusung Pegat; 2) Mengetahui karakteristik daerah resapan ketiga mata air berdasar kondisi lahan, biogeohidrofisik dan vegetasinya; 3) Eksplorasi hubungan antara karakteristik lahan, biogeohidrofisik dan vegetasi di daerah resapan dengan debit mata air; 4) Menemukan model perbaikan daerah resapan untuk memaksimalkan debit mata air. Metode penelitian dengan studi literatur, survey langsung dan analisis data secara deskriptif, ANOVA, Analisis Multivariate Partial Least Square(PLS) dan Analisis Response Surface. Hasil identifikasi dan karakterisasi mata air menunjukkan bahwa akuifer ketiga mata air berupa batu pasir yang tidak terkonsolidasi, merupakan akuifer dangkal dengan kedalaman 0,32-1,7 m dan ketebalan mencapai 0,84 – 12,59 m. Mata air Krisik memiliki ketebalan akuifer tertinggi dan kedalaman terrendah dibandingkan dengan mata air Complang dan Pusung pegat. Ketiga mata air termasuk mata air berdebit kecil dan berfluktuasi, dimana fluktuasi debit mata air Krisik tidak sebesar mata air Complang dan Pusung pegat. Debit mata air Krisik mengalami penurunan, tetapi tidak sampai mengering. Sedangkan debit mata air Complang dan Pusung pegat mengering hingga 1- 4 bulan. Hasil penelitian karakterisasi biofisik daerah resapan mata air menunjukkan biofisik tanah di mata air Krisik hampir sama dengan mata air Pusung pegat dan lebih baik dari Complang. Meskipun C- organik dan kemantapan agregatnya lebih rendah dari Pusung pegat, namun tanah di daerah resapan mata air Krisik memiliki porositas lebih tinggi dan tanah lebih ringan (BI tanah lebih rendah). Konduktivitas Hidroulik Jenuh di daerah resapan mata air Krisik dan Pusung pegat tergolong sangat cepat. Daerah resapan mata air Krisik memiliki Indeks Kualitas Biodiversitas dan penutupan kanopi tertinggi, namun kerapatan pohon, belta dan tumbuhan bawah serta C-stock terrendah. Jenis pohon yang mendominansi daerah resapan mata air Krisik dan Pusung pegat sama yaitu pinus (Pinus merkusii), durian (Durio zibethinus) dan sengon laut (Albizia falcataria). Sedangkan mata air Complang didominansi oleh pohon durian (D. zibethinus), sengon laut (A. falcataria) dan kelapa (Cocos nucifera). Jenis belta yang mendominansi ketiga daerah resapan mata air sama, yaitu kopi robusta (Coffea canephora var. robusta), sengon laut (A. falcataria), kopi liberika (C. liberica) dan pisang (Musa paradisiaca). Kecepatan infitrasi dan simpanan air tanah di mata air Krisik juga lebih tinggi dibandingkan dua mata air lainnya. Hasil penelitian ke tiga menunjukkan bahwa debit mata air secara langsung dipengaruhi karakteristik vegetasi, geofisik, biofisik tanah dan hidrologi. Karakteristik vegetasi, yang diindikasikan oleh kerapatan belta berpengaruh paling nyata dan negatip terhadap debit mata air, dimana semakin rapat jenis belta maka debit semakin rendah. Model PLS ini memiliki nilai predictive relevance Q2 sebesar 100%, sehingga model layak digunakan dan memiliki nilai prediktif yang sangat relevan. Berdasarkan analisis Response Surface diketahui maksimalisasi debit mata air sebesar 0,48 l.detik-1 akan tercapai pada kedalaman akuifer 0,93 m. Kedalaman akuifer tersebut diperoleh dari kecepatan infiltrasi maksimal sebesar 51,16 cm.jam-1. Maksimalisasi kecepatan infiltrasi dilakukan dengan memper- tahankan C-organik tanah tertinggi sebesar 0,98% dan meminimalkan kerapatan belta hingga 76.757 individu per 24,48 ha. Upaya penambahan C-organik tanah bisa dilakukan dengan meningkatkan diversitas tanaman lokal yang bernilai ekologi dan ekonomi, seperti sukun (Artocarpus altilis), nangka (A. heterophyllus ), cempaka (Michelia champaca), kemiri (Aleurites moluccana), jambu (Syzigium spp.) dan jenis-jenis bamb

    Pemodelan Tingkat Kerawanan Kota Pontianak Berbasis SIG Sebagai Basis Data Menetapkan Wilayah Pengembangan Kota Yang Aman Dari Banjir

    Get PDF
    Indonesia is a country that often experiences disasters. It is said often, because there have been 1,853 disasters in 2016. This is more than in the previous year as in 2012 there were 1,811 disasters, in 2013 there were 1,674 and in 2015 there were 1,732 disasters. According to data compiled by the Information and Public Relations Data Center of the National Disaster Management Agency (BNPB), there were recorded 654 disaster events at the beginning of 2017. Based on these data it is necessary to have basic data in each region in Indonesia that can spatially show flood-prone areas so that solutions can be found to minimize the impact of flooding as flood disaster mitigation. The right solution and serious efforts in handling flood problems will certainly increase the sense of security in the community both in flooded areas and those that have the potential and are affected by floods. The solutions that have been taken so far are more focused on post-flood control techniques, so they are not effective for prevention efforts. Prevention efforts can be carried out through continuous monitoring of vulnerable areas. One effort to facilitate monitoring of flooding in an area is through the provision of information on flood-prone levels. Information on the level and class of flood-prone areas can be realized by making flood hazard maps. Pontianak City is the capital of West Kalimantan Province, with an area of 107.82 km2, located at 00 02’ 24” North Latitude up to 00 05’ 37” South Latitude, and 1090 16’ 25” East Longitude up to 1090 23’ 01” East Longitude. The city of Pontianak is located in the lowlands with a height ranging from 0.10 meters to 1.50 meters above sea level (masl). The city of Pontianak is a tropical region with temperatures ranging from 22.4 0C - 36.4 0C, with high humidity. This research was conducted to establish a vulerability model of flood hazard in the city of Pontianak, West Kalimantan Province based on GIS. The model was based on scoring and weighting of biophysical factors. The AHP (analysis Hierarchy Process) method and logical formulations were used to establish the model. The result showed that the accuracy of model by AHP to determine the vulnerability of flood was only 80% in Pontianak City. Therefore the model was not good enough to represent actual condition in the field. The accuracy of model using logical formulations to determine the vulnerability level of flood was 84%, this means that the results of model 1 have a confidence level of 84% after checking the location of inundation points on the map against inundation points in the field. The Kappa accuracy value in model 1 is 79.3%, this means it is able to avoid 79.3% errors. The model of flood vulnerability (model 1) explains that most of Pontianak City has a very high level of flood vulnerability, which is 31,440,568.8 m2 or 29.11% of the total research area of 108,003,319.8 m2. The vulnerable area is 29,945,485.7 m2 or 27.73% and the less secure area is 22,126,936.3 m2 or 20.49% and the safe area is 24,490,328.7 m2 or 22.67% of the total area.Subdistricts that have the most area in a very flood prone area in a row are City Pontianak Sub-District covering 8,299,516.9 m2; then followed by South Pontianak Subdistrict covering an area of 6,980,141.8 m2; West Pontianak Subdistrict covering an area of 5,638,021.4 m2; North Pontianak District covering an area of 4,095,410.0 m2; Southeast Pontianak Subdistrict covering 3,830,011.8 m2; and the District of East Pontianak covering 2,597,441.2 m2

    System Penurunan Suhu Air Terproduksi (Prodiced Water) Kegiatan Eksploitasi Migas Dan Dampaknya Ke Lingkungan

    Get PDF
    Hasil penelitian dan data yang diperolehdaripenelitianinidapatdigunakansebagaiacuandasardalammenurunkansuhulimbah air terproduksidariindustriminyak dan gas bumi, sehinggasuhu air limbahterproduksidapatdikendalikan dan tidakberdampakburuk pada biota laut

    Analisis Pengaruh Faktor Partisipasi Masyarakat Terhadap Kesinambungan Pengelolaan Sumberdaya Air Bersih Berbasis Masyarakat β€œStudi Di Desa Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang

    Get PDF
    Air minum dan sanitasi merupakan sektor infrastruktur yang penting dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama dalam menurunkan angka penyakti yang ditularkan melalui air dan lingkungan, Air adalah sumber kehidupan bagi mahluk yang ada di bumi. Dan sampai saat ini kondisi masyarakat di Indonesia mengalami kesulitan dalam mengakses air bersih dan sanitasi yang layak dikarenakan keterbatasan infastruktur. Program PAMSIMAS bertujuan membangun sarana pengelolaan air bersih kemudian dikelola kesinambungannya oleh masyarakat. Program tersebut menggunakan konsep partisipasi masyarakat secara penuh dimana setiap kelompok masyarakat yang tergabung dalam satu dusun memiliki perwakilan masing-masing untuk mengetahui kekurangan air bersih dan sanitasi diwilayah dusunnya. Penelitian ini memiliki empat tujuan yang meliputi: 1) mendeskripsikan gambaran partisipasi masyarakat terhadap kesinambungan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat di Desa Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. 2) mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor partisipasi masyarakat yang terdiri dari pemikiran, keterampilan atau keahlian, tenaga dan pendanaan secara bersama-sama terhadap kesinambungan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat di Desa Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. 3) mengetahui daktor partisipasi masyarakat yang berpengaruh dominan terhadap kesinambungan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat di Desa Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory) yaitu peneliti yang berusaha menjelaskan hubungan kausal yang terjadi antara - penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Metode penelitian tersebut digunakan oleh beberapa peneliti. Hasil dari penelitian ini yaitu: (1) Karakteristik masyarakat berdasarkan jenis kelamin, usia responden, pekerjaan. Jenis kelamin laki-laki sebanyak 50 responden (63.29%) sedangkan perempuan dengan jumlah sebanyak 29 responden (36.71%). Usia koresponden antara 25 sampai 35 tahun sebanyak 51 responden (64,56%), kemudian responden dengan usia di atas 35 tahun sebanyak 18 orang (22,78%) sedangkan di bawah 25 tahun dengan jumlah sebanyak 10 responden (12,66%). Pekerjaan responden di sektor pertanian sebanyak 43 responden (54.43%), kemudian responden dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 30 orang (37.97%) sedangkan pekerjaan PNS/TNI dengan jumlah sebanyak 6 responden (7.59%). (2) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat di Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang dalam keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat meliputi pemikiran, keterampilan atau keahlian, tenaga, dan pendanaan. Faktor-faktor ini xiii berpengaruh signifikan dalam keberlanjutan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat. (3) Variabel Pendanaan mempunyai nilai t-hitung yang paling besar jika dibandingkan dengan nilai t hitung variabel lainnya. Selain itu juga diketahui koefisien regresi variabel Pendanaan (X4) yang lebih besar dibandingkan koefisien regresi lainnya. Rekomendasi yang dapat dikemukakan setelah diadakan penelitian ini adalah Lebih meningkatkan sosialisasi berbagai kegiatan yang akan dilakukan menyangkut kesinambungan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat di Desa Sumberejo Kecamatan Pagak Kabupaten Malang, agar semakin lama penduduk makin tinggi tingkat partisipasinya dalam pengelolaan sumber daya air. Memberikan berbagai penyuluhan kepada seluruh penduduk agar memiliki persepsi bahwa kesinambungan pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat perlu dilakukan untuk menjaga dan memelihara sumber daya air. Hendaknya diutamakan mengenai transparansi penggunaan keuangan dalam pengelolaan sumberdaya air berbasis masyarakat sehingga masyarakat akan tetap berpartisipasi dalam pengelolaanny

    Strategi Pengembangan Agrowisata Belimbing berbasis Community Based Tourism di Karangsari, Kota Blitar, Jawa Timur

    Get PDF
    Penerapan prinsip Community Based Tourism pada bidang ekonomi, sosial, budaya, politik dan lingkungan berdasarkan persepsi masyarakat adalah semua indikator dalam prinsip Community Based Tourism sudah diterapkan kecuali dalam bidang lingkungan pada indikator penggunaan tempat sampah terpisah belum diterapkan. Partisipasi masyarakat Kelurahan Karangsari dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi masuk kategori rendah. Hal tersebut dikarenakan masyarakat yang dilibatkan hanya yang menjadi pengelola, petani maupun pedagang Agrowisata. Sedangkan pada tahap menikmati hasil, partisipasi masyarakat masuk kategori tinggi. Partisipasi masyarakat tidak dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, dibuktikan dengan nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank Spearman dari hubungan faktor internal dan faktor eksternal terhadap partisipasi masyarakat >0.05. Hal ini membuktikan bahwa partisipasi masyarakat dalam pengembangan Agrowisata Karangsari tidak tergantung pada karakteristik individu seperti usia, anggota keluarga, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, lama tinggal di lokasi dan intensitas sosialisasi. Skor dari faktor kekuatan dan kelemahan dikombinasikan sehingga mendapatkan total skor faktor internal 1.39. Sedangkan total skor faktor peluang dan ancaman yang merupakan kombinasi dari faktor eksternal yaitu 1.03. Strategi yang digunakan pada Kuadran I adalah Strategi Agresif yaitu strategi S-O. Strategi yang harus diterapkan adalah memanfaatkan potensi pekarangan rumah dan kebun warga di sepanjang koridor jalan utama dengan mengoptimalisasi pengelolaan kualitas buah dan pola tanam yang baik untuk dijadikan atraksi wisata pendukung Agrowisata, mempertahankan kualitas buah yang dihasilkan serta memperluas pemasaran dan promosi dengan cara memanfaatkan perkembangan teknologi informasi, menyusun paket wisata dan bekerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata, meningkatkan pemberdayaan masyarakat dengan lebih sering melibatkan masyarakat sekitar dalam kegiatan pengembangan Agrowisata guna memperkuat sinergi antar masyarakat dan pengelola Agrowisata dan mengembangkan inovasi terhadap konsep Agrowisata agar tidak monoton dan lebih menarik minat pengunjung seperti menambah area outbond, permainan anak, spot fotografi dan tempat peristirahatan di tengah jalur tracking dan penambahan suttle car untuk mempermudah wisatawan lansia.

    Analisa Integrasi Manajemen Transportasi dan Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan (Studi Empiris di Provinsi Jawa Timur)

    Get PDF
    Jawa Timur memegang peranan sebagai pintu masuk perdagangan untuk Indonesia wilayah timur, hal tersebut dapat ditinjau dari data perkembangan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur tahun 2011-2017 yang diperoleh dari Dispenda Provinsi Jawa Timur tahun 2017 yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah kendaraan pada setiap tahunnya, khususnya kendaraan angkutan barang. Adanya pertumbuhan yang pesat pada sektor transportasi berdampak pada penurunan kualitas kehidupan kota, dengan ditandai oleh penurunan kualitas udara perkotaan, peningkatan angka kecelakaan serta meningkatnya tekanan kejiwaan akibat kemacetan. Terjadinya peningkatan volume kendaraan yang digunakan, dimana lebih besar dari kebutuhan, harus diimbangi dengan kapasitas jalan raya. Saat kapasitas jalan raya ditingkatkan namun peningkatan tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya angkutan barang, maka akan berpengaruh terhadap kelancaran angkutan barang dan distribusi logistik di Jawa Timur. Transportasi yang lancar merupakan faktor pendukung pembangunan, baik pembangunan fisik, maupun ekonomi. Kelebihan muatan di Indonesia sudah di atur dengan peraturan daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2012 mengenai pengendalian kelebihan muatan angkutan barang mengenai berat muatan serta sanksi yang akan diberikan adalah sanksi denda, dimana sanksi yang diberikan kepada pengemudi dan/atau perusahaan angkutan umum barang dan/atau pemilik barang yang mengangkut barang dengan kelebihan muatan 5% sampai dengan 25% dari JBI berupa denda dengan besaran sesuai dengan kategori yang ditetapkan. Kerusakan konstruksi jalan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi yang disebabkan jarak tempuh menjadi lebih lama, pemborosan bahan bakar, kehilangan waktu perjalanan, serta akan percepatan proses kerusakan keausan suku cadang kendaraan. Perlunya menurunkan kelebihan muatan pada angkutan barang perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan jalan dan jalan dapat bertahan sesuai dengan umur rencananya. Kelebihan muatan yang terjadi di Indonesia diakibatkan kurangnya wawasan mengenai batas muatan yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, sebagian besar pemilik jasa angkutan barang tidak memiliki fasilitas penimbang seperti yang dimiliki oleh jembatan timbang, sehingga muatan yang berlebih baru dapat diketahui ketika kendaraan melintasi jembatan timbang. Kerusakan jalan akibat muatan berlebih, menimbulkan dampak terhadap biaya kerusakan jalan dan biaya akibat pengurangan umur pelayanan jalan. Berdasarkan hal tersebut, muncul permasalahan dimana para pengusaha meminimalkan jumlah kendaraan yang berfungsi meminimalisir biaya yang dikeluarkan untuk angkutan barang. Seiring dengan berkembangnya permasalahan kelebihan muatan angkutan barang yang dipicu karena menekan pengeluaran biaya operasional sehingga memaksimalkan penggunaan kendaraan angkutan barang dengan jumlah yang terbatas, timbul berbagai permasalahan yang lain seperti kemacetan dan konsentrasi gas buang yang berlebih. Emisi yang dihasilkan dari kendaraan akan semakin tinggi, menyesuaikan dengan beban yang diangkut oleh angkutan barang. Pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan tersebut dengan menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah yang mengatur penetapan baku mutu udara dan baku mutu emisi gas buang. Emisi gas buang merupakan sisa gas pembakaran yang keluar dari celah antara piston dan dinding silinder gas buang dihasilkan dari uap bahan bakar dari tanki. Emisi gas buang yang terlalu tinggi berpengaruh terhadap kesehatan manusia, tingginya kandungan karbon monoksida (CO) akan mengurangi oksigen dalam darah sehingga menyebabkan gangguan berpikir, kandungan hidrokarbon (HC) yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan iritasi mata, batuk, rasa ngantuk, bercak kulit dan perubahan kode genetik, serta kandungan karbon dioksida (CO2) berdampak pada pemanasan global. Emisi gas buang disebabkan oleh kebiasaan pola mengemudi, jenis mesin kendaraan, alat pengendali emisi bahan bakar, serta suhu operasi serta kualitas dari bahan bakar. Suatu kegiatan dalam bidang transportasi merupakan serangkaian gerak perpindahan baik manusia maupun barang. Hal tersebut tidak terlepas dari kecepatan bergerak yang merupakan komponen yang saling berkaitan dengan waktu tempuh. Kecepatan dinyatakan dalam kilometer/jam. Menurut Tamin (2008), waktu tempuh perjalanan merupakan waktu total yang diperlukan, meliputi waktu berhenti dan hambatan dari suatu tempat ke tempat lain dengan berdasarkan rute tertentu. Salah satu faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan transportasi dan penetapan tarif adalah biaya. Biaya juga sebagai alat kontrol dalam pengoperasian mencapai tingkat yang seefisien dan seefektif mungkin. Menurut Kementerian Pekerjaan Umum, Biaya Operasional Kendaraan adalah biaya total yang dibutuhkan untuk mengoperasikan kendaraan pada suatu kondisi lalu lintas dan jalan untuk jenis kendaraan per kilometer jarak tempuh. Analisis terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen dalam Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dalam Sukoharsono (2007) menyatakan beberapa alasan mendasar yang harus dilakukan dalam pengelolaan perusahaan sebagai dasar dalam menjalankan prinsip ekologis. Terdapat enam dasar dalam paradigma pengelolaan lingkungan yaitu : keberlangsungan hidup manusia, konsesus umum, peluang pasar, pengurangan resiko, pengurangan biaya, dan integritas personal. Enam dasar tersebut bertujuan untuk meminimalkan efek keberadaan suatu perusahaan terhadap lingkungan dan sosial. Hal tersebut penting untuk diterapkan pada perusahaan jasa kendaraan angkutan barang, dimana perusahaan angkutan barang bersinggungan secara langsung dengan menimbulkan dampak nyata pada lingkungan. Kelancaran angkutan barang akan berdampak pada biaya transportasi angkutan barang karena Jika kondisi jalan mengalami kemacetan maka konsumsi BBM meningkat, dampak lain yang ditimbulkan adalah hilang opportunity cost karena waktu yang seharusnya dapat dihabiskan untuk aktifitas ekonomi yang lain kini dihabiskan di jalan. Pentingnya pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang yang terhadap pertumbuhan ekonomi berwawasan pembangunan berkelanjutan karena proses tersebut saling berkaitan, oleh karena itu penting untuk menganalisis faktor-faktor yang terkait dalam hal tersebut. Transportasi berkelanjutan adalah suatu sistem transportasi dengan penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan, tingkat keamanan, kemacetan, dan aspek sosial serta ekonomi yang tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat diantisipasi oleh generasi yang akan datang (Richardson et al, 2002). Pengelolaan terhadap lingkungan merupakan salah satu komponen yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, fungsi pengelolaan terhadap lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga memerlukan partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat yg terlibat. Adapun fungsi pemerintah dalam pengelolaan lingkungan berkaitan dengan fungsi pengawasan. Sukoharsono (2005) menyebutkan bahwa kebijakan tentang lingkungan hidup dikelompokkan menjadi peraturan lingkungan langsung dan tidak langsung dimana peraturan diklasifikasikan menjadi : Perundang – undangan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Keputusan/Peraturan Menteri. Terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dampaknya terhadap kinerja angkutan barang di Indonesia, khususnya Jawa Timur. Beberapa faktor yang telah ditentukan dapat dikaji lebih lanjut untuk mengetahui faktor mana yang memiliki tingkat signifikansi tertinggi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui performa Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan di Jawa Timur dengan menganalisa pengaruh variabel bebas (X) yaitu Kelebihan Muatan (X1), Emisi Gas Buang kendaraan (X2), dan Travel Time (X3) terhadap variabel tidak bebas (Y) yaitu Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan secara langsung ataupun melalui variabel moderasi (Z) yaitu Biaya Operasional Kendaraan. Secara lebih rinci tujuan dari penelitian ini adalah (a) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (b) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Emisi Gas Buang angkutan barang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (c) menguji dan menganalisa bagaimana pengaruh Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan; (d) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Kelebihan Muatan terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; (e) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Emisi Gas Buang terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan; serta (f) menguji dan menganalisa apakah Biaya Operasional Kendaraan Angkutan Barang dapat memoderasi pengaruh antara Travel Time terhadap Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan secara signifikan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling – Partial Least Square (SEM – PLS) dengan data yang diperoleh dari hasil survei dengan menggunakan kuisioner dengan skala likert. PLS merupakan analisis yang fleksibel sehingga dapat diterapkan pada semua skala data yang tidak membutuhkan banyak asumsi dan ketentuan ukuran sampel yang besar. Model pada penelitian yang dilakukan terdapat variabel moderasi, dimana variabel moderasi merupakan variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode PLS dengan variabel moderasi, pemilihan variabel moderasi didasarkan pada hasil pemikiran serta pertimbangan teoretis oleh peneliti sehingga suatu variabel memungkinkan untuk dijadikan variabel moderasi atau tidak. Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh kendaraan transportasi angkutan barang yang melintasi 4 koridor jembatan timbang, yaitu Jembatan Timbang Singosari, Jembatan Timbang Sedarum, Jembatan Timbang Trowulan, dan Jembatan Timbang Jrengik. Sampel pada penelitian ini merupakan 400 unit kendaraan angkutan barang yang melintasi masing-masing koridor penelitian. Penelitian ini pada dasarnya menjelaskan tentang hubungan antar variabel yang akan diteliti. Hubungan tersebut pada dasarnya dijelaskan dan dikuatkan oleh teori dan hasil – hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Hubungan antar variabel yang diteliti pada penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan model yang dibuat dengan menggunakan variabel independen, variabel dependen, serta variabel moderasi. Penelitian ini mengambil beberapa daerah Provinsi Jawa Timur yang terwakili dalam empat koridor wilayah yang ditetapkan. Empat koridor yang dimaksud meliputi wilayah utara (Kabupaten Sampang), wilayah barat (Kabupaten Pasuruan), wilayah timur (Kabupaten Mojokerto) dan wilayah selatan (Kabupaten Malang). Keempat koridor tersebut memiliki titik awal perjalanan yang sama yaitu berasal dari Surabaya dengan titik akhir perjalanan kendaraan angkutan barang adalah di Jembatan Timbang (JT). Berdasarkan pemaparan yang demikian, maka populasi penelitian ini adalah seluruh golongan kendaraan berat angkutan barang di Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari golongan kendaraan 6A (truk 2 as), 6B (truk 2 as), 7A (truk 3 as), 7B (truk kombinasi/gandengan) dan golongan 7C (trailler). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling dimana setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Pada simple random sampling pengambilan anggota sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata pada populasi tersebut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa evaluasi validitas konstruk baik formatif maupun reflektif menunjukkan hasil yang valid, dimana evaluasi validitas formatif menunjukkan bahwa indikator yang digunakan untuk mengukur variabel Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan dinyatakan valid dan evaluasi validitas konstruk reflektif menunjukkan bahwa indikator Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan dinyatakan valid dalam mengukur variabel Kelebihan Muatan, Emisi Gas Buang, Travel Time, dan Biaya Operasional Kendaraan. Hasil evaluasi reliabilitas menunjukkan bahwa keempat variabel tersebut dinyatakan reliabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua hipotesis diterima secara signifikan. Kelebihan Muatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ketiga variabel tersebut penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan, dimana setiap terjadi peningkatan pada masing-masing dari 3 variabel tersebut, akan menurunkan Kinerja Angkutan Barang Berkelanjutan. Hasil lebih lanjut dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa Kelebihan Muatan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Emisi Gas Buang kendaraan yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Travel Time yang dimoderasi oleh Biaya Operasional Kendaraan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Ini berarti bahwa variabel Biaya Operasional Kendaraan juga penting untuk pengaruh Kinerja Transportasi Angkutan Barang Berkelanjutan. Berdasarkan penelitian, dapat dinyatakan bahwa para pemangku kepentingan dalam bidang transportasi, baik pemerintah pembuat kebijakan, pengemudi, pemilik transportasi dan masyarakat memiliki kontribusi positif terhadap kinerja angkutan barang yang berkelanjutan. Pemerintah dapat berkontribusi pada kebijakan biaya operasi, biaya jembatan timbang, jalan dan infrastruktur lainnya. Pengemudi dan pemilik transportasi juga dapat berkontribusi yang lebih baik pada performa kendaraan pengemudi dan pemilik transportasi tersebut, hal ini berarti bahwa ketika performa kendaraan semakin baik, maka akan berkontribusi pada kinerja yang baik pada transportasi angkutan barang berkelanjutan

    Ultrasonik Ozon Untuk Membunuh Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Melalui In Vitro Stres Mekanik, Kavitasi Dan Efek Kimia

    Get PDF
    Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah Staphylococcus aureus yang mengalami resistensi karena perubahan genetik yang disebabkan paparan terapi antibiotik yang tidak rasional transmisi bakteri ini dari satu pasien ke pasien yang lain melalui peralatan medis yang tidak diperhatikan sterilisasinya, transmisi dapat pula melalui udara maupun fasilitas ruangan. Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah bakteri penyebab utama infeksi nosokomial yang bersifat multiressisten terhadap antibiotik sehingga bakteri ini sulit untuk dibunuh. Banyak penelitian yang bertujuan untuk membunuh bakteri dengan menggunakan gelombang ultrasonik saja atau dengan ozon yang dilakukan orang baik dengan menggunakan metode kontak maupun non kontak. Mereka sering menyimpulkan bahwa bakteri tersebut mati akibat stres mekanik, kavitasi, turbulensi larutan, perubahan suhu, perubahan tekanan, dan efek kimia sebagai akibat terbentuknya hidrogen peroksida yang bersifat desinfektan. Kesimpulan tersebut tidak didukung oleh bukti fisik kematian bakteri tersebut yang dapat diamati secara langsung. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Penelitian tahap pertama adalah mencari frekuensi efektif dan daya lethat paparan gelombang ultrasonik terhadap persen kematian MRSA melalui stres mekanik, kavitasi dan efek kimia. Indikator kematian MRSA adalah: perubahan bentuk , ukuran, struktur dan pewarnaan sel. Penelitian ini adalah eksprimental labolatorium murni yang dilakukan secara in vitro, dengan cara memapari 100 ml suspensi MRSA dengan gelombang ultrasonik berdaya 2 watt, dalam waktu 2 menit dengan beragam frekuensi. Percobaan dilanjutkan dengan memapari 100 ml suspensi MRSA dengan frekuensi efektif, dalam waktu 2 menit dengan daya beragam. Data hasil penelitian ini akan dianalisis dengan software MINITAB 16, untuk mencari pengaruh frekuensi dan daya paparan gelombang ultrasonik terhadap persen kematian MRSA. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk gambar, tabel, diagram batang dan grafik, yang sebelumnya diuji dengan uji normalitas, homogenitas, dan Anova. Penelitian tahap dua, dilakukan bertujuan untuk mencari dosis lethal paparan ozon terhadap persen kematian MRSA melalui stress mekanik, kavitasi, dan efek kimia dengan indikator perubahan: bentuk, ukuran, struktur, dan pewarnaan sel. Penelitian dilakukan secara in vitro dengan cara memapari 100 ml suspensi MRSA dengan ozon dengan waktu paparan beragam. Data hasil penelitian. Data hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk: tabel, gambar, diagram batang dan grafik regresi. Data akan diuji normalitas, homogenitas, dan mengetahui perbedaannya diuji menggunakan one way Anova kemudian untuk mengetahui pengaruhnya dilakukan uji regresi
    corecore