17 research outputs found
Perancangan Tebal Perkerasan Dan Estimasi Biaya Jalan Raya Lawean β Sukapura ( Probolinggo )
Jalan raya Lawean β Sukapura menghubungkan kota Probolinggo dengan kawasan wisata Gunung Bromo. Jalan ini akan dirancang tebal perkerasan dan perhitungan estimasi biayanya dengan menggunakan data yang didapat dari Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Propinsi Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk merancang tebal perkerasan lentur Jalan raya Lawean β Sukapura menggunakan metode Analisa Komponen Bina Marga 1987 dengan memasukan parameter perancangan jalan antara lain; daya dukung tanah yang dilihat memalui nilai CBR tanah dasar, Beban lalu lintas yang dilihat melalui lalu lintas harian rata β rata.Kemudian menghitung estimasi biaya dengan Standar Satuan Harga Dasar Konstruksi dan Analisa Harga Satuan Pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Jawa Timur Tahun Anggaran 2011 yang memperhatikan kuantitas jenis pekerjaan dan analisa harga satuannya. Melalui metode Analisa Komponen, jalan dengan panjang 10 Km,nilai CBR Urugan sebesar 10%, umur rencana 5 tahun, dan tetap menggunakan lapis pondasi bawah eksisting ( telford dan CTSB ) maka diperoleh tebal lapis permukaan ( laston ) 7,5 cm dan lapis pondasi ( laston atas ) bervariasi disesuaikan dengan elevasinya pada setiap stasioning . Dari perhitungan estimasi biaya, total biaya pekerjaan lapis permukaan ( laston ) dan lapis pondasi ( laston atas ) jalan raya Lawean β Sukapura sepanjang 10 Km adalah Rp. 38.244.446.423,7
Proporsi Biaya Tiap Satuan Pekerjaan Struktur Beton Bertulang Proyek Konstruksi Bangunan Tinggi
Proses konstruksi sangat bergantung dengan berbagai macam aspek salah satunya adalah aspek biaya. Biaya sangat erat dan memegang peranan penting dalam kegiatan konstruksi. Apabila pelaku USAha tidak dapat merencanakan biaya β biaya dalam proses konstruksi maka sering kali kegiatan USAha tersebut mengalami pembengkakan pada biaya yang dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar. Dari hasil penelitian, Bila melihat dari ketiga komponen biaya, yaitu biaya upah, bahan dan alat dapat disimpulkan rata-rata biaya struktur bawah terbesar dimiliki oleh biaya bahan (86.60%), lalu diikuti oleh biaya upah (12.16%) dan biaya alat (1.24%) pada Proyek A, sedangkan pada Proyek B komponen biaya terbesar dimiliki oleh biaya bahan (87.73%), lalu diikuti oleh biaya upah (9.41%) dan biaya alat (2.86%) dengan rata-rata kedua proyek untuk biaya bahan (87.16%), biaya upah (10.78%) dan biaya alat (2.05%). Sedangkan untuk biaya pekerjaan beton bertulang struktur atas terbesar dimiliki oleh biaya bahan (86.73%), lalu diikuti dengan biaya upah (11.98%) dan biaya alat (1.29%) untuk Proyek A, sedangkan pada Proyek B komponen biaya terbesar dimiliki oleh biaya bahan (83.32%), lalu diikuti dengan biaya upah (14.88%) dan biaya alat (1.80%)
Analisa Durasi Rencana Aktivitas Dan Evaluasi Pelaksanaan Jadwal Pada Suatu Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat (Studi Kasus Pada Proyek βXβ)
Penentuan durasi rencana dalam perencanaan jadwal proyek merupakan suatu bagian penting dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Besarnya durasi rencana suatu pekerjaan sangat dipengaruhi oleh besarnya kuantitas pekerjaan tersebut. Semakin besar kuantitas suatu pekerjaan, semakin besar durasi pekerjaan tersebut diselesaikan. Untuk dapat menentukan durasi pekerjaan dari kuantitas pekerjaan, perlu diketahui produktivitas dari pekerja di proyek untuk pekerjaan tersebut. Analisa durasi rencana dan evaluasi pelaksanaan jadwal studi kasus dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan struktur pada proyek hotel 10 lantai dengan fokus pada aktivitas pembesian, bekisting, dan pengecoran dari struktur beton pada proyek tersebut.Dari evaluasi pelaksanaan jadwal, didapat produktivitas nyata untuk pekerjaan pembesian sebesar 529,81 kg/hari untuk shear wall, 945,51 kg/hari untuk kolom, dan 1338,59 kg/hari untuk balok & slab. Untuk aktivitas bekisting, didapat produktivitas nyata sebesar 27,03 m2/hari untuk shear wall, 13,68 m2/hari untuk kolom, dan 70,82 m2/hari untuk balok & slab. Sedangkan untuk aktivitas pengecoran, didapat produktivitas nyata sebesar 27,00 m3/hari untuk shear wall, 15,00 m3/hari untuk kolom, dan 51,85 m3/hari untuk balok & slab.Produktivitas nyata dari aktivitas pekerjaan struktur di proyek ini cenderung lebih rendah dari produktivitas yang direncanakan sehingga menimbulkan keterlambatan akibat durasi aktivitas yang tidak sesuai dengan besarnya kuantitas pekerjaan
Keterkaitan Kuantitas Pekerjaan Dengan Durasi Dan Tenaga Kerja Pada Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Tinggi
Dalam proyek konstruksi dibutuhkan adanya perencanaan yang baik dalam bentuk schedule yang teratur. Schedule pada proyek konstruksi berbicara mengenai durasi tiap-tiap pekerjaan pada proyek konstruksi yang dipengaruhi oleh kuantitas pekerjaan dan jumlah tenaga kerja. Kuantitas pekerjaan dapat diperoleh dari Rencana Anggaran Biaya pada proyek konstruksi. Melalui kuantitas pekerjaan yang didapat dari RAB dan durasi pekerjaan yang didapat dari schedule dapat diperoleh keterkaitan yang disebut dengan daily output. Melalui daily output dapat diperoleh berapa jumlah tenaga kerja teoritis yang dibutuhkan berdasarkan indeks SNI 2008. Fokus pekerjaan daripada penelitian ini adalah pekerjaan struktur yang meliputi pekerjaan pengecoran, pemasangan bekisting, dan pembesian pada struktur kolom, balok, plat, dan dinding. Berdasarkan perbandingan data rencana antara proyek Hotel Cleo, proyek UK Petra Gedung P1-P2, dan juga proyek Fave Hotel, maka dapat disimpulkan bahwa proyek UK. Petra Gedung P1-P2 memiliki nilai daily output dan jumlah tenaga kerja terbanyak untuk pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran pada masing-masing elemen struktur jika dibandingkan dengan proyek lainnya. Berdasarkan persentase perbedaan antara data rencana dan data nyata diatas dari daily output pada pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran pada masing-masing elemen struktur bagian nyata memiliki indeks tenaga kerja yang relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan data rencana berdasarkan SNI 2008, kecuali pada pekerjaan pembesian tangga yang membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak
Proporsi Harga Upah, Bahan Dan Alat Pada Elemen-elemen Struktur Beton Bertulang Proyek Konstruksi Bangunan Bertingkat Tinggi
Dalam sebuah proyek konstruksi bangunan, biaya memegang peranan penting. Dalam sebuah proyek konstruksi beton bertulang, terdapat elemen-elemen struktur beton bertulang, seperti pile cap, tie beam, balok, kolom, plat lantai, tangga dan dinding yang terdiri dari 3 jenis pekerjaan yaitu, cor beton, besi tulangan dan bekisting. Biaya pembuatan masing-masing jenis pekerjaan tersebut terbagi lagi menjadi biaya upah, biaya bahan dan biaya alat yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang proporsi masing-masing harga upah, bahan dan alat pada jenisjenis pekerjaan pada elemen struktur beton bertulang.Untuk mengetahui proporsi harga upah, bahan dan alat, yang pertama dilakukan adalah menganalisa kandungan bekisting dan besi yang ada untuk 1 m3 beton bertulang. Setelah itu dilakukan perhitungan proporsi upah, bahan dan alat.Dari hasil penelitian diketahui meskipun proporsi harga upah maupun bahan cor beton, bekisting dan besi berbeda beda, tetapi semua hasil proporsi harga upah, bahan dan alat terbesar dimiliki oleh biaya bahan yang berkisar antara 88.28-90.20% dengan rata-rata 88.16%, yang diikuti dengan biaya upah yang berkisar antara 7.75-15.65% dengan rata-rata 10.68% dan biaya alat yang berkisar antara 0.70-2.02% dengan rata-rata 1.07%
Penerapan Approximate Cost Estimate Pada Struktur Beton Bertulang Bangunan Ruko (Soho)
Dewasa ini permintaan akan ruko (SOHO) meningkat, sehingga menimbulkan persaingan dalam biaya pembangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menerapkan approximate cost estimate bangunan ruko (SOHO) berdasarkan kebutuhan beton, besi, dan bekisting per-m2 luas lantai serta kandungan besi dan bekisting per-m3 beton pada struktur beton bertulang. Dalam penelitian ini, metode approximate cost estimate akan dicari dan diterapkan berdasarkan per-m2 luas lantai dan per-m3 beton. Data yang digunakan adalah, gambar konstruksi, RAB asli, dan penelitian terdahulu. Dari hasil penelitian, kebutuhan bahan beton, besi, dan bekisting per-m2 luas lantai untuk struktur bawah berturut-turut 0,092 m3/m2, 10,370 kg/m2, 0,467 m2/m2 sedangkan untuk struktur atas berturut-turut 0,221 m2/m2, 30,420 kg/m2, 2,328 m2/m2. Kandungan besi per-m3 beton untuk pile cap, sloof, kolom, balok, plat, dan tangga berturut-turut 72,52 kg/m3, 303,67 kg/m3, 207,89 kg/m3, 238,39 kg/m3, 82,30 kg/m3, 147,84 kg/m3 sedangkan untuk kandungan bekisting per-m3 beton berturt-turut 3,30 m2/m3, 10,00 m2/m3, 14,93 m2/m3, 13,08 m2/m3, 8,60 m2/m3, 9,37 m2/m3. Penggunaan kedua metode tersebut akan lebih akurat apabila desain setiap elemen struktur dilakukan secara efisien (tidak boros). Penggunaan metode kebutuhan per-m2 luas lantai lebih mudah digunakan tetapi hasilnya tidak seakurat bila menggunakan metode kandungan per-m3 beton
Studi Harga Satuan Upah Untuk Proyek Bangunan Tinggi
Pekerja adalah salah satu faktor penting dalam suatu proyek konstruksi khususnya pada bangunan tinggi, sehingga kesejahteraan pekerja konstruksi menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan untuk keberhasilan proyek tersebut. Upah dalam bangunan tinggi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu upah yang diberikan kontraktor kepada pekerja, dan upah dalam Rencana Anggaran Biaya yang ditawarkan kontraktor kepada pemilik bangunan tinggi. Upah pekerja yang terdapat pada Rencana Anggaran Biaya berasal dari pembentukan analisa harga satuan upah terlebih dahulu. Sedangkan perhitungan upah yang diberikan kontraktor kepada pekerja dapat dibedakan lagi menjadi 2, yaitu upah borongan kepada mandor dan upah harian kepada para tukang. Dengan data upah borongan, upah harian, Rencana Anggaran Biaya dan analisa harga satuan maka dapat menganalisa korelasi dari ketiga sistem perhitungan upah dalam suatu proyek bangunan tinggi. Fokus penelitian ini adalah perkerjaan struktur atas beton bertulang dan pekerjaan dinding. Berdasarkan perbandingan data harga satuan upah yang diperoleh dari proyek Tower Venetian didapatkan harga satuan upah seluruh pekerjaan pada Rencana Anggaran Biaya lebih besar dibandingkan harga satuan upah pada borongan mandor. Seluruh pekerjaan meliputi pekerjaan pengecoran, pembesian, pasangan bata ringan, plesteran dan acian. Sedangkan untuk proyek Gedung baru P1 dan P2 Universitas Kristen Petra, hampir seluruh harga satuan upah pekerjaan pada borongan mandor memiliki nominal yang lebih tinggi dibandingkan harga satuan upahpekerjaan pada Rencana Anggaran Biaya. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengecoran, pembesian, wire mesh dan pasangan bata ringan. Untuk harga satuan upah pada Standar Nasional Indonesia 2008 memiliki nominal yang jauh lebih tinggi daripada harga satuan upah pada Rencana Anggaran Biaya dan borongan mandor pada kedua proyek
Proporsi Komponen Biaya Harga Bahan, Upah Dan Alat Pada Proyek Konstruksi Bangunan Tinggi
Biaya merupakan salah satu aspek penting dalam siklus kegiatan USAha dan industri konstruksi. Kontraktor yang tidak mempunyai pemahaman tentang komponen biaya akan meningkatkan resiko terhadap kegagalan yang tidak perlu. Secara umum keberhasilan kontraktor dalam menangani perkiraan biaya terletak pada sebaik apa mereka mampu merencanakan estimasi biaya yang akurat. Dari hasil penelitian, Bila melihat dari ketiga komponen biaya, yaitu biaya upah, bahan dan alat dapat disimpulkan rata-rata biaya struktur bawah terbesar dimiliki oleh biaya bahan (86.60%), lalu diikuti oleh biaya upah (12.16%) dan biaya alat (1.24%) pada Proyek A, sedangkan pada Proyek B komponen biaya terbesar dimiliki oleh biaya bahan (87.73%), lalu diikuti oleh biaya upah (9.41%) dan biaya alat (2.86%) dengan rata-rata kedua proyek untuk biaya bahan (87.16%), biaya upah (10.78%) dan biaya alat (2.05%). Sedangkan untuk biaya pekerjaan beton bertulang struktur atas terbesar dimiliki oleh biaya bahan (86.73%), lalu diikuti dengan biaya upah (11.98%) dan biaya alat (1.29%) untuk Proyek A, sedangkan pada Proyek B komponen biaya terbesar dimiliki oleh biaya bahan (83.32%), lalu diikuti dengan biaya upah (14.88%) dan biaya alat (1.80%) dengan rata-rata kedua proyek untuk biaya bahan (85.02%), biaya upah (13.43%) dan biaya alat (1.54%)
Evaluasi Dan Analisa Jadwal Pada Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Proyek Konstruksi (Studi Kasus Proyek βX\u27)
Jadwal pelaksanaan proyek konstruksi merupakan salah satu unsur penting dalam pengendalian proyek demi tercapainya waktu pelaksanaan yang ditargetkan.Berdasarkansiklus Plan β Do β Check β Action, pengendalian dilakukan di tahap Check secara berkesinambungan tiap lantainya. Evaluasi dan analisa studi kasus dibuat selama pelaksanaan pekerjaan struktur 10 lantai pada proyek hotel 15 lantai, dimana tiap lantainya memiliki bobot pekerjaan tipikal sekitar Rp 868.000.000,00 dan durasi pekerjaan yang mirip sekitar 7 hari untuk pekerjaan balok dan plat, sekitar 6 hari untuk pekerjaan kolom, dan 5 hari untuk pekerjaan tangga. Evaluasi yang dilakukan dengan Earned ValueAnalysis untuk mengukur kemajuan proyek menunjukkan dari durasi rencana 106 hari, pekerjaan aktual struktur lantai 7 dimulai dengan keterlambatan 2 hari, lantai 18 diselesaikan dengan keterlambatan 33 hari, dan durasi aktual lantai 7 sampai dengan 18 adalah 137 hari, dengan 18 hari libur Lebaran, 1 hari libur Idul Adha, dan 6 hari Tower Crane tidak berfungsi.Bila dilihat dari durasi pekerjaan, maka kinerja proyek yang terbaik ada pada Lantai 8. Penyebab keterlambatan yang perlu diperhatikan adalah tidak tersedianya bahan sesuai kebutuhan, banyaknya pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan, libur Lebaran, belum selesainya pekerjaan lantai sebelumnya, tower crane tidak dapat dioperasikan, pergantian pekerja pada subkontraktor